Chapter 10

938 Kata
Deron saat ini sedang mengadakan meeting, salah satu rekan bisnis terkenal salah satu di London, perusahaannya jauh lebih tinggi dari Cornelius. Setelah selesai meeting, Deron kembali ke ruangannya. Dia sangat merindukan kekasih barunya. Namun, terjadi keributan di luar ruangannya, seorang datang membuka pintu, lalu seorang wanita berusia tiga puluhan masuk, secara paksa. Deron tentu memicingkan kedua matanya. "Biarkan dia, kau boleh kembali bekerja," perintah Deron pada sekretarisnya. Wanita itu adalah Arlina Jesslyn Marioline, istrinya yang meninggalkan suami demi selingkuhannya. Walau belum status hukum penceraian, Deron masih mencintainya. Walau sudah sering kali disakiti oleh istrinya sendiri. "Ada perlu apa kau ke sini? Ingin meminta uang lagi? Apa uang yang aku berikan padamu sudah kau habiskan?" Deron bertanya pada Arlina yang berdiri di depannya. "Kau kira aku wanita hanya hartamu?" Arlina bertanya kembali, berjalan mendekati suaminya. Dia yakin suaminya tidak bisa menolak sentuhan. "Lalu, apa yang buat kau ke mari?" Masih ulang pertanyaan sebelumnya dengan suara khas berat dan menantang. "Aku hanya ingin melihat keadaan suamiku, apakah dia merindukanku," jawab Arlina suara merdunya, memainkan dasi milik suami. "Kau mencoba menggodaku?" Deron menatapnya tajam dengan ujung matanya. "Wajar aku menggoda suamiku sendiri," balas Arlina sekarang bukan di mainkan dasi tapi, tangannya mulai meraba d**a bidang yang berotot itu. Deron langsung mengangkat tubuhnya di atas meja, "Jangan buru-buru, Sayang. Kita sudah tiga tahun tidak berjumpa kau semakin ganas saja," ucap Arlina pelan. Deron tidak peduli, "Jadi kau ingin, apa?" tanya Deron lagi. Deron tidak berkedip matanya masih melirih tubuh istrinya lebih beda, apa dia perawatan pada tubuhnya. Ya ... walau sudah lama berpisah, tapi Deron tetap tidak bisa menolak sentuhan dari istrinya. "Papa!" teriak Arletta saat masuk ke ruangannya, Finna tentu ikut bersamanya. Deron baru saja akan mencium istrinya, terhenti karena suara lengkingan dari Arletta. Finna di depan pintu terpaku, menatap tuannya dengan seorang wanita mungkin lebih cantik darinya menoleh menatap mereka. Arlina segera turun dari meja lalu menghampiri Arletta, putrinya. Arletta tentu menatap heran lihat seseorang masuk di ruangan milik ayahnya. "Papa, dia siapa?" tanya Arletta polos menunjukkan arah Arlina. "Hei, ini Mama, Sayang, kau sudah besar!" seru Arlina untuk mendekati putrinya. Arletta berlari memeluk kaki Finna. "Mama aku cuma dia." Arletta mengangkat kepalanya menatap Finna. Finna menatapnya lalu menatap Arlina tajam. Deron tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Lidah Finna kelu, tidak bisa menjawab, lalu dia jongkok melihat wajah Arletta yang lugu itu. "Arletta, Itu Mama kandungmu, saat kamu dilahirkan," ucap Finna pelan membujuk Arletta untuk mendekati istrinya Deron. Finna bisa apa, dia hanya seorang pekerja bukan istri dari keluarga Cornelius. Deron menatap wajah Finna, dia pasti merasa tersakiti, kalau Arlina kembali muncul lagi. Padahal dia berjanji akan menikahi dia, namun, Arlina datang di saat tidak tepat. "Mari, Sayang, ini Mama. Kau tidak rindu padaku?" bujuk Arlina merentangkan kedua tangannya untuk dipeluk oleh Arletta. Arletta masih menatap bergantian Finna atau Arlina. Cukup lama memang, kemudian, Arletta berlari kecil memeluk Arlina. Arlina tentu bahagia sekali bisa di ingat oleh putrinya. Finna bisa iba, melihat betapa bahagianya Arletta bertemu dengan ibu kandungnya. Deron geming menatap Finna, dia pasti sedih. Posisinya juga sulit untuk membela yang mana. Disisi lain Arlina masih sah istrinya, sedangkan Finna hanya pekerja sebagai pengasuh Arletta. Finna berbalik menutup pintu ruangannya. Finna menarik nafas panjang, kemudian dia buang secara perlahan - lahan. Buat apa kau mengharapkan Deron menjadi istrimu, sekarang istrinya kembali. Ini hanya angan dalam mimpi saja, Finna. Kau hanya sebagai pelampiasan seksual untuk tuanmu. Sekarang kau harus bagaimana, melanjutkan pekerjaanmu atau meninggalkan tempat dari keluarga Cornelius? bisikkan hatinya sendiri. Deron menatap putrinya begitu bahagia, senang bisa bertemu dengan ibunya. Disisi lain Deron melirih pintu ruangannya belum juga kembali-kembali si Finna. Padahal Finna telah tiba di rumah Cornelius. Sedang menyiapkan makan malam untuk keluarga besar majikannya. Berselang beberapa menit, mereka pun akhirnya pulang. Finna baru selesai menghidangkan makan malam di atas meja ukuran persegi panjang. Arletta berlari memeluk kaki Finna. "Mama, kok, cepat pulang?" tanya Arletta polos masih tetap memanggil Finna sebutan Mama. Deron melonggarkan dasinya di kerak bajunya, Arlina membawa tasnya. "Mama, kok, diam? Mama tidak sayang sama Arletta lagi, ya?" tanya lagi si Arletta. "Tidak, kok, jangan panggil saya—Mama, kamu sudah ada Mama kandung," jawab Finna senyum kecut. Sebenarnya ia senang Arletta memanggilnya, apa mau di kata dia hanya seorang pekerja, bukan siapa-siapa. Arlina dan Deron di kamar, Arlina senyum melihat warna kesukaan suaminya tidak pernah berubah. Setelah itu mereka berkumpul makan bersama, sedangkan Finna menuangkan minuman untuk mereka, Deron memegang gelas sengaja menyentuh tangan Finna. Finna menghindar, dia tidak ingin disebut merebut suami orang. Setelah itu, dia pergi ke belakang halaman mengangkat jemuran. Mereka baru selesai makan, Arletta mengajak Arlina masuk ke kamarnya untuk mendongeng cerita. Finna mengangkat piring yang kotor, Deron di sana geming. "Kau marah?" tanya Deron dari tadi Finna tidak membuka suara. Finna melepaskan cengkeraman dari tangannya. Arlina datang, mendekati suaminya, Finna mencuci tanpa terjadi apa-apa. Setelah itu Arlina mendekati Finna, seperti mengatakan sesuatu. "Saya tahu kau ada hubungan spesial dengan suamiku," bisik Arlina pada Finna. "Jangan sekali lagi saya melihat kau dekati suamiku, jika kau tidak ingin saya tendang keluar dari rumah ini," lanjutnya mengancam Finna. "Akh!" teriak Arlina spontan. Piringnya tergelincir jatuh di lantai, Finna terkejut membuat Arlina melengking menjerit, kakinya tergores dengan pecahan piring, Finna menunduk memungut serpihan-serpihan itu. "Ada apa?" tanya Deron panik saat mendengar suara piring pecah. "Sayang ... sakit ... hiks ... hiks ..." Arlina mengaduh pada Deron ataskakinya terinjak piring serpihan itu. Deron membantu menjauhkan istrinya dari pecahan kaca itu. "Maafkan saya, Tuan, Nyonya. Saya tidak hati-hati," ucap Finna merasa bersalah sekali. Kembali dia membersihkan pecahan itu. "Akhh!" Finna langsung memasukkan jarinya ke mulut yang tertusuk lancip kaca itu. Deron ingin membantu, namun istrinya merengek.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN