Kesunyian itu masih terasa begitu nyata, Mia tak percaya dirinya kini tinggal sebatang kara, gadis itu masih meringkuk di atas ranjang meresapi kepedihanya seorang diri. Mia menyaksikan butiran putih salju yang turun dari bingkai jendela kamarnya, musim dingin belum berlalu Mia ingat bagaimana dia harus menggali tanah di bawah lapisan salju untuk menguburkan tubuh ibunya, air mata kembali menuruni sudut matanya dalam diam. "Jangan sendirian di dalam gelap." Will yang baru datang meletakkan lilin di atas meja kemudian ikut naik keatas ranjang untuk memeluk gadis itu. Will menarik Mia untuk lebih dekat pada dirinya, gadis itu tak mengeluh hanya ikut bergumul dalam kehangatan yang terasa nyaman. "Percayalah kau tidak sendiri." "Rasanya tidak akan sama lagi." "Kita bisa tinggal sampai akh