Varo menggeleng cepat, matanya membelalak penuh ketakutan saat melihat Ruby memutar pisau kecil itu di antara jemarinya. Cahaya lampu redup memantulkan kilatan tajam dari mata pisau, membuat bulu kuduknya meremang. "T-tolong, Ruby," suaranya bergetar, hampir seperti bisikan. "Maafkan aku… aku sungguh minta maaf… Aku tidak berniat mengabaikanmu… aku—" Ruby mencondongkan tubuhnya sedikit, menempelkan jari telunjuk ke bibir Varo, menghentikan ucapannya. "Ssst… kau bicara terlalu banyak, Sayang," bisiknya dengan nada lembut yang justru membuatnya semakin mengerikan. "Kau tahu aku benci pembohong, bukan?" Varo menelan ludah, napasnya memburu. "Aku tidak bohong! Aku sungguh—" SRET! Pisau itu meluncur cepat dan menggores d**a Varo, tepat di atas kausnya. Ia menjerit kecil, tubuhnya m