Hujan gerimis menemani perjalanan Nadira dan Ariano kembali ke Jakarta malam itu. Setelah mengantar kedua orang tua Nadira pulang dan kakak perempuan Nadira sampai, Nadira memutuskan untuk langsung kembali ke Jakarta bersama Ariano. Nadira sudah sangat merasa bersalah telah membuat lelaki itu harus izin kantor hanya karena menemaninya. "Kamu ngantuk, Nadira?" Ariano melirik ke arah Nadira yang mulai menguap di sebelahnya. Tangan kirinya kemudian terulur untuk mengusap lembut puncak kepala gadisnya. "Tidur aja." "Nggak, ah. Nanti kamu gimana?" Nadira berkata seusai kuapnya. Tetapi meski begitu, tubuh gadis itu tidak bisa berbohong karena matanya kini sudah hampir menutup karena kantuk. "Nggak apa-apa, sayang." Ariano meyakinkan. "Aku nggak ngantuk kok." Udara dingin dari AC bercampur de