Ziad mondar-mandir di ruang kerjanya. Sesekali ia duduk lalu mengetuk-ngetuk telunjuknya ke atas meja. "Astagfirullah, ada apa denganku ya Allah?" Ziad mengusap wajahnya. Kata selamat dari Silvia masih terngiang di telinganya. Tapi, kenapa rasanya sungguh menyiksa? Ziad mengambil ponselnya. Dia menghubungi Ustadz Sufyan, gurunya semasa ia kuliah dulu. Beliau selalu punya solusi dari setiap masalah yang ia hadapi. "Assalamualaikum.." Suara teduh milik Ustadz Sufyan menyambut di seberang sana. Ziad menarik nafas lega. Nomornya masih yang dulu ternyata. "Wa'alaikum salam warahmatullah, bagaimana kabarnya, Tadz?" "Alhamdulillah bi khoir. Kamu sendiri apa kabar? Lama sekali tidak bertemu." "Iya, Tadz. Alhamdulillah, saya juga baik." "Kalau mau ke rumah besok aja, saya lagi di luar kota