Bab 01

756 Kata
Ruby Joana duduk membeku di sofa, jari-jari tangannya saling bertaut erat di pangkuannya. Suhu di dalam ruangan ini seharusnya hangat, tetapi tubuhnya terasa sedingin es. Ia menatap lurus ke depan, menyaksikan suaminya—Vando Arjuan—menggenggam tangan wanita lain dengan penuh cinta dan pengabdian. Shanas Larasati. Wanita yang selama enam tahun terakhir terbaring koma. Wanita yang selama ini dianggapnya sebagai kenangan masa lalu, seseorang yang tak mungkin kembali. Namun kini, Shanas ada di sini, di hadapannya, di dalam pelukan lelaki yang baru saja menikahinya dua hari lalu. Tubuh Ruby gemetar. Ia ingin mengucapkan sesuatu, tetapi lidahnya terasa kelu. Dunia seakan berputar di sekelilingnya, menghimpitnya dalam realitas yang begitu menyakitkan. "Aku sangat bersyukur kau sadar, sayang..." bisik Vando, suaranya penuh emosi saat bibirnya menyentuh kening Shanas berkali-kali. Jantung Ruby berdebar tak karuan. Ada rasa nyeri yang menjalar dari dadanya, menyesakkan, menyayat. Seolah ada yang baru saja merobek hatinya tanpa ampun. Ia mengamati setiap detail kecil dalam momen itu—bagaimana jemari Vando mengelus lembut pipi Shanas, bagaimana tatapan pria itu seakan melihat dunia hanya dalam diri wanita itu. Seolah ia tidak ada di sana. Seolah pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Ruby mencoba menahan isakannya, tetapi dadanya terlalu penuh dengan luka. Ia hanya bisa duduk di sana, menjadi saksi bisu dari hancurnya kehidupan yang baru saja ia bangun. Shanas menoleh ke arahnya, sorot matanya bingung. "Vando, siapa dia?" Detik itu, tubuh Ruby menegang. Ia menatap suaminya, menunggu jawaban yang akan keluar dari bibirnya. Vando menoleh, tetapi tidak ada kehangatan di matanya. Yang ada hanya ketegasan yang dingin, seolah ia sedang berbicara tentang seseorang yang tidak memiliki arti. "Dia... Ruby Joana. Istri keduaku. Aku menikahinya dua hari yang lalu." Hening. Napas Ruby tercekat, tetapi sebelum ia sempat mencerna kata-kata itu, Vando melanjutkan dengan kalimat yang membuat dunianya runtuh seketika. "Tapi kau tidak perlu khawatir, Shanas. Aku akan menceraikannya." Jantung Ruby serasa diremas begitu kuat. Nafasnya tersengal, dan pandangannya mulai kabur oleh air mata yang menggenang. Cerai? Secepat itu? Begitukah mudahnya ia dibuang setelah hanya dua hari menjadi istri pria itu? Suasana ruangan mendadak mencekam bagi Ruby. Ia merasa seolah sedang duduk di atas pecahan kaca, setiap kata yang diucapkan Vando menancap tajam ke dalam hatinya. Shanas tampak terkejut. Ia menatap Ruby lalu kembali ke Vando. "Kau... menikah lagi?" Vando mengangguk, suaranya lebih lembut saat menjawab wanita itu. "Aku pikir kau tak akan kembali. Dokter mengatakan harapanmu sangat kecil..." Shanas menatap Ruby dengan sorot mata tajam, penuh pertanyaan yang tak perlu diucapkan. "Dan kau setuju menikah dengannya meskipun tahu aku masih ada?" Ruby mengangguk pelan, suaranya hampir tak terdengar. "Ya... aku tahu." Shanas menghela napas. "Tapi kau tetap memilih menikah dengan suamiku?" "Aku mencintainya," Ruby berbisik. Shanas menatapnya lama sebelum akhirnya berkata dengan nada yang begitu tajam hingga menusuk jantung Ruby, "Tapi dia tidak mencintaimu, bukan?" Air mata Ruby jatuh tanpa bisa ia tahan. Hatinya mencabik-cabik dalam kepedihan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ia tidak ingin ini terjadi. Ia tidak ingin menjadi wanita yang ditinggalkan. Ia tidak ingin menjadi seseorang yang hanya menjadi pengganti sementara. Tetapi itulah kenyataan yang ada. Vando tidak membantah kata-kata Shanas. Itu saja sudah cukup bagi Ruby untuk memahami segalanya. Ternyata, perasaan yang ia jaga, pengorbanan yang ia lakukan, tidak ada artinya bagi Vando. Air matanya terus mengalir, tetapi ia tidak bisa bergerak. Ia ingin berdiri, ingin pergi dari tempat ini, tetapi tubuhnya terasa berat. Kakinya tidak bisa digerakkan. Jiwanya seperti terjebak dalam ruang hampa yang menyakitkan. Ia hanya bisa duduk di sana, membiarkan hatinya hancur, menyaksikan kenyataan pahit bahwa lelaki yang baru saja menjadi suaminya telah memilih wanita lain. Dan ia... tidak bisa melakukan apa-apa. Ruby mengusap air matanya kasar, tidak pernah menduga kalau dirinya akan berada di posisi sekarang. “Ta–pi-” “Benar Shanas. Aku tidak pernah mencintai Ruby. Aku hanya mencintai kamu. Maafkan aku, sayang. Aku tahu kalau aku salah. Tapi, aku hanya menuruti apa yang diinginkan oleh Mama. Sebelum Mama meninggal, dia meminta aku untuk menikah. Biar ada yang merawatku di hari tua. Walau Elvaro-” “Elvaro! Bagaimana dengan putraku?! Dia setuju kamu menikah lagi?” Potong Shanas. Ruby seolah menjadi patung tidak dianggap. Dia ingin berbicara, namun suaranya tidak terdengar oleh pasangan suami istri di depannya ini. Miris sekali… “Varo menyerahkan semuanya padaku. Tapi, dia tidak hadir dalam pernikahanku kemarin. Kamu yang tenang, aku akan menceraikan Ruby, aku pastikan hanya kamu yang menjadi Nyonya Arjuan, tidak ada wanita lain.” Nyonya Arjuan! Hanya satu Nyonya Arjuan! Hanya kamu Nyonya Arjuan! Hanya kamu! Ruby meremas tangannya kasar dan tertawa miris dalam hati. HANYA SATU NYONYA ARJUAN!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN