Bab 80

1678 Kata

Pagi itu, sinar matahari Ubud menyinari halaman villa yang perlahan mulai lengang. Burung-burung berkicau di antara pepohonan rindang, namun suasana di dalam villa jauh dari damai. Shanas berdiri di balkon kamarnya, wajahnya tegang, mata merah menahan marah. Kamar itu sudah terasa seperti penjara. Dan kini, penjaranya ditinggalkan oleh putranya sendiri—dengan wanita yang paling ia benci di dunia ini: Ruby. “Wanita jalang sialan itu!” geramnya pelan, suaranya lirih tapi tajam seperti pisau. Di bandara Ngurah Rai, Ruby duduk bersandar di kursi ruang tunggu eksekutif, mengenakan setelan putih elegan dengan kacamata hitam, tangannya menggenggam tangan Varo yang duduk di sampingnya. Pria itu terlihat lelah tapi bahagia. Varo sesekali melirik Ruby yang sedang membaca e-mail dari asistennya, De

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN