Chapter 11

1075 Kata
Deron mengobati luka Arlina, Arlina yang meringis perih, rela kakinya terluka agar tidak ada orang ketiga dari hubungannya. Setelah selesai diperban dan diobati. Deron meletakkan kembali P3K-nya. "Lain kali lebih hati-hati," kata Deron pada Arlina. "Maaf, bagaimana, sih, kau menerima pekerja seperti dia?" tanya Arlina, ia tidak suka dengan Finna. "Dia kerja demi anakmu, serta pekerjaan di rumah ini, aku percaya dia tidak akan seperti pelayan lain hanya melihat harta kekayaan. Selama dia bekerja Arletta baik-baik saja," jawab Deron membuka bajunya. "Tapi, dia sudah mencelakaiku? Sepertinya dia tidak suka aku ada di sini," kata Arlina, Deron mengerut kening. "Oh ya? Aku rasa kau yang tidak suka dengannya," balas Deron membela, lalu masuk ke kamar mandi. Deron lebih tahu sifat istrinya, selama beberapa tahun hidupnya aman, semua pelayan yang bekerja di rumah ini, tidak ada yang betah dengan tingkah laku Arlina. Aku harus mencari cara agar wanita jalang itu keluar dari rumah ini, batin Arlina dalam hati. Finna sedang duduk di atas ranjang sedang membaca majalah di pangkuannya. Ya, walau majalah itu sudah lama, tapi masih bisa dia baca berulang kali. "Sshh ..." meringis perih di jarinya saat menyentuh lembaran majalah itu, darahnya kembali mengalir. Segera dia isap agar tidak keluar lagi. Finna menguap rasa kantuknya mulai menyerangnya, sekarang dia harus tidur, agar besok kembali bekerja seperti biasa. ∞∞∞ Esok paginya, cepat lebih baik, agar pekerjaan terselesaikan. Finna mulai menyegarkan tubuhnya. Setelah itu menyiapkan sarapan seperti biasa. Dibukakan pintu kamar Arletta, untuk membangunkannya. Arletta sudah terbiasa tidak mengeluh lagi saat bangun. Deron dan Arlina telah berada di meja makan. Arletta menyusul. Arlina akan menemani Arletta sekolah, Finna hanya mengantar mereka bertiga di depan. Setelah itu Finna kembali melanjutkan pekerjaannya. Tetiba Deron masuk ia kelupaan dengan dokumen tertinggal. Di sanalah Deron memeluk Finna dari belakang, hingga Finna terperanjat. "Maafkan aku," ucapnya pelan. Dari jarak jauh, Arlina melihat jelas kemesraan mereka berdua, Arlina terbawa cemburu dan merasa tidak terima. Ditempelkan ponsel dan menelepon seseorang. "Tidak apa-apa, Tuan. Saya mengerti. Sudah Tuan, nanti nyonya marah," sahut Finna lembut melepaskan pelukan dari Deron. "Sabar, ya, ini tidak akan lama. I Love You." "Me too," balasnya Deron pun kembali berangkat, di sana Arlina duduk seperti biasa menemani Arletta. Di sisi lain, Arlina sudah merencanakan sesuatu. Di kediaman Cornelius, sebuah telepon berdering. Finna segera mengangkatnya, "Halo, dengan kediaman keluarga Cornelius, ada yang bisa saya bantu," sambut Finna lebih dulu. "Sudah makan?" sambung dari suara seberang adalah Deron menelepon. "Belum, tuan," jawab Finna. "Kenapa tidak makan? Apa perlu aku suapi?" goda Deron. "Tidak, tuan, saya masih belum lapar," jawabnya "Kalau begitu, jangan lupa makan. Aku tidak suka kurus. Makan yang banyak dan berisi, agar aku bisa mencicipimu," bisik Deron. Finna tersenyum, lalu menutup genggaman telepon. Finna kembali mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan salah satu restoran ternama, Arlina bertemu dengan seseorang di sana. "Aku punya pekerjaan untukmu," kata Arlina pada seorang pria yang duduk di depannya. "Pekerjaan?" tanya Pria itu. Pria itu boleh juga, ganteng, tinggi, wajahnya campuran Afrika—turki. Mungkin akan cocok dengan Finna nantinya. Arlina memberikan selembar foto pada pria itu. Pria itu menerima dan melihat seseorang wanita berdiri tersenyum. Pria itu sedikit terkagum pada wajah di foto itu. "Aku ingin kau mendekati wanita itu, sebagai teman dekat. Aku akan perkenalkan kau dengannya pada saat pertemuan dengan rekan kerja bisnis suamiku," kata Arlina meminta pada Pria itu. "Hemm ... kau yakin?" Pria itu sedikit ragu dengan keputusan Arlina. "Ya, aku yakin. Jika bisa jauh dari suamiku dan juga anakku," ucapnya serius. "Baiklah, akan aku jalankan rencanamu. Apa, sih, tidak untuk Nyonya Marioline," balasnya sembari tersenyum. Setelah rencana Arlina baru akan dijalankan, Pria itu menyimpan fotonya. Deron bertemu dengan istrinya di sana. Tentu Arlina terkejut tapi sikapnya biasa saja. Deron mencurigai perilaku Arlina. "Sedang apa kau di sini?" tanya Deron duduk di dekatnya. "Ah ... aku hanya mampir, tadi bertemu rekan kerja bisnisku," jawab Arlina berbohong. "..., dan kau sendiri sedang apa di sini?" tanya Arlina kembali "Aku ada perlu dengan Freddy—sahabatku. Kau ingin bergabung?" jawab Deron jujur. Dia yakin Arlina tidak akan ikut. "Tidak perlu, aku akan menjemput Arletta di sekolah. Have Fun, Honey.” Lalu dia pun pergi. Deron memerhatikan sikap istrinya dari jauh lebih perhatian pada putrinya, apa dia sudah berubah. Deron tidak peduli, sekarang dia harus ketemu sahabatnya si Freddy. "Ada apa kau memanggilku?" tanya Freddy duduk santai sambil membaca surat kabar. "Istriku kembali," jawabnya "Benarkah? Jadi bagaimana dengan wanita itu?" kejut Freddy "Aku sendiri bingung, di sisi aku harus memerhatikan Arlina, sisi lain Finna membutuhkan diriku ada di sampingnya. Apa yang harus aku lakukan?" Frustrasi Deron tidak bisa berpikir. "Kau masih mencintainya?" tanya Freddy "Siapa?" tanya balik. "Tentu istrimu. Kau dan dia hampir tiga atau empat tahun berpisah, dan kau berhubungan spesial dengan pekerja rumahmu bernama Finna. Aku bertanya apakah kau masih mencintai Arlina?" jawab Freddy kemudian kembali bertanya. "Aku tidak tahu, ini rumit. Kenapa dua wanita membuatku pusing. Aku masih mencintai Arlina tapi dia selalu menyakitiku," jawab Deron merasa tertekan harus memilih yang siapa. "Jadi sekarang hatimu untuk siapa? Arlina atau Finna?" Freddy bertanya lagi. "keduanya aku sayang. Tetapi ..." Deron mengantungkan jawabannya. "Coba kamu pikirkan baik-baik. Jika kau hanya kasihan pada Finna, lebih baik kau tidak terlalu dekat dengannya. Jika kau bukan kasihan atau hanya sebagai hubungan seksualmu, lebih bagus kau lupakan. Wanita tidak hanya untuk disakiti, wanita butuh seseorang menerimanya dengan tulus dan dicintai," jelas Freddy memberi nasihat pada Deron. Malam tiba, keadaan di rumah hening tanpa ada yang mengeluarkan se-patah kata dari mulut mereka. Apalagi Finna lebih banyak diam sejak Arlina, sang istri dari majikannya kembali ke rumah ini. "Sayang, aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Arlina memulai bersuara. "Ya, katakan saja," jawab Deron datar "Aku mempunyai rekan bisnis, seorang pria ingin berkenalan dengan Finna. Mungkin pria itu menyukai ketarikan dengannya. Namanya adalah Samuel Cristian Mahfud. Dia mapan, mempunyai usaha sendiri di bidang otomotif, di usia Finna sudah cukup untuk bersiap menikah. Bagaimana Finna?" kata Arlina memberitahukan soal perjodohan ini. Deron yang sedang menikmati makan malam terhenti, sebaliknya Finna. "Kenapa? Ada yang salah dengan perkataanku? Ayolah, Finna. Kau cantik, dan sexy. Pria mana pun pasti jatuh cinta padamu," sambung Arlina memujinya, Finna sesekali melirih Deron, Deron tidak memberi respons. "Terserah Nyonya saja, saya hanya menuruti,” jawab Finna akhirnya bersuara, Arlina senang mendengarnya. "Baiklah, mungkin Minggu depan akan ada pertemuan dengan beberapa rekan kerja bisnis, mungkin dengan ini kau bisa berlama dengannya untuk mengobrol. Dia—orangnya asyik, kok. Aku yakin kau tidak akan menyesal," ucapnya bahagia. Finna bisa tersenyum tipis. Deron sulit untuk menelan makanannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN