Heri tersentak begitu mendengar suara gaduh dari luar kamar. Meski teredam karena terhalang pintu, Heri tetap saja merasa terganggu. Kini suara itu menggedor-gedor pintu kamar, menuntut untuk segera dibukakan pintu. “Kak Heri! Aku di sini!” Ia yang tadi spontan terduduk karena kaget, kini lama-kelamaan bisa mengenali suara tersebut. Suara seorang wanita yang sudah sangat dikenalnya. Suara dari wanita yang sedari kecil bertumbuh besar bersamanya bagaikan saudara kandung. Dan pemilik suara itu adalah seorang wanita yang merupakan adik sepupu perempuan satu-satunya yang Heri miliki. Tidak lain dan tidak bukan adalah Tiffany! Belum nyawanya terkumpul secara keseluruhan, Heri meraih ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Baru pukul enam pagi lewat beberapa menit dan Tiffany sudah menggang

