Bab 10

1768 Kata
"Franda kakak mau kamu temanin Luna kemana pun dia mau pergi. Bawa dia ke salon untuk merawat diri," perintah Bastian kepada Franda. "Ok kak siap kakak tidak usah khawatir. Aku akan bersenang-senang dengan Luna. Dan juga aku akan membuat Luna cantik ketika dia pulang nanti," jawab Franda penuh percaya diri. Sedangkan Luna sendiri tak bisa berkata apa-apa lagi. Tadi pagi tiba-tiba saja Franda datang dan mengatakan akan menemani dirinya jalan-jalan seharian. Sebenarnya Luna hanya ingin pergi ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan dan juga keperluan dirinya. Ia juga butuh untuk kembali ke rumahnya dan mengambil barang-barang miliknya. "Jangan berbuat yang aneh-aneh. Karena kakak akan terus mengawasi kalian semua," kata Bastian dengan tegas. "Aku tahu kak. Aku gak bakal berbuat yang aneh-aneh juga. Aku bakal buat Luna terlihat lebih cantik daripada sekarang. Dan aku jamin kakak akan suka nantinya," jawab Franda yang terlihat sangat santai ketika sang kakak sekaligus bosnya itu mengingatkan dirinya. Bastian yang sudah berpakaian rapi pun bersiap untuk berangkat kerja karena hari ini ia ada jadwal operasi jadi ia harus mempersiapkan semuanya. Ketika bastian akan berangkat kerja tiba-tiba Luna pun mengatakan sesuatu kepadanya. "Kak apa boleh Luna ke rumah Luna. Luna harus mengambil beberapa barang Luna yang belum sempat diambil. Jadi nanti Luna akan pulang ke rumah dulu," kata Luna mengutarakan keinginannya. "Franda nanti antarkan Luna ke rumahnya. Bawa barang yang perlu saja karena kakak sudah siapkan semua barang-barang milik Luna disini," jawab Bastian memerintah kepada Franda. "Siap kak," jawab Franda patuh. Setelah itu Bastian pun segera berangkat menuju ke rumah sakit tanpa bicara lagi. Memang ia benar-benar harus segera berangkat karena dari tadi pihak rumah sakit sudah menelpon dirinya sedari tadi. Sepeninggal Bastian pergi tinggallah Luna dan Franda di penthouse milik Bastian. "Luna kita berangkat agak siangan ya. Aku mau ngerjain tugas kampus sebentar ya," pinta Franda yang sudah membuka laptopnya. "Iya gak apa-apa. Aku juga gak buru-buru juga. Aku juga harus beres-beres dulu sebelum nanti pergi," jawab Luna yang sedang membereskan meja makan. Setelah itu Franda pun sudah tenggelam dengan laptop yang ada di hadapannya. Selain Franda harus mengerjakan tugas kuliahnya tapi ia juga mengerjakan pekerjaan yang diberikan kak Bastian melalui Frans pastinya. Luna sendiri sesekali melihat kearah Franda yang tampak fokus dengan laptopnya. Terkadang Luna suka iri ketika melihat orang-orang yang seumuran dengan dirinya melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Tapi sayangnya ia tak cukup punya uang untuk bisa melanjutkan sekolah. Cita-citanya ingin menjadi perawat seperti sang ibu pupus karena Luna lebih memilih untuk mengurus ibunya yang sakit. Luna pun memilih untuk merelakan cita-citanya itu. Apa mungkin suatu saat nanti ia bisa mewujudkan cita-citanya untuk melanjutkan sekolah lagi. Walaupun tidak harus sekolah menjadi perawat tapi ia hanya ingin sekali belajar lagi. Karena dari kecil Luna suka sekali belajar dan melihat hal-hal yang baru. Luna pun memilih untuk kembali membereskan penthouse ini. Karena sejak menandatangi surat perjanjian akan mendedikasikan hidupnya untuk seorang Sebastian Philip. Sementara itu di sebuah ruang operasi Bastian sedang serius melakukan operasi yang cukup rumit. Tapi bukan seorang Sebastian Philip jika tak bisa melakukannya operasi sesulit apapun. Hampir lima jam lamanya Bastian melakukan operasi yang sulit ini. Selama operasi Bastian mengalami situasi yang sulit bahkan pasien sempat mengalami masa-masa kritis tapi seperti biasa Bastian bisa mengendalikannya. "Kalian selesaikan semuanya sampai akhir. Setelah itu bawa pasien ke ruang ICU untuk dipantau. Beri saya informasi tentang keadaan pasien setiap satu jam sekali. Saya ada di ruangan saya jika kondisi pasien memburuk," perintah Bastian kepada dokter muda yang ikut dalam operasi itu. "Baik dokter Bastian," jawab dokter muda bernama Mario itu. Setelah itu Bastian pun meninggalkan ruang operasi. Tak lupa ia melepas semua atribut selama di operasi dan kemudian ia pun memilih untuk kembali ke ruang kerjanya. "Dokter Bastian memang sangat menakjubkan. Pasien ini sudah di tolak oleh beberapa rumah sakit lain karena para dokter tak berani mengoperasi pasien ini karena memang keadaannya yang sudah kritis. Dan ketika pasien itu datang kesini dan berkonsultasi dengan dokter Bastian ia juga tak berharap jika dokter Bastian bisa mengoperasinya. Tapi ternyata dokter Bastian dengan senang hati mau mengoperasi pasien ini walaupun tahu operasi ini pasti akan berjalan sulit. Dan sesuai dengan julukan orang-orang kepada dokter Bastian bahwa dokter Bastian bisa saja menghidupkan orang mati dengan keahlian bedahnya yang memang sudah diakui banyak orang," kata dokter lain yang ikut dalam operasi itu. Para suster dan dokter lainnya pun mengiyakan pernyataan dokter itu. Karena memang kemampuan dokter Bastian tak diragukan lagi. "Sudah kita selesai operasi ini dan setelah itu kita pindahkan pasien ke ruang ICU," kata dokter Mario berusaha memulihkan fokus di ruang operasi ini. Dan suasana operasi pun kembali hening karena mereka harus segera menyelesaikan operasi kali ini. Dokter Mario pun menjahit tubuh pasien itu dan nantinya ia akan memindahkan pasien di ruang ICU. Bastian baru saja selesai mandi setelah tadi ia menyelesaikan operasi yang sulit. Sudah menjadi kebiasaan Bastian ketika ia selesai melakukan operasi ia selalu mandi setelah selesai melakukan operasi. Bastian mengambil ponselnya karena sudah lebih dari lima jam ia tak menyentuh ponselnya. Ada beberapa pesan yang masuk dari Frans dan juga ada pesan yang masuk dari Franda. Bastian pun membuka pesan dari Franda untuk melihat isi pesan dari Franda. Dan ketika ia membuka pesan itu ia bisa melihat beberapa foto Franda dan Luna yang sedang menghabiskan waktu bersama. Bahkan ada sebuah foto yang menampilkan wajah cantik Luna dengan potongan baru rambutnya. Sebuah senyum langsung terbit dari wajah Bastian ketika ia melihat bagaimana ekspresi wajah Luna yang terlihat menggemaskan baginya. Kecantikan Luna sangat terpancar walaupun tanpa adanya polesan makeup up di wajahnya. Laluna Fabrizio memang sudah membuat seorang Sebastian Philip yang dingin dan tertutup bisa sedikit merasakan ada warna yang lain dalam hidupnya sejak kehadiran Luna. Bastian tipe orang yang tak suka berbaur ataupun membagi perasannya dengan orang lain. Tapi hal itu berbeda ketika bertemu dengan Luna dan itu membuat seorang Sebastian Philip menjadi lebih tenang dan tak terlalu dingin. Bastian pun menelpon seseorang dan tak perlu menunggu lama orang yang ditelpon Bastian pun langsung menjawab telepon dari Bastian. "Selamat sore tuan Bastian," sapa Frans yang langsung mengangkat telepon dari Bastian. "Dimana Franda dan Luna sekarang?" tanya Bastian langsung. "Nona Luna dan Franda saat ini masih di mall sedang belanja kebutuhan sehari-hari. Dan tadi Franda bilang jika setelah ini akan mengantar nona Luna ke rumahnya untuk mengambil barang-barangnya di rumah," jawab Frans dengan jelas. "Frans tetap jaga Luna sampai mereka kembali ke penthouse dengan selamat. Tapi ingat jangan terlalu terlihat jika kamu mengawasi mereka," perintah Bastian dengan suara yang penuh kharisma. "Baik tuan. Saya sudah memerintahkan anak buah kita untuk menjaga nona Luna dari jauh. Jadi semuanya aman," jawab Frans dengan sangat patuh. "Lakukan semuanya dengan baik dan pastikan semuanya aman," kata Bastian menambahkan. Setelah itu Bastian pun terlibat obrolan dengan Frans yang berhubungan dengan pekerjaan. "Franda sebaiknya kita pulang saja. Aku sudah terlalu lelah harus berputar-putar di mall ini. Apalagi aku harus ke rumah untuk mengambil barang-barang aku," pinta Luna yang terlihat lelah. "Iya sebentar lagi aku akan antar kamu ke rumah kamu. Tapi kita istirahat sebentar sambil menghabiskan minuman yang kita pesan," jawab Franda yang meminum coffe yang ia pesan. Saat ini Luna dan Franda sedang ada di cafe setelah hampir seharian jalan-jalan di mall. Dari ke salon untuk memanjakan diri dan juga membeli beberapa barang yang mereka inginkan. Sebenarnya lebih tepatnya Franda yang lebih banyak belanja sedangkan Luna hanya mengikuti kemanapun Franda pergi. Bahkan Luna pun membiarkan Franda membawanya ke salon hingga mengubahnya seperti ini. Rambut panjang Luna sekarang di potong agak lebih pendek dan lebih terlihat fresh. Intinya Luna hanya mengikuti saja apapun yang Franda inginkan. "Luna kamu mau beli barang yang lain gak? Mumpung kita bawa kartu kredit kak Bastian kita bisa beli apapun yang kita mau," kata Franda menawarkan lagi. "Ya udah Franda. Barang yang kita beli saja sudah sangat banyak. Untuk pertama kalinya aku belanja sebanyak ini. Bahkan bisa dibilang aku gak pernah belanja di mall mewah ini," jawab Luna jujur. Franda masih tak paham ketika sang kakak mengatakan kepada dirinya untuk menjaga wanita yang usianya tak jauh berbeda dengan dirinya. Yang membuatnya bingung sebenarnya ada hubungan apa antara sang kakak dengan wanita bernama Luna ini. Karena untuk pertama kalinya sang kakak peduli dengan seorang wanita yang bukan dari lingkungan terdekatnya. Untuk saat ini Franda hanya bisa berprasangka jika wanita bernama Luna ini adalah orang yang penting untuk sang kakak. Dan sebagai orang terdekat di kehidupan Sebastian Philip ia akan melakukan apapun yang ia inginkan. Sementara itu di sebuah ruangan tampak seorang laki-laki tampan sedang menyiksa seseorang yang mengkhianati dirinya. "Tuan Aero saya mohon ampun," kata laki-laki yang sudah babak belur itu. "Dorrr....." Terdengar sebuah letusan dari pistol yang Aero bawa. Dan pistol itu menembak orang yang mengkhianatinya tepat di jantungnya. "Tak ada kata maaf untuk seorang pengkhianat," kata Aero yang tampak biasa saja ketika membunuh. Suasana ruangan itu kembali sunyi ketika seorang Aero Darkstone membunuh orang-orang yang mengkhianati dirinya dan juga kelompok pastinya. Aero paling tidak suka bila ada orang kepercayaannya atau orang yang bekerja kepada dirinya bermain di belakangnya karena hanya kematian yang akan mereka terima. "Urus mayatnya jangan sampai meninggalkan jejak," perintah Aero dengan ekspresi yang datar. "Baik tuan," jawab Victor yang merupakan orang kepercayaannya. "Victor apa sudah ada informasi tentang siapa sosok Draco yang sesungguhnya?" tanya Aero yang tampak sangat santai walaupun ia baru saja menembak orang. "Maaf tuan saya belum bisa mendapatkan identitas yang pasti siapa Draco itu sebenarnya. Karena mereka benar-benar menutup rapat informasi tentang sosok bos mereka yang bernama Draco. Bahkan saya sudah mencoba memerintahkan anak buah kita untuk memata-matai mereka tapi hasilnya gagal. Seakan ada tembok besar yang menghalangi kita untuk tahu siapa sosok Draco yang sebenarnya," kata Victor yang merasa bersalah. "Shiiitttt....." Aero hanya bisa mengumpat ketika sampai detik ini ia masih belum tahu siapa sosok di balik nama Draco. Sejak kemunculan sosok Draco ini ia harus kehilangan bisnisnya karena hampir semua bisnis yang ia kuasai kini dikuasai oleh kelompok Draco. Dan itu membuat Aero marah karena penasaran untuk mengetahui sosok Draco yang sebenarnya. "Victor kamu cari apapun untuk bisa tahu siapa sosok di balik nama Draco itu. Saya ingin tahu siapa dia sebenarnya," perintah Aero dengan tegas. " Baik tuan Aero," jawab Victor paham. Setelah itu Aero keluar dari ruang gelap itu. Bahkan ia membiarkan bajunya yang terkena cipratan darah. Saat ini suasana hatinya sedang sangat kacau jadi ia butuh pelampiasan untuk bisa meredam rasa kesalnya itu. Apalagi ketika tadi ia mendengar dari anak buahnya jika mereka belum bisa tahu siapa sosok Draco itu. Sosok yang sudah membuatnya mengalami banyak kerugian dan juga kekuasaan yang ia miliki pun perlahan diambil alih oleh kelompok Draco. Hmmmm.... Kira-kira Aero berhasil gak ya menemukan sosok Draco? See you next chapter.... Happy reading....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN