BAB 6*

1261 Kata
Ini sudah lebih dari empat minggu dan Lady Anna mulai gusar karena belum juga mendapatkan tamu bulanannya. oh tidak mungkin dirinya hamil.... Hamil anak Ethan Harris bisa berarti bencana. Mustahil, bagaimana dia bisa mengandung anak dari pria yang sangat membencinya tersebut, bagaimana kemalangan seperti ini bisa terjadi dan bagaimana dia bisa menanggungnya nanti. Kehamilan bukanlah sesuatu yang bisa di sembunyikan dan sekarang dirinya harus bagaimana. Anna hanya tidak mau menjadi beban bagi keluarga bibi Lorna jika harus menjadi tak berguna dengan kehamilan besarnya. Apakah dia harus pergi meninggalkan tempat ini sementara dia sendiri tidak tau jalan kemanapun. Sang Lady merasa kepalanya agak pusing dan ini baru menjelang tengah hari, efek kehamilannya sepertinya mulai terasa dan akan semakin merepotkan kedepannya. Lady Anna mulai berjalan tak tentu arah menyusuri jalan setapak dari sisi ladang, di mana seharusnya Ia berjalan kembali ke rumah Bibi Lorna, tapi Lady Anna justru memilih jalur berlawanan arah. Lady Anna hanya bingung dan tidak tau lagi apa yang harus dia lakukan jika dirinya benar-benar hamil, pikirannya sedang kacau dan tidak tau harus berbuat apa pada bayi di rahimnya. Sang Lady hanya terus berjalan menyusuri jalan setapak yang semakin jauh dari keramaian, pepohonna mulai agak rapat udara terasa lebih sejuk di bawah pepohonan. Entah apa yang sedang di carinya, mungkin sang Lady hanya ingin menyendiri dan berpikir sejenak tanpa berniat benar-benar pergi karena bagaimanapun dia tidak memiliki tujuan. Lady Anna sampai pada pertigaan jalan setapak yang sempat membuatnya bingung, dan dia terkejut saat mendapati suara gelak tawa dari ujung jalan. Segerombolan pria pekerja nampak datang dari sisi jalan setapak yang lain, sebagian dari mereka adalah orang berkulit hitam dengan tubuh besar dan berjenggot. Perawakan kasar mereka membuatnya cukup menyeramkan untuk di temui seorang diri di tengah hutan, sepertinya sang Lady sudah terlambat untuk menyadari ancaman terhadap dirinya. "Kau mau kemana manis." Dua orang di antara mereka menghalangi jalannya saat ingin berbalik. "Maaf, aku harus segera kembali ke ladang." "Oh, sayang sekali, gadis seindah dirimu tidak layak berada di ladang, tidakkah Anda ingin menemani kami saja, Nona." "Maaf sebaiknya Anda minggir." Salah satu dari mereka justru menarik lengannya dan mendorong sang Lady pada temannya yang lain, dan mereka mulai tertawa. "Djanggo sepertinya kita punya teman bersenang-senang siang ini." "Nona sebenarnya Anda terlalu indah untuk kami bagi-bagi, sungguh aku ingin memilikimu seorang diri sepanjang hari." Tangan-tangan kotor itu mulai menyentuhnya. Lady Anna coba menepisnya tapi percuma karena sebagian yang lain mulai memegangi lengannya saat yang paling besar yang bernama Djanggo mulai menyentuhnya lebih dulu. Lady Anna mulai berteriak, saat salah satu lengan bajunya di robek paksa dan yang lain menertawakannya. Lady Anna terus berusaha berontak tapi tubuh-tubuh besar pria itu sama sekali tak bergeming sang Lady mendapati tubuhnya bagai terhimpit bongkahan batu besar yang keras dan kaki-kakinya tidak lagi menginjak tanah. Kepanikan menguasai dirinya, Lady Anna hanya bisa berteriak, mungkin dirinya akan mati setelah ini, mungkin itu jauh lebih baik sebagai akhir hidupnya. Sang Lady kembali menendang-nendang udara kosong dan terus berteriak. Tangan-tangan kotor itu terus berusaha melucuti pakaiannya dengan kasar, merobek beberapa bagian kemudian menertawakan ketidak beradayaannya. Mereka ada enam orang Lady Anna yakin dirinya benar-benar akan segera mati setelah ini, sang Lady berpaling untuk menggigit salah satu lengan yang menahannya. Sebuah tamparan kejam melayang bagai merobek kulit wajahnya yang lembut, darah segar terasa anyir tertelan olehnya, ia kembali berontak meski sia-sia. Tubuh besar itu menjatuhkannya ketanah dan siap menindihnya saat suara erangan terdengar menyakitkan. "Berengsek apa yang kalian lakukan!" Lady Anna masih terbaring di tanah yang kotor saat Ethan Harris entah dari mana dia mucul dan mulai memukuli para berengsek itu, sebagian dari mereka sempat melawan meski kemudian memilih kabur menyusul temannya yang lain. Lady Anna hanya bisa mendekap tubuhnya sendiri yang menggigil. "Apa kau baik-baik saja ?" Ethan Harris ikut jongkok untuk mendekatinya. Sang Lady masih menahan bibirnya yang berdenyut saat Ethan mengeluarkan saputangan untuk menyapu sudut bibirnya. "Terima kasih... " ucap sang Lady dengan suara bergetar. "Bisa kuperiksa kakimu ?" Darah segar terlihat merembas dari balik gaunnya. Sang Lady mengangguk, kemudian Ethan mulai membuka kaki sang Lady dan meluruskannya. Nampak luka goresan melintang agak dalam dan masih terus berdarah. Ethan merobek ujung gaun sang Lady untuk mengikatnya. Lady Anna hanya bisa memperhatikan apa yang coba dilakukan pemuda itu untuk menangani lukanya. Rasanya jauh lebih baik saat Ethan mulai membebatnya. Untuk beberapa saat mereka diam dalam kesunyian tanpa ada yang memulai untuk bicara. "Kenapa, Lilian? " Tanya Ethan Harris tiba-tiba dan agak mengejutkan kenapa pemuda itu justru menanyakan hal sesepele itu. "Itu nama ibuku." Ethan yang semula memang sangat penasaran memilih setuju dengan pilihan sang Lady. "Kupikir Lady sepertimu tidak akan pernah cocok tinggal di estate." "Aku ingin tinggal, kuharap kalian tidak bermaksud mengusirku lagi." Ethan berhenti membebat kakinya untuk memperhatikan keseriusan sang Lady. Bagaimanapun dia tetap seorang Lady, memilih hidup dengan para pekerja adalah hal luar biasa yang tak terduga. "Banyak hal yang harus kau ketahui tentang tinggal di Estate, menilai kecerobohanmu kupikir kau tidak akan bertahan dalam tiga bulan." "Aku akan belajar." Ethan mengakhiri simpul terakhirnya dan kembali menatap Lady Anna dengan lebih serius, bukan bermaksut meremehkannya tapi sunguh gadis itu tidak tau apa-apa tentang hasrat laki-laki. "Dengar Lady, pria di tanah ini tidak selalu bersikap sopan seperti para Gentlemen yang kalian temui di pesta. Seharusnya kau sadar kehadiran mu di antara mereka sudah sangat mencolok, aku hanya tidak ingin besok-besok lagi menemukanmu seperti domba bodoh di antara kerumunan para srigala seperti tadi." Ethan benar, dan baru saja dirinya hampir kembali kehilangan kehormatannya jika bukan karena Ethan Harris yang dengan sangat ajaibnya mendengar teriakannya. "Terima kasih." Ethan bangkit dan memperhatikan gadis yang masih duduk di tanah tersebut. Baju sang Lady nampak berantakan dengan bekas koyakan besar menuruni bahu dan garis leher hingga hampir ke belahan d**a yang sedikit terbuka, Ethan melepas kemejanya dan memberikannya pada Lady Anna. "Pakai lah." "Aku akan mengantarkanmu sampai kerumah Lorna." Anna tau Ethan Harris bukanlah pemuda tanpa hati, dia cukup baik sebenarnya, dia juga sangat memperhatikan masing-masing pekerjanya tak heran meskipun masih sangat muda dia sangat dihormati. Ada sedikit kelegaan mengetahui paling tidak bayi di perutnya ini memiliki Ayah yang baik. Anna tak menyalahkan kebencian Ethan Harris padanya, mungkin kedekatan pemuda itu dan Nonanya membuatnya cukup pantas untuk ikut murka atas perbuatannya di masa lalu. Saat Ethan Harris mengangkatnya ke atas kuda, Lady Ana benar-benar merasa tidak nyaman karenanya. d**a telanjang pemuda itu yang begitu dekat membuatnya mulai teringat hal terlarang yang pernah mereka lakukan, meski ingatan itu sama sekali tak tersisa di kepala Ethan Harris tapi tetap saja bagi sang Lady masih sangat sulit untuk mengabaikan desiran hangat yang menuruni perutnya. Lady Anna coba kembali menemukan ke warasanya, entahlah selama ini dirinya memang hanya sesekali melihat Ethan Harris dari kejauhan . Dengan sikap acuh pemuda itu rasanya juga tidak terlalu sulit untuk mengabaikannya, tapi kali ini dia berada begitu dekat begitu hangat dan aroma yang sama sekali tak berubah dan masih terekam jelas di otaknya. Lady Anna berharap bisa melonggarkan jarak untuk memberinya sedikit kewarasan, tapi lengan Ethan Harris justru melingkari pinggangnya saat kudanya mulai berjalan. Lady Anna duduk tepat di depan kedua pangkal pahanya yang terbuka, sungguh sangat tepat dan terlalu dekat, sempat terlintas dalam pikiran sang Lady bahwa Ethan Harris sengaja melakukannya tapi rasanya mustahil jika mengingat kebencian pemuda itu pada dirinya. Perjalanan kembali ke rumah Lorna tidak terlalu jauh tapi dengan d**a telanjang Ethan haris yang menempel di punggungnya dan gerakan punggung kuda yang memantulkan mereka naik turun, membuat gesekan di antara mereka begitu nyata terasa. Lady Anna ingin mengutuk dirinya atas segala pikiran kotor yang kembali mengingatkannya tentang malam itu, bagaimana tangan-tangan besar Ethan Harris menyentuh tubuhnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN