Ganda’s POV “Sayang.” Entah sudah berapa kali aku memanggil Nada, tapi dia tidak menyahut. Selain merasa bersalah, aku juga khawatir padanya. Aku merutuki diriku yang tidak kreatif dalam mencari alasan. Manaku tahu kalau Nada mengikutiku, tak ku sangka gerak-gerikku terpantau olehnya. F*I saja kalah olehnya. Rey sama sekali tidak membantu, sia-sia saja aku menghubunginya. “Tidak mau tahu, aku sudah susah payah memesan dan mendekor tempat malam nanti,” ujarnya sebelum mematikan sambungan telepon secara sepihak. Tidak sopan memang, sepertinya dia bosan bekerja denganku. “Sayang ….” Tidak ada hal lain yang aku ucapkan selain memanggil namanya dan menyerukan permohonan maaf. Akhirnya aku mengambil secarik kertas dan menulis surat untuk kesayanganku, pasalnya sejak tadi nomor ponselnya

