Ziad masih menatap layar monitor di ruang kerjanya, memeriksa laporan dari bawahannya. Matanya fokus, namun sayang, pikirannya melanglang buana ke pesantren yang ia kunjungi beberapa hari yang lalu. Ah, ralat, bukan pesantren yang mengganggu pikirannya, tapi gadis pengganggu itu yang telah berhenti mengganggunya. Harusnya ia senang kan? Mengingat dirinya begitu tersiksa jika setiap saat digoda oleh Silvia. Bahkan ia melamar gadis lain pun salah satu tujuannya adalah agar Silvia berhenti mengganggunya. Tapi setelah gadis itu tak lagi menggodanya, Ziad merasa sedikit aneh. Mungkin belum terbiasa. Ya, mungkin itu.Ziad memutar ingatannya saat Abah menjelaskan bahwa pasca karantina selama 3 bulan itu, Silvia benar-benar berubah. Gadis itu bahkan beberapa kali menolak ajakan pria bernama Ardi y