Shanas melihat ke arah suaminya, Vando, dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Karena sedari tadi mereka mencoba untuk menghubungi Varo. "Apa Varo sudah bisa dihubungi?" tanyanya dengan nada sedikit cemas. Vando menggeleng pelan. Dari tadi ia mencoba menghubungi putra mereka, tetapi Varo belum juga menjawab panggilannya. "Entah apa yang sedang dia lakukan," gumam Vando, meletakkan ponselnya di meja. Shanas menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis. "Pasti dia sibuk bekerja. Kau tahu sendiri kalau dia sudah gila kerja, dia akan lupa segalanya," ucapnya dengan nada memahami. Vando tertawa kecil mendengar itu. Ia meraih tangan istrinya dan menariknya ke dalam pelukan hangat. "Ya, kau benar. Anak kita memang terlalu serius dengan pekerjaannya," ujarnya sambil mengusap lembut rambut