Part - 10 - Jarak

1929 Kata

Dia sebuah ruangan, Ziad nampak duduk bersila dengan Ambu dan Abahnya. Di depannya duduk gadis berjilbab rapi yang tertunduk malu. Gadis itu ditemani oleh murabbi-nya. "Nak Ziad sudah membaca biodata Kia kan?" "Sudah, Ustadzah." "Dan sekarang Nak Ziad sudah melihat langsung. Bagaimana?" "Bismillah, insya Allah saya cocok. Semoga diberikan yang terbaik oleh Allah." "Alhamdulillah, amiin, nah, sekarang bagaimana dengan Kia?" Gadis bernama Kia itu hanya menunduk malu-malu tanpa menjawab. Abah tersenyum mafhum, kemudian beliau berkata, "sebagaimana Rasul ajarkan pada kita, bahwa diamnya seorang gadis adalah tanda persetujuannya." "Alhamdulillah, terimakasih Ustadzah, sekarang apa bisa ditentukan kapan kira-kira Kia siap dilamar oleh putra saya?" Ambu sepertinya memang udah gak sabar.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN