“Akhirnya semua selesai!” ucap Luna bangga dengan semua pekerjaan yang dia lakukan.
“Iya Nyonya. Semua tanaman itu pasti akan tersenyum soalnya Nyonya cantik yang menanamnya.”
“Iya bener. Nyonya yang baik dan ramah. Tanaman sangat suka dengan sikap yang seperti itu.”
“Kalian ini bisa saja. Justru aku sangat takut tanaman itu akan mati semua nantinya. Jujur aku tidak punya pengalaman menanam selama ini.”
“Tidak akan Nyonya, tanaman itu akan tumbuh dengan cantik dan ceria seperti Nyonya nantinya.”
“Kita minum dulu Nyonya. Pasti nyonya sangat lelah kan?” tanya seorang pelayan sambil membawa nampan berisi segelas minuman dingin untuk majikannya.
Luna tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi dan membuatnya makin cantik itu. Luna juga melihat ada pelayan dapur lan yang juga membawa nampan yang berisi minuman untuk para pekerja yang lain.
Luna duduk di kursi santai yang ada di sana. Dia mengelap keringatnya dan tetap berbincang dengan para pekerja sambil menikmati minuman dan juga kudapan untuk mengganjal perut mereka setelah bekerja.
“Eh ada tali panjang. Aku dulu biasa main lompat tali saat Mamaku masih ada.”
“Nyonya suka main lompat tali?”
“Iya, aku dulu sering banget menang kalo lagi main lompat tali.”
“Nyonya mau main sama kami? Kami sering main di halaman belakang saat jam kerja sudah selesai.”
“Kenapa ga ajak aku. Ayo kita mainkan sekarang.”
Luna sangat bersemangat dengan ajakan para pekerja. Dia segera berdiri dan segera mengikat rambut panjangnya. Dia sudah tidak sabar untuk ingin segera melompat di atas tali yang akan berputar itu.
Lompatan demi lompatan itu di lakukan Luna dengan wajah ceria. Dia seolah menemukan dirinya lagi saat ini. Dia seperti gadis yang masih bebas dan melakukan keceriaan yang seharusnya memang di lakukan oleh orang yang seumur dengannya.
Tepuk tangan dan sorakan para pelayan terdengar saat melihat kelihaian Luna bermai lompat tali. Para pelayan muda juga mengikuti langkah Luna dalam bermain.
“Dasar anak kampung. Manusia rendah mau di kasih baju kaya gimana pun tetep aja akan menjadi sangat rendah. Gimana mungkin dia bisa milih man sama pelayan. Seharusnya dia mencari komunitas yang lebih baik dan sekelas dengan kami. Bikin malu aja!” gerutu Danis yang masih melihat Luna dari balkon.
Dia terus melihat Luna yang tidak tahu sedang diperhatikan Danid dari atas. Senyum dan tawa yang ditampilkan Luna saat ini benar-benar tidak pernah dia lihat sebelumnya.
Luna menjadi orang lain. Orang lain yang diam-diam membuat sudut bibir Danis tertarik ke atas saat kaki Luna tersangkut tali. Senyum yang membuatnya betah untuk melihat gadis itu. Gadis yang usianya 5 tahun lebih muda darinya.
Tiba-tiba senyum Danis menghilang saat dia menangkap ada sepasang mata yang melihatnya dari bawah sana. Dia segera mengalihkan pandangan dan masuk ke dalam kamar lagi dan meninggalkan balkon.
“Maaf, Nyonya. Sudah saatnya Anda beristirahat,” ucap Lisa pada Luna yang akan bersiap melompat lagi.
“Tapi aku masih mau main. Kasih aku satu kali lagi ya.”
“Kita sudah harus berhenti Nyonya. Tuan Danis melihat Anda dari atas.”
Luna melihat ke arah balkon. Sudah tidak ada penampakan siapa pun di sana.
“Tadi Tuan di sana. Tapi beliau segera masuk saat dia mengetahui saya melihatnya,”
‘Pasti dia bakam marah lagi ntar,’ gumam Luna dalam hati.
“Ya udah. Ayo kita pergi.”
Luna mengikuti apa yang disarankan oleh asistennya itu. Dia tidak ingin mendapatkan masalah lagi dengan manusia arogan di rumah ini.
“Saya akan menyiapkan air mandi untuk Anda.”
“Ga usah. Kasih tahu orang salon untuk melayani ku. Aku ingin sedikit di pijat untuk relaksasi.”
“Baik Nyonya.”
Luna menunggu salon siap untuk merawat dirinya. Dia duduk di sofa santai ruang tengah. Matanya melirik ke kamar tengah yang sedari tadi digunakan Danis untuk bersembunyi. Hatinya menjadi sesak kembali.
“Apa Danis masih di kamar?” tanya Luna pada seorang pelayan yang baru saja lewat.
“Tuan sedang berenang di belakang.”
“Berenang? Dia dari tadi di sana?”
“Tidak Nyonya. Tuan maru saja datang.”
“Oh ya sudah.”
Entah kenapa ada perasaan lega saat pemuda yang menjadi suaminya itu tidak lagi ada di tempat yang sama seperti tadi pagi. Hatinya terasa lebih bebas saat ini.
Meskipun itu tidak membuat Danis akan meliriknya, paling tidak dia tidak melihat pemuda itu tetep memuja dan mengingat kekasihnya yang kabur meninggalkannya. Bagi Luna itu adalah sebuah kejahatan!
“Nyonya salon sudah siap.”
“Baiklah. Ayo kita berubah.”
Lina masuk ke dalam ruangan salon yang memang ada di rumahnya. Dia segera di sambut oleh dua orang capster yang ada di tempat itu. Luna memandang ke arah mereka.
“Apa kalian pernah melayani Maya di tempat ini?” tanya Luna.
Dia capster itu saling berpandangan, “Iya Nyonya,” jawab mereka ragu.
“Beri aku perawatan seperti apa yang dulu di minta oleh Maya. Eh tidak, lebh dari yang kalian kasih ke Maya.”
“Baik Nyonya. Mari ikut kami. Nyonya besar menyuruh kami untuk memotong rambut Anda agar lebih rap lagi.”
“Ok, aku percatakan pada kalian. Tapi jangan telalu pendek dan buat aku makin segar.”
“Dengan senang hati, Nyonya.”
Luna duduk di kursi putar yang ada di depan sebuah cermin. Dia memasrahkan dirinya di tangan dua kapster itu. Dia memilih memasang headset di telingganya dan mendengarkan lagu kesukaannya. Semua tentu saja untuk menjaga mood-nya agar tetep bagus.
Rambut Luna dipangkas begitu saja oleh capster. Rambut yang bisanya mencampai punggungnya itu kini hanya sebatas bahu saja. Oh tidak mungkin lebih tepatnya di atas bahu.
Tapi Luna mencoba untuk tidak melihatnya. Setelah dia memotong rambutnya, kini dia menerima perawatan lulur emas dan juga fasial. Suntik vitamin C juga tidak kelihatan untuk menjaga kesehatan kulitnya.
“Silahkan di ...,” ucapa Lisa terdiam saat dia melihat sang majikan kini sedang di rapikan penampilannya.
“Kenapa, Lis? Aku makin cantik ato makin jelek?” tanya Luna yang mulai suka dengan penampilan barunya.
“Maaf Nyonya. Saya hampir tidak mengenali Anda. Anda jad sangat cantik dan sangat segar. Ini benar-benar sesuai dengan usia Anda.”
“Beneran?”
“Saya tidak akan berani berbohong, Nyonya. Oh ya, ini jus semangka, agar Nyonya makin fresh.”
Luna mengambil gelas berisi jus semangka dar tangan Lisa. Dia meminumnya dengan menggunakan pipet.
Luna tidak berhenti mengagumi penampilannya saat ini. Dia tidak menyangka kalau dia bisa secantik ini. Meskipun wajahnya masih tampak memerah karena sisa penyiksan facial, tapi perubahannya sudah mulai tampak.
Sementara itu di ruang makan, Danis menyuruh pelayan untuk menyiapkan makan. Dia merasa lapar setelah dia berenang.
“Mana Luna? Kenapa dia belum siapkan makanan buat aku?” tanya Danis.
“Nyonya sedang ada di ruang salon.”
“Salon? Apa yang dia mau perbaiki dari tampang kaya dia. Buang-buang waktu aja. Siapkan makan. Aku mau mandi dulu.”
“Baik Tuan.”
Danis segera naik ke kamarnya. Dia segera mandi untuk membersihkan dirinya dari air di kolam renang. Perutnya juga sudah sangat lapar sehingga dia mandi dengan cepat.
Setelah mandi Danis mulai duduk di ruang makan. Dia melihat satu persatu makanan yang di sajikan di hadapannya. Dia mengenali dengan baik makanan yang ada di hadapannya.
“Siapa yang menyiapkan makanan hari ini?” tanya Danis dengan nada suara tidak enak di dengar.
“Chef Tuan. Atas petunjuk dari Nyonya Luna.”
“Luna? Apa katanya?”
“Menu hari ni adalah ... adalah menu kesukaan Nona Maya,” ucap sang pelayan makan ragu.
Danis mengepalkan kepalanya. Dia merasa sangat kesal saat ini. Bagaimana mungkin Luna bisa memesan makanan yang menjadi kesukaan kekasihnya. Sepertinya Luna ingin mengoloknya saat ini.
“Panggil Luna sekarang. Aku mau dia makan bersama aku di sini sekarang juga!”
“Baik Tuan.”
Segera saja pelayan itu pergi untuk menemui Luna di ruang Salon. Dia segera menyampaikan apa yang di perintahkan Danis. Untungnya semua perawatan Luna sudah selesai dan dia bisa keluar dengan sangat percaya diri.
“Siapkan piring makan untukku,” ucap Luna.
“Baik Nyonya.”
Luna segera keluar untuk menuju ke meja makan. Dia tahu kalau Danis tidak suka menunggu terlalu lama. Luna melihat Danis duduk di meja makan itu dengan masih belum menyentuh makanan yang ada di depannya.
Luna dengan percaya diri segera duduk di depan Danis yang sedang meminum air mineral yang ada di sisinya.
Byuuurrrpp!!!