34. The Right Choice

1946 Kata

Nadira menatap Ariano yang terdiam sesaat gadis itu menyelesaikan kalimatnya. Kotak berwarna biru pucat itu bahkan masih menggantung di udara tidak tersentuh. Oh, s**t. Ariano pasti salah paham! Nadira sudah akan membuka mulut ketika ia melihat ada bening kristal memupuk di sudut mata Ariano. Tetapi sebelum kristal itu dapat meleleh di pipinya, Ariano dengan cepat mencubit pangkal hidungnya sendiri dan menglihkan pandangan. Ke manapun asal bukan ke arah Nadira. Hati Nadira serasa diremas. Tetapi ada debaran yang menghangatkan di dalam dadanya. Apalah Ariano baru saja menangis karenanya? Entah itu hanya ilusi. Atau hanya karena efek cahaya yang redup di sekitar mereka membuat Nadira jadi melihat hal yeng belum pasti. Tetapi Nadira tetap merasakan perasaan haru di dalam hatinya. Katanya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN