BAB 4

1174 Kata
Ini adalah hari pertama keluarga Bibi Lorna mengajaknya keladang, Lady Anna yakin sudah cukup sehat dan memaksa untuk ikut. Anna merasa tidak enak jika hanya berdiam diri di rumah sementara keluarga itu bekerja di ladang. Pagi itu Lady Anna berangkat bersama Bibi Lorna dan suaminya Carlo, anak bungsunya Noah juga ikut keladang seperti biasa. Anak laki-laki itu mengekor di belakang mereka, menyeret penggaruk tanah yang sedang di main-mainkannya. "Lili, sebaiknya kau membantuku membersihkan tanah sementara Carlo masih mengambil pupuk di gudang." Terlihat banyak pekerja menggarap lahan bersama-sama, Noah benar banyak gadis muda yang bekerja di ladang. Lady Anna nampak sangat kikuk tentang apa yang harus dia lakukan, terutama dengan perhatian banyak pasang mata yang tanpa sungkan tertuju padanya, seolah dirinya adalah benda mencolok di tengah ladang. "Apa yang harus kulakukan, Bibi? " Bibi Lorna terlihat maklum mengingat gadis itu baru datang beberpa hari lalu. "Kau bisa memulai dengan menyabut rumput sementara aku menggaruk tanah." Sepertinya tidak terlalu sulit, Lady Anna segera berjongkok dan menarik rumput pertama yang di raihnya, dan ternyata tak semudah kelihatannya, butuh lebih banyak tenaga sampai rumput-rumput itu mau tercabut sampai akarnya. Sudah hampir tengah hari, tangan sang Lady yang tidak biasa mengerjakan pekerjaan kasar mulai terasa perih, tapi Lady Anna berusaha mengabaikannya dan terus berjongkok mencabuti rumput di depannya. Dari kejauhan Lady Anna melihat Ethan Harris menunggangi kudanya melintasi ladang meski pemuda itu hanya sekedar lewat dan tidak berhenti sama sekali, tapi sang Lady sempat merasakan serangan kepanikan mengingat ini kali pertama dia kembali melihat Ethan Harris setelah malam itu. Bayangan itu kembali terlintas di kepalanya dengan begitu jelas, mengingat bertapa warasnya ia malam itu membiarkan Ethan Harris menyentuhnya sedemikian rupa. Rasanya sangat bertentangan jika di bandingkan dengan sikap dingin pemuda yang masih bertengger di atas kuda itu, sepertinya mereka memang dua mahluk yang berbeda. Benarkah Ethan Harris sama sekali tidak mengingat apapun tentang malam itu, rasanya sangat tidak adil sementara dirinya tidak bisa melupakannnya barang sedetikpun bayangan Ethan Harris masih memenuhi pikirannya, bagai siksaan tanpa ampun selama beberapa hari ini, bahkan sebagian dari dirinya masih merasakan rasa perih yang berdenyut karena perbuatan pemuda itu. Tapi melihat reaksi Ethan Harris barusan sepertinya dia memang tidak mengingat apapun, Lady Anna yakin Ethan Harris sempat melihatnya di ladang meski pemuda itu memilih tidak bereaksi apapun dan tetap pergi mengabaikannya. Rasanya ada campuran kelegaan dan kekecewaan yang aneh, entahlah apa mungkin dia berharap Ethan Haris bisa mengingatnya, atau sedikit saja bagian dari malam itu yang masih sulit di lupakannya. Memang apa yang di harapkannya, mungkin saja pemuda itu akan mengingatnya kemudian murka dan memutuskan untuk membuangnya jauh kedalam hutan. ***** Hari ketiga di ladang Lady Anna sudah tidak terlalu menjadi pusat perhatian, dan itu melegakan. Pagi itu dia kembali melihat Ethan Harris datang bersama kuda hitamnya, dia hanya singgah sebentar untuk mengecek hasil pekerjaan para pekerja kemudian pergi lagi dan tetap mengabaikannya. Sampai tak terasa sudah hampir dua minggu Lady Anna membantu bibi Lorna bekerja di ladang. Siang itu panas menyengat sangat luar biasa lebih panas dari hari-hari biasanya Lady Anna tau Ethan Haris sedang menatapnya dari atas kudanya. Hari itu Lady Anna hanya keladang bersama Noah karena bibi Lorna harus menjaga suaminya yang sedang kurang enak badan. Lady Anna sudah mulai bisa menggunakan penggaruk tanah di bantu oleh teman kecilnya Noah, dia memaksa untuk pergi sendiri ke ladang karena tau ladang tersebut harus segera di tanami akhir minggu ini. Sang Lady mengenakan gaun Gipsy yang ringan dengan dalama celana panjang sehingga dia bisa sedikit mengangkat satu sisi roknya agar dirinya bisa lebih mudah melangkah, sementara Noah coba membantunya mendorong pengharuk tanah. Rambut pirang Lady Anna berkibar-kibar melintasi wajahnya saat mendongak untuk balas menatap Ethan Haris yang masih berada di atas punggung kudanya, mata mereka bertemu dengan tatapan yang sama dinginnya, otot lengan pemuda itu menegang mencengkram kekang kudanya yang meringkik. Hari itu Ethan Harris kembali mengabaikannya, menghentak tubuh kudanya kemudian pergi, Lady Anna pun sudah mulai biasa mendapatkan tatapan sinis itu di hari-hari berikutnya. Ternyata menggaruk tanah di estate tidak lebih buruk dari duduk nyaman dan menyulam di kediaman keluarga Harrington, meski dirinya tidak pernah mendapatkan makanan yang selalu hangat dan mengenakan gaun Indah tapi Lady Annabeth mulai merasakan kebebasan bisa jadi lebih berharga dari kemewahan. Selama ini dia hidup dalam begitu banyak tekanna, sepupu dan paman-pamannya seolah hanya ingin memanfaatkan kecantikannya untuk keuntungan mereka sendiri. Bisa terlepas dari cengkraman Nicholas Stanley adalah hal luar biasa yang tidak akan pernah berhenti dia syukuri, meski sekarang dirinya harus menghabiskan harinya bersama para pekerja estate di ladang, sungguh sang Lady lebih menikmatinya. Tiga hari ini paman Carlo sudah kembali ikut turun ke ladang, tanahnya sudah siap di tanami gandum musim ini, mata hari sangat terik mereka beramai-ramai mempersiapkan lahan. Ethan haris terlihat beberapa kali berkeliling untuk memantau pekerja, seperti biasanya dia hanya duduk di atas punggung kuda dan bicara kepada beberapa pekerja yang lebih senior sebelum memberi instruksi dan kembali pergi. Anna masih belum mengerti bagaimana para pekerja bisa sangat menghormati pemuda tersebut, mengingat usia para pekerja di tempat ini banyak yang lebih tua darinya. "Namanya Ethan Harris, dia kepala Estate kita." Anna menoleh ke arah suara yang berbisik padanya. "Kulihat kau memperhatikannya dari kemarin," tambah Bibi Lorna matanya menyipit, udara yang begitu panas membuat rambut tebal hitamnya mengembang dan menaungi sebagian wajahnya saat tersenyum, membuat deretan gigi putihnya begitu cemerlang . "Dia memang pemuda yang tampan, Nona kami sangat dekat dengannya." Lady Anna paham jika yang dimaksut adalah Lady Alexsa. "Aku hanya heran, bukankah dia masih terlalu muda untuk tanggung jawab sebesar itu, Bibi?" "Ethan Harris sudah seperti putranya laki-laki bagi Lord Richard. Sejak ibu dan saudara perempuannya meninggal dia tinggal hidup sebatang kara, karena itu Lord Richard membesarkannya seperti seorang putra, dan membiarkan anak muda itu tumbuh bersama putrinya, sungguh mereka pasangan yang serasi sebenarnya." Anna curiga para pekerja belum tau tentang James Winston yang sudah menikahi Nonanya. Ethan Harris sudah memutar kudanya untuk pergi saat triakan seorang anak laki-laki menghentikannya. Seorang bocah berambut gelap seusia Noah sedang berlari menyebrangi ladang dan berhenti di depan kudanya. Ethan yang sudah duduk di punggung kuda merunduk untuk membiarkan bocah laki-laki itu membisikkan sesuatu padanya. Terdengar keceriaan dari tawa bocah tersebut saat Ethan sepertinya mengangguk untuk mengiyakannya. Anak itu kembali berlari menghampiri orang tuanya yang juga sedang menggarap tanah, anak itu masih melompat-lompat ceria dan berputar-putar coba mencuri perhatian orangtuanya yang hanya tersenyum dan menggeleng pelan. Entah bagaimana melihat interaksi para pekerja di tanah Harrington yang seperti keluarga tiba-tiba membuat Lady Anna merasa damai. Rasanya dia bisa tinggal disini, benar-benar bukan pilihan yang buruk jika dirinya kelak harus menikahi seorang petani yang bisa mencintainya dan anak-anaknya. Bayangan Indah itu sempat menghangatkan hatinya, tapi sering kali kenyataan justru menentangnya. Tak heran Lady Alexsa sempat bersikeras untuk kembali ke estate dan menikah bahagia dengan Ethan Harris nya, pikiran itu sempat menimbulkan sekelumit rasa cemburu yang masih sulit untuk di pahami. Mungkin jika James Winston tidak begitu gigih mengejarnya pasti Lady Alexsa akan berakhir bersama pria dari estate yang di cintainya itu, semua itu sudah tergambar jelas bahkan seluruh pekerja di seluruh tempat ini juga akan mendukungnya. ******
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN