Luna membaca surat yang diberikan oleh pengacara dari laki-laki yang ia panggil kakak itu.
"Bagaimana ada yang mau kamu tambahkan atau mungkin di kurangi?" tanya Bastian tetap menatap tajam kearah Luna.
"Aku mau menambahkan kalau kita gak usah mengurusi kepentingan masing-masing serta tak boleh memaksakan kehendak," kata Luna dengan hati-hati.
Di dalam ruang kerja Bastian saat ini hanya ada Bastian, Luna, dan juga Erick yang merupakan pengacara pribadi milik Bastian. Setelah tadi Bastian mengatakan jika ia akan melakukan apapun yang Luna minta tapi dengan imbalan jika Luna harus menjadi pelayan pribadinya. Maksud dari pelayan pribadi untuk Bastian bukan hanya sekedar mengurus kebutuhan sehari-hari Bastian tapi juga mengurusnya segalanya termasuk menghangatkan ranjangnya. Awalnya Luna ingin menolak karena ia pikir ia sudah bagaikan seorang w*************a saja yang haus akan harta. Tapi lagi-lagi ia teringat segala hal yang menimpanya selama ini sehingga membuatnya tak berdaya hingga mau tak mau ia pun mengiyakan tawaran yang disampaikan oleh kakaknya itu. Tapi tetap saja ia mau semuanya jelas dan tak hanya omongan saja. Hingga akhirnya Bastian pun membuatnya surat perjanjian yang isinya bahwa ia akan menjamin hidup Luna serta akan memenuhi semua permintaan dari Luna. Sedangkan Bastian hanya meminta kepada Luna jika ia tak ingin dibantah dan Luna mau melakukan apapun yang diminta.
"Tidak ada bantahan baby girl. Kamu terima isi perjanjian itu atau mau aku kirim lagi ke para laki-laki hidung belang disana?" tanya Bastian dengan penuh ancaman.
Luna yang awalnya membantah akhirnya mau tak mau mengikuti apa yang diingkan oleh laki-laki yang ia panggil kakak itu. Ia juga tahu jika hidupnya sekarang sudah ada di tangan laki-laki bernama Sebastian Philip. Luna pun segera menandatangi surat perjanjian itu hingga akhirnya semuanya sudah sah di mata hukum sehingga Luna tak bisa menolak lagi apapun yang diinginkan oleh Bastian.
"Ok semuanya sudah tanda tangan dan selanjutnya saya akan mengirimkan surat perjanjian ini untuk tuan Bastian dan juga nona. Kalau tidak ada yang ditanyakan lagi saya permisi," kata Erick yang bersiap pergi meninggalkan ruang kerja Bastian.
"Erick setelah ini ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kamu. Luna kamu keluar dari ruang kerja kakak sekali," perintah Bastian dengan wajah tenangnya.
Tanpa menunggu perintah 2 kali lagi Luna pun langsung bangkit dari sofa dan berjalan keluar dari ruang kerja Bastian. Sedangkan Bastian sendiri harus berbicara soal serius kepada Erick pengacara pribadinya.
Luna keluar dari ruang kerja Bastian dengan wajah yang cemberut karena sekarang hidupnya benar-benar sudah berada di tangan Sebastian Philip. Ia tahu setelah ini hidupnya tak lagi sama. Selain harus melayani kebutuhan Bastian sehari-hari tapi ia harus siap melayani Bastian di ranjang juga. Dan itu membuatnya takut karena ia tak pernah melakukan itu dengan laki-laki manapun. Walaupun ia sudah berpacaran dengan Roy tapi tetap saja ia tak melakukan hal yang lebih karena Luna selalu menolaknya. Sedangkan sekarang ia harus bersiap jika Bastian akan meminta dirinya untuk menghangatkan ranjangnya. Luna sudah tak ambil pusing karena ia sudah memilih jalan ini jadi ia akan menerima konsekuensinya. Luna memilih untuk jalan ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
Bastian sendiri saat sedang bersama pengacaranya Erick. Setelah tadi mereka berbicara dengan Luna sekarang tinggallah Bastian dan juga Erick saja di ruangan itu.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Erick tetap memasang wajah yang serius.
"Saya ingin membuat sebuah surat wasiat yang baru," jawab Bastian tetap dengan ekspresi datarnya.
Erick sudah menjadi pengacara seorang Sebastian Philip tak dalam waktu yang dekat. Ia sudah menjadi pengacara Sebastian Philip sudah hampir lima tahun terakhir. Dan selama lima tahun terakhir ia tak tahu bisnis apa yang sebenarnya dimiliki oleh kliennya ini. Yang ia tahu kliennya ini adalah seorang dokter yang terkenal tapi ia tak tahu darimana kekayaan yang sang klien ini miliki karena kliennya ini benar-benar memiliki kekayaan yang tak akan pernah orang kita sebenarnya. Walaupun Erick merasa penasaran tapi ia tak mau mencampuri urusan pribadi milik kliennya. Baginya ia hanya mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan oleh sang klien ini.
"Perubahan apa yang ingin tuan Bastian inginkan?" tanya Erick lagi.
"Saya ingin mengalihkan beberapa aset milik saya atas nama Laluna Fabrizio. Dan lakukan perubahan ini tanpa ada orang yang tahu. Saya mau kamu segera mengerjakan permintaan saya sesegera mungkin. Jika sudah kamu kerjakan berikan kepada saya," perintah Bastian memasang wajah serius.
Erick sedikit mengerutkan keningnya karena kliennya ini ingin mengubah beberapa asetnya atas nama Laluna Fabrizio. Kenapa tiba-tiba kliennya ini ingin mengalihkan asetnya kepada wanita yang ia baru kenal. Sebenarnya siapa wanita bernama Laluna Fabrizio itu? Apakah wanita itu begitu penting bagi seorang Sebastian Philip? Bahkan untuk pertama kalinya kliennya itu meminta dibuatkan sebuah surat perjanjian yang aneh. Tapi lagi-lagi Erick hanya bisa mengiyakan saja permintaan dari kliennya.
"Baik tuan Bastian. Kira-kira aset apa saja yang harus saya ubah atas nama Laluna Fabrizio?" tanya Erick lagi untuk memastikan.
"Nanti saya akan kirim daftar aset mana aja yang harus kamu ubah atas nama Laluna Fabrizio. Setelah saya kirim daftarnya kamu segera lakukan semuanya. Saya mau kamu segera lakukan pekerjaan ini dengan baik dan rapi. Dan seperti biasa jika ada yang kurang mengerti kamu hubungi Frans." Bastian pun mengatakan perintahnya kepada Erick.
"Baik tuan Bastian saya akan segera menjalankan semua perintah yang tuan Bastian inginkan. Saya akan memberikan laporan setelah selesai mengerjakan pekerjaannya," jawab Erick patuh.
Bastian pun hanya menganggukkan kepalanya ketika mendengar jawaban dari Erick. Bastian memang sengaja memberikan beberapa aset miliknya untuk diberikan kepada Luna. Ketika Bastian sudah memutuskan Luna untuk menjadi miliknya maka ia akan memberikan apapun yang terbaik dan juga kehidupan yang lebih baik untuk Luna. Selama ini Bastian tahu jika Luna mengalami masa-masa sulit selama ini. Dan Bastian juga tahu jika Luna selalu saja hidup susah dan juga mengubur mimpinya untuk sekolah lebih tinggal karena ia harus mengurus ibunya yang sakit dan juga bekerja untuk membayar biaya pengobatan sang ibu. Bastian juga tahu resiko yang ia ambil untuk menjadikan Luna miliknya cukup besar. Walaupun sekarang orang-orang tak tahu identitasnya sebagai seorang Draco tapi tak menutup kemungkinan jika suatu saat akan ada orang-orang yang tahu tentang identitas aslinya sebagai seorang Draco terutama para musuhnya maka mereka tak segan-segan menyakiti atau mungkin membunuh orang-orang yang ada di sekitar dirinya. Dan Bastian yakin Luna lah yang akan menjadi sasaran utamanya. Jadi sebelum itu terjadi jika situasi tidak lagi aman, Bastian akan meminta Luna pergi dari sisinya dengan membawa aset-aset yang ia berikan kepada Luna. Karena mulai detik ini Luna adalah kekuatannya untuk hidup sekaligus titik kelemahan seorang Draco.
Luna sendiri sudah selesai menyiapkan makan malam. Ia hanya memasak masakan yang sederhana saja. Karena memang kulkas di penthouse ini hampir tak ada isinya. Jadi Luna hanya memasak nasi goreng sosis dengan telur mata sapi.
"Semoga saja dia suka sama masakan aku. Karena aku sedang malas untuk bertengkar dengan dia," kata Luna yang terlihat lelah.
Tanpa Luna sadari Bastian sudah berdiri di pintu menuju dapur yang dari tadi terus memperhatikan Luna yang sedang sibuk menyajikan makanan yang Bastian yakin sangat enak. Dari harumnya sana Bastian bisa mencium jika nasi goreng buatan Luna pasti enak.
"Kenapa kamu berbicara sendiri seperti itu?" tanya Bastian tiba-tiba.
Luna yang sedang menyiapkan piring di meja pun kaget karena tiba-tiba mendengar suara laki-laki yang sekarang sudah menjadi "tuannya".
"Aku gak bicara sendiri cuma sebal aja karena gak ada bahan makanan yang bisa di masak. Jadi aku hanya bisa masak nasi goreng sosis untuk makan malam ini. Dan tadi aku cuma ngedumel apa kakak suka dengan masakan yang aku buat ini," jawab Luna jujur.
Bastian benar-benar tak bisa menebak isi kepala di otak gadis kecilnya itu. Di luar sana banyak wanita yang malah secara terang-terangan menggodanya tapi gadis kecilnya ini malah tak menggubrisnya dan mengatakan hal-hal yang tak penting. Tapi entah kenapa Bastian suka dengan apapun yang dilakukan oleh Luna. Walaupun terkadang gadis kecilnya ini suka seenaknya sendiri tapi setidaknya ia mengatakan apapun yang ia ingin katakan. Bastian pun mendekat kearah Luna. Dan ia pun langsung menarik tubuh Luna untuk mendekat kearahnya.
"Kakak suka dengan tindakan kamu yang apa adanya. Besok kakak akan minta Franda menemani kamu untuk belanja di supermarket. Kamu bisa belanja apapun yang kamu mau minta. Kakak akan memberikan kamu kartu kredit buat kamu. Selain kamu belanja kebutuhan rumah kamu juga bisa membeli apapun yang kamu mau. Karena mulai sekarang semua kebutuhan kamu kakak yang akan tanggung. Jadi kamu bebas menggunakan kartu kredit yang akan kakak kasih besok," kata Bastian sambil menatap kearah Luna.
Luna yang begitu dekat dengan laki-laki yang ia panggil kakak itu merasa nyaman. Apalagi ketika kak Bastian menatapnya dengan tatapan tajam kearahnya dan itu membuat jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.
"Kak jangan terlalu dekat seperti ini. Aku jadi merasa gak nyaman bila kita terlalu dekat." Luna pun mengatakan apapun yang ia rasakan.
"Kamu harus belajar untuk lebih dekat satu sama lain mulai detik ini. Kamu tidak akan lupa dengan tugas kamu kan? Selain kamu melayani kebutuhan kakak sehari-hari tentu kamu juga gak akan lupa dengan tugas kamu yang lain kan?" tanya Bastian dengan suara yang serak.
Wajah Luna pun langsung berubah memerah ketika Bastian berkata seperti itu. Ia tahu cepat apa lambat ia harus bisa melayani laki-laki di hadapannya di ranjang. Apakah ia mampu melakukannya? Apakah ia juga bisa merelakan apa yang ia jaga selama ini untuk suaminya di masa depan diberikan kepada laki-laki yang baru beberapa hari ini ia temui?
Hhhhmmmm gimana nasib Luna kedepannya?
See you next chapter....
Happy reading....