Aku menatap cermin di hadapanku—melihat pantulan diriku dibalut midi dress berwarna pastel lembut dengan riasan sempurna natural dan rambut yang ditata dengan rapi. Lamunanku tentang pertemuan dengan Farhan sirna sudah karena tiba-tiba pintu ruangan terbuka, dan sosoknya muncul. Senyum lebar terpancar di wajahnya, seperti biasa. Mata cokelatnya langsung mencari keberadaanku, membuatku kaku di kursi. "Asya, di sini rupanya," sapanya ringan sambil melangkah masuk. Aku merasakan tatapan para kru dan MUA di ruangan ini beralih ke arah kami. Seorang kru stasiun televisi yang berdiri di sudut ruangan menghampirinya. "Dokter Farhan, semua barang-barangnya akan dipindahkan ke ruangan yang sama dengan dr. Asya, ya. Nanti diurus tim, sesuai permintaan dr. Farhan," katanya dengan senyum ramah. Aku

