Pagi menyambut dengan cahaya lembut yang menembus celah-celah tirai apartemen mewah itu. Ruby sudah terbangun sejak pukul enam pagi, tak seperti biasanya. Tubuhnya masih terasa lelah, namun pagi ini ada sesuatu yang mendorongnya untuk bangkit lebih awal— dorongan halus yang muncul dari dalam hatinya. Ia mengikat rambutnya asal, mengenakan celemek satin putih yang tergantung di dapur, lalu berdiri di depan kompor dengan panci dan penggorengan yang sudah siap digunakan. Tangannya mulai bekerja, lincah dan terampil, seperti mengalir begitu saja dari insting dan pengalaman. Ruby tahu satu hal: Varo menyukai makanan Italia. Dan Ruby— wanita yang selama ini dikenal sebagai wanita keras dan dingin itu— diam-diam mempelajari resep-resep khas Italia lewat tablet yang disandarkannya di dinding da