Case Development XV: Casuality

1844 Kata
“Kau membunuhnya?" Letnan Chen bertanya untuk kali kedua kalinya. Kali ini dia memaksakan dirinya untuk berdiri, ekspresi tenang yang biasanya muncul di wajah tampan letnan itu, kali ini benar-benar berubah menjadi wajah seorang iblis yang siap menerkam mangsanya. Namun sepertinya bos mafia narkoba itu sama sekali tidak takut ataupun terganggu, sebaliknya dia terlihat begitu puas ketika dia berhasil memancing amarah letnan Chen. Bos mafia itu mengetuk meja menggunakan jari-jari nya yang sedikit gemuk sembari berkata, "Aku tidak bisa mengatakannya padamu letnan. Di awal pertemuan kita, aku sudah berhasil membuat kakimu lumpuh dan aku juga berhasil memancing amarah mu. Kau adalah polisi yang paling aku benci ." "Aku tidak pernah mengenalmu sebelumnya, untuk apa kau membenciku?" Suara letnan Chen ini keluar dari sela-sela giginya yang putih. Dia bahkan tidak perlu repot-repot membuka lebar-lebar mulutnya untuk berbicara dengan penjahat itu. " Itu karena kau adalah polisi pertama yang berhasil membawa kami kemari. Sejatinya, tidak ada polisi yang berani untuk mengusir ketenangan kami sebelumnya. Tetapi kau berani mengorbankan nyawa mu dan bahkan masuk ke dalam ruang bawah tanah milik kami." Mafia itu tersenyum menyindir, "Menurutmu hal ini terjadi begitu saja? Menurutmu kau bisa masuk dengan mudah ke sana?" Mafia itu mengibaskan tangannya yang kapalan di depan wajah letnan Chen, "Jangan terlalu munafik, tidak ada hal selancar itu di dunia ini." Letnan Chen mengerutkan dahinya. Dia akhirnya duduk di kursinya dan berkata, "Aku tahu." Letnan Chen berkata, "Kalian memancingku ." Ucapan ini tidak bisa tidak lebih mengejutkan. Bagaimana mungkin letnan Chen yang memang berniat pergi untuk menyelidiki kasus narkoba jaringan internasional dan melibatkan perusahaan besar sekelas Song Group bisa masuk ke kandang harimau dan menyerahkan nyawanya semudah itu? Tentu saja itu tidak masuk akal, terkecuali.. Notifikasi di layar ponsel letnan Chen tiba-tiba terdengar. Itu adalah WeChat yang dikirim oleh Si Zhui padanya. Di dalam pesan WeChat itu, Si Zhui berkata, "Letnan, kami berhasil mengamankan narapidana itu. Kami ini akan segera membawanya." Bos narkoba itu tersenyum menyindir untuk sekian kalinya. Dia tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dan memecah keheningan di ruangan interogasi, "Kau tertipu! Hahaha, tentu saja dia tidak mati. Karena kalian…" Ekspresi bos narkoba berubah menjadi sinis, ada kemarahan dan juga dendam di matanya ketika dia berkata, "..karena kalian, kami tidak berhasil membunuhnya! Tetapi asal kau tahu letnan, dialah orang yang membuatmu masuk, lebih tepatnya membuatmu tertangkap dalam misimu ini. Tapi sayang Tuhan masih menyayangimu ." "Kau masih akan terus bersikap sombong? Kau adalah penjahat di sini. Berhentilah bersikap arogan dan katakan yang sebenarnya. Akui segala kejahatan kalian." Letnan Chen telah menjadi polisi selama beberapa tahun, jadi dia telah menghadapi berbagai macam sifat penjahat, dan kali ini bukan kali pertama letnan Chen menghadapi penjahat yang arogan dan tidak tahu diri seperti bos mafia narkoba ini. "Tidak ada yang perlu aku katakan. Semua pertanyaan yang akan kau tanyakan kepadaku sudah ada jawabannya di kepalamu." Pria bertubuh gempal yang duduk bersebrangan dengan letnan Chen itu memajukan tubuhnya. Dengan tangannya yang gemuk, dia menyanggah wajahnya yang besar ketika dia berkata, "Tapi asal kau tahu, kami tetap akan bungkam. Kalian mungkin akan menghukum kami, tetapi kalian tidak akan pernah bisa mendapatkan apa-apa dari kami." Letnan Chen tahu bahwa akan sulit baginya untuk mendeteksi orang-orang yang terlibat dalam kasus ini. Apalagi kasus pengedar narkoba yang kini tengah menjadi tanggung jawabnya itu melibatkan orang-orang tersohor yang ada di negeri ini. Dari kata-kata sang bos pengedar narkoba ini, letnan Chen bisa mengetahui bahwa dia adalah orang yang profesional dan juga setia. Mungkin saja kesetiaannya telah dibeli entah itu dengan harga nyawa keluarganya ataupun hal-hal lain yang membuat bandar narkoba itu menjadi bungkam walaupun nyawa mereka sendiri akan menjadi taruhannya. Tetapi meskipun demikian, letnan Chen masih berusaha membujuk untuk kali terakhir. Dia bertanya, "Hukuman mu bisa saja di ringankan, kami hanya membutuhkan pengakuan mu tentang siapa saja yang terlibat. Katakan, apakah Song Group termasuk di dalamnya?" "Aku akan menggunakan hakku untuk diam dan aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Terserah jika kalian ingin menghukum kami dengan hukuman seumur hidup ataupun hukuman mati sekalipun." Seolah-olah memiliki nyawa cadangan, ekspresi sombong di wajah bos pengedar narkoba itu sama sekali tidak memudar. Tahu bahwa proses interogasi ini hanya akan menyia-nyiakan waktunya, letnan Chen akhirnya menyuruh para petugas untuk membawa mafia narkoba itu untuk keluar dari ruang interogasi dan menempatkannya ke sel tahanan. Letnan Chen masih belum keluar dari ruang interogasi, dia terlihat frustasi ketika lengannya yang ramping menumpuk kepalanya. Yah, sakit kepala tiba-tiba menyerang letnan tampan itu, hatinya berkata, "Sejak awal, kasus ini tidak pernah sesederhana itu." Dan dibalik ruangan yang ada di samping ruang interogasi, di mana tempat para petugas memantau jalannya proses interogasi, ada Jing Yi yang ditemani Gu. Itu adalah ruangan yang khusus dimasuki oleh petugas polisi, namun kali ini Jing Yi dengan sembrono membawa dokter Gu masuk bersamanya. Dan tentu saja itu bukanlah keinginan Jing Yi, melainkan keinginan dokter Gu. Berbekal mulutnya yang berbisa dan isi kepalanya yang licik, dokter Gu yang selalu penasaran dengan ruangan pemantau, akhirnya bisa masuk. Tetapi apa yang dia lihat sama sekali bukanlah apa yang sering dia lihat di film-film. Melihat bagaimana perilaku bos pengedar narkoba itu sangat angkuh, dokter Gu tidak bisa tidak menahan rasa garamnya ketika dia berkata, "Dia benar-benar manusia tidak tahu diri." Dokter Gu bertanya, "Apakah sudah ada jaksa yang ditunjuk dalam kasus ini?" "Untuk sementara belum, tetapi kami sudah mengajukan kasus ini ke kejaksaan. Kami hanya perlu menunggu siapa yang akan bertugas." kata Jing Yi. Dia kemudian memberikan isyarat pada dokter Gu untuk segera keluar dari ruangan pemantau. *_ Sementara itu, di dalam mobil polisi, Si Zhui yang sebelumnya telah ditugaskan oleh letnan Chen untuk menangkap mantan pengedar narkoba sekaligus narapidana yang memberitahu informasi perihal sindikat pengedaran narkoba di kota Shanghai pada letnan Chen, akhirnya berhasil menangkap orang itu. Si Zhui berniat langsung membawa pria itu ke kantor polisi. Ketika pria itu akan segera ditangkap, dia sama sekali tidak merasa terkejut atas penangkapan nya yang telah terjadi selama dua kali, selama dia hidup di dunia ini. Mantan narapidana itu berkata, "Rupanya dia berhasil selamat." Mantan narapidana itu bahkan tidak berusaha melakukan perlawanan sedikitpun ketika dia ditangkap di depan anak dan istrinya. Dia hanya memiliki satu permintaan sebelum Si Zhui membawanya, mantan narapidana itu meminta agar Si Zhui tidak memborgol tangannya di depan putrinya dan Si Zhui menyetujui hal itu. Ucapan seperti itu tentu saja adalah ucapan yang ambigu bagi orang yang tidak mengetahui maksudnya , tapi Si Zhui bukanlah orang yang bodoh. Dia adalah polisi muda yang kompeten dan langsung memahami maksud dari pria mantan narapidana itu. Ekspresinya masih begitu tenang dan dia masih menjaga rasa sopan nya pada mantan narapidana itu ketika dia berkata, "Sebenarnya kenapa kau berusaha untuk menjebak letnan Chen?" Mantan narapidana yang baru saja keluar dari penjara itu melihat borgol yang tengah menyiksa tangannya. Besi dingin dari borgol menggesek kedua tangannya, membuat tangannya yang memiliki kulit putih menjadi memerah. Tatapannya beralih ke luar jendela mobil dan menatap papan-papan reklame yang bersinar terang menyinari kota Shanghaiai. Dia akhirnya berkata, "Anak muda, kau mungkin tidak pernah mengalami masalah sepelik masalah yang aku alami dan aku juga tidak akan memberitahumu kecuali kita berada di ruang interogasi." Si Zhui segera menyadari kesalahannya. Dia akhirnya diam dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Si Zhui akhirnya tiba di kantor polisi bersama dengan petugas lain yang membawa mantan narapidana itu. Dia bertemu dengan letnan Chen dan letnan Chen langsung memberinya isyarat untuk membawa mantan narapidana itu ke ruang interogasi, sementara letnan Chen sendiri akan menemui dokter Gu terlebih dahulu. Dokter Gu terlihat begitu santai, dia duduk dengan tenang di sofa sembari memainkan ponselnya. Terdengar bunyi tembakan dari ponselnya, dan seseorang yang mencintai dunia game lebih dari apapun, dapat menebak bahwa dokter forensik yang selalu ceria itu tengah memainkan game yang tengah booming saat ini. Dokter Gu Wei tengah memainkan 'game of glory.' Bahkan ketika letnan Chen masuk pun ke dalam ruangan, dua orang yang berada di ruangan itu sama sekali tidak mempedulikannya. Sesekali mereka berteriak ketika mereka mengalami kekalahan. Jing Yi dan dokter Gu tengah bertanding hingga saat letnan Chen berkata dengan suara sedikit keras, barulah keduanya segera sadar dan menghentikan permainan ponsel mereka. Letnan Chen berkata sembari menyerahkan kunci mobilnya pada dokter Gu, "Pakailah mobilku untuk pulang. Ini sudah lewat tengah malam, sudah saatnya kau kembali. Dan mobilmu akan segera diperbaiki." "Lalu bagaimana denganmu? Apakah kau tidak akan pulang?" Tanya dokter Gu. "Aku masih harus menginterogasi satu orang lagi. Pulanglah terlebih dahulu dan beristirahatlah." Letnan Chen kemudian mengalihkan pandangannya pada Jing Yi, dia berkata, "Jika tidak ada yang serius terjadi padamu, maka bekerjalah bersama Si Zhui. Petugas yang menjadi juru tulis terlihat begitu kelelahan, gantikan dia dan masuklah ke ruang interogasi bersamaku." "Siapa yang akan letnan interogasi?" Tanya Jing Yi. "Mantan narapidana narkoba yang membawaku masuk ke sarang harimau." Kata letnan Chen. Ekspresi terkejut tentu saja ditunjukkan oleh Jing Yi, tetapi letnan Chen menolak untuk menjelaskannya terlebih dahulu. Dia hanya berkata, "Aku akan menjelaskannya nanti." Dokter Gu akhirnya pergi setelah dia mengambil kunci mobil letnan Chen. Sementara itu, letnan Chen yang kakinya masih sakit, masih harus menyelesaikan tugasnya bersama dengan Jing Yi, keduanya masuk ke ruang interogasi. Mantan narapidana itu duduk dengan tenang, tangannya masih di borgol ketika letnan Chen bertanya, "Kenapa kau melakukannya?" Ini adalah pertanyaan yang sebelumnya telah diajukan oleh Si Zhui pada sang mantan narapidana. Dan kali ini Si Zhui hanya memantau di ruang pemantau, dia dengan seksama mendengarkan jawaban apa yang akan dilontarkan oleh pria itu. Pria itu tidak langsung menjawab pertanyaan letnan Chen, tetapi dia mulai bercerita mengenai keluarganya, "Putriku yang paling tua berusia lima tahun dan putri keduaku baru berusia satu tahun. Istriku mengidap kanker pankreas stadium dua dan itu membutuhkan banyak biaya" Pria itu tersenyum getir ketika dia berkata, "Dari sini, letnan pasti mengetahui apa kelanjutan ceritaku." "Kau sudah di hukum dan kau telah menjalani hukumanmu. Sebelumnya kau telah terbebas dan kau bisa hidup bersama mereka, lalu kenapa kau melakukan hal ini lagi? Dan kau masih berhubungan dengan mereka kan?" Suara letnan Chen melembut ketika dia menanyakan hal ini. Pria itu tidak langsung menjawab, membuat Jing Yi yang menjadi juru tulis merasa sangat jengkel. Tetapi sebelum dia berhasil mengeluarkan kata-kata pedas dari mulutnya, letnan Chen telah memberinya sebuah isyarat untuk tetap diam dan tidak mengatakan apa-apa. "Putriku memintaku untuk tinggal di rumah dan menjaga tokoh bersama ibunya. Dan aku benar-benar ingin melakukannya, aku benar-benar ingin menjadi orang yang baik setelah aku keluar dari penjara." Kata pria itu, "Tetapi siapa yang menyangka bahwa sindikat pengedar narkoba yang sebelumnya aku anggap sebagai penolong benar-benar tidak akan melepaskanku begitu saja? Mereka adalah penjahat yang tidak akan melepaskan orang yang pernah bergabung dengan mereka terkecuali orang itu mati. Dan apakah letnan tahu, taruhan apa yang mereka berikan padaku?" "Nyawa keluargaku! Mereka mengetahui bahwa kau datang dan meminta informasi padaku. Kau ingatkan? Saat itu aku tidak langsung memberitahukannya padamu. Tetapi putri kecilku mendengar percakapan kita tempo hari. Dia berkata: 'Ayah, ayah seharusnya menolong kakak polisi itu. Aku benar-benar sangat bangga jika ayah melakukan hal itu.' " Pria itu membayangkan bagaimana gadis kecilnya mengatakan hal itu padanya, mantan narapidana itu juga tersenyum. Tetapi senyuman itu langsung hilang ketika dia berkata, "Dialah alasan mengapa aku mau memberitahumu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN