Nada’s POV “Tumben Damar peka,” sindir Aa pada Kak Damar. Setelah memindahkan Panji tadi, Kak Damar bilang dia khawatir aku salah paham melihat Aa berdua dengan Mbak Jingga di toko perhiasan kemarin. Dia sempat melihatku berlari sambil menangis saat tengah mengantri di stan crepes. Dia memintaku mendengarkan dan mempercayai semua yang Aa jelaskan padaku. Kak Damar bahkan mengatakan makin ke sini dia mulai Ikhlas melihat Aa menatap istrinya. Dia semakin yakin kalau Aa sudah benar-benar berdamai dengan masa lalu mereka. “Harusnya Damar memperlihatkan wujudnya supaya kamu tidak salah paham.” “Harusnya Aa tidak bohong,” pangkasku. Aa menarik tanganku dan mengecupnya seraya meminta maaf. Katanya dia ingin membuat kejutan untukku malah berakhir dia yang terkejut karena ketahuan berbohong ol

