Tiffany merogoh ponsel di tasnya. Dengan berat hati ia mendial nomor mahasiswa itu. Kala benda pipih itu menempel pada cuping telinga Tiffany, Kriss menggeser duduknya. Atensinya seratus persen pada wanita di sampingnya. "Halo, Dea," panggil Tiffany. Netra itu bergeser ke arah Kriss. Melihat tatapan tertarik dari pria itu membuat Tiffany memutar bola matanya malas. "Aku dan Kriss sudah sampai." "Ah, iya, Kak Tiffany. Tolong tunggu aku." Terdengar suara gelisah dari seberang sana. Dahi Tiffany mengerut. "Ada masalah?" "Aku tidak tahu akan sampai jam berapa, aku terjebak macet," kata mahasiswi itu. "Maafkan aku kalau kalian harus menunggu lama." Dea sendiri benar-benar merasa tidak enak hati kepada Tiffany dan Kriss. Ia memutuskan menggunakan angkutan umum yang mengharuskannya menempu

