Yang menelpon letnan Chen itu adalah salah satu petugas polisi yang ditugaskan untuk mencari tahu keberadaan dari orang yang pergi dari pelabuhan Waigaoqiao. Dia adalah pria misterius yang berada di pelabuhan Waigaoqiao bersama Mo Yun. Bisa dipastikan dia mengetahui bagaimana proses Mo Yun meregang nyawa. Dengan kata lain, pria itu adalah orang yang membedah perut Mo Yun!
Tapi apa gunanya jika roh pria itu sudah terpisah dari tubuhnya?
Melalui sambungan telepon, letnan Chen dapat mendengar suara sirine ambulans dan juga mobil kepolisian. Suara itu berangsur-angsur menjadi tenang ketika sang pembicara yang menelpon letnan Chen menjauh dari keramaian. Suara petugas itu terdengar sangat keras ketika dia berkata, "Kami menemukannya di salah satu motel yang dekat dengan Bandara. Aku rasa dia sengaja memilih motel dan tidak mengambil hotel karena hotel mudah untuk di lacak."
"Bagaimana dengan dugaan penyebab kematiannya?" letnan Chen bertanya. Alisnya merajut ketika dia berkata, "Dugaan sementara."
Petugas polisi yang berbicara dengan letnan Chen itu terdengar menghela napas sebelum akhirnya berkata, "Dugaan sementara, itu karena narkoba yang ditelannya. Letnan, sudah 2 hari semenjak kita mencarinya dan kemungkinan besar narkoba yang dia telan meledak. Aku kira itu adalah penyebab kematiannya. Letnan, dia menggunakan modus swallowed, tetapi nyatanya dia tidak bisa bertahan."
Menelan kapsul narkoba atau biasa dikatakan sebagai metode swallowed adalah salah satu cara lama yang biasa digunakan oleh bandar narkotika untuk mengecoh pemeriksaan yang ada di bandara ataupun di pelabuhan. Narkoba yang berada di dalam tubuh akan mengacaukan hasil tes hingga 50%, berbeda dengan narkoba yang disembunyikan di luar tubuh, yang akan meningkatkan resiko tertangkap. Faktor psikologis dari sang pembawa juga akan mempengaruhi hasil tes, sehingga para petugas ataupun alat pemeriksa keamanan sekalipun akan tertipu.
Dengan tingkat keberhasilan melewati proses keamanan yang cukup besar ini, tentu saja resiko yang dibawa oleh orang yang memasukkan narkoba ke dalam tubuhnya juga cukup besar. Kematian mengintai sang pembawa setiap kali dia bernafas.
Kemungkinan untuk kantong narkoba yang berada di dalam tubuhnya pecah sangat besar.
Mereka diharuskan untuk tidak makan ataupun minum untuk mencegah cairan lambung keluar dan memicu kantong narkoba yang ada di dalam tubuh mereka meledak. Singkat kata, setetes air saja pasti membuat sang pembawa narkoba ditubuhnya mati seketika.
"Bawa dia ke badan forensik untuk autopsi." Letnan Chen memberi perintah.
"Siap pak!" Suara keras petugas itu hampir membuat telinga letnan Chen tuli.
Dan begitu letnan Chen mematikan sambungan teleponnya, di waktu yang bersamaan ponsel dokter Gu berbunyi.
Kali ini, giliran dokter tampan nan ceria itu menerima telepon. Dia berkata dengan santai sembari mengambil sup dengan sendok besar, "Apakah kau merindukanku, sehingga kau menelpon aku di pagi hari? Ada apa?"
Letnan Chen, "…"
Si Zhui, "…"
Jing Yi, "…"
Merindukanmu pantatku! Yang menelepon itu adalah Jin Ling. Dia mengutuk seniornya itu di dalam hati, sebelum akhirnya berkata, "Ada mayat yang dibawa kemari. Tidak ada dokter yang bisa menanganinya. Semua orang belum datang dan aku hanya terpikirkan dokter. Jadi cepatlah kemari, bukankah rumahmu tidak terlalu jauh dari sini."
"Status? Bagaimana dengan statusnya? Siapa dia? Kondisi tubuh?" Tanya dokter Gu.
Jing Yi benar-benar ingin muntah karena sarapan paginya harus ditemani dengan pembahasan seputar mayat.
"Polisi mengatakan bahwa dia adalah pengedar narkoba. Yah, narkoba yang dia masukkan ke dalam tubuhnya meledak." Kata Jin Ling.
Mendengar ucapan Jin Ling, dokter Gu langsung mengalihkan pandangannya ke arah letnan Chen. Dia mengangguk seolah-olah dia tengah menerima panggilan video dari Jin Ling.
Dokter Gu berkata, "Aku mengerti, aku akan segera ke sana."
"Xiao Yu.." Dokter Gu berkata, "Aku rasa panggilan telepon yang kau terima tadi berhubungan dengan panggilan telpon yang baru saja aku terima dari si bocah nakal Jin Ling."
"Aku akan langsung pergi ke sana. Kalian sarapan saja dulu." Kata dokter Gu.
Dokter Gu adalah orang yang memasak dan dia bahkan belum mencoba masakannya, tetapi dia tampak sangat terburu-buru. Melihat tingkah laku sembrono dari temannya ini, letnan Chen segera berkata, "Gu Wei."
Dokter Gu, "Apa?"
"Duduklah, kau tidak perlu terburu-buru. Makan lalu pergi." Letnan Chen meletakkan daging di atas atas bubur dokter Gu menggunakan sumpitnya.
*_
Dokter Gu, letnan Chen, Si Zhui dan Jing Yi akhirnya pergi ke badan forensik Shanghai. Ketiga polisi itu menunggu di ruangan terpisah seperti biasa, sembari menyaksikan proses autopsi dilakukan.
Dokter Gu sudah memakai baju khusus dan telah memasuki ruang autopsi. Di dalam, sudah ada Jin Ling dan juga Fu Pei, serta mayat pria yang telah terbujur kaku dengan kondisi perut terbuka di atas meja autopsi.
"Nyalakan mikrofonnya." Kata dokter Gu.
Fu Pei mengangguk dan menekan tombol 'on' pada mikrofon. Dokter Gu berkata, "Jika melihat dari kondisi mayat ini, aku bisa menyimpulkan bahwa dia mati belum lama. Aku rasa itu karena kesalahannya sendiri. Atau bisa dikatakan karena insting kemanusiaan nya sendiri."
Suara dokter Gu terdengar hingga ke ruangan sebelah, ruangan di mana letnan Chen dan dua juniornyaa tengah menyaksikan jalannya proses autopsi.
Letnan Chen menjawab, "Kami mengejarnya selama dua hari sampai hari ini."
Dokter Gu mulai mengambil gunting untuk memperbesar sayatan luka yang ada di perut korban. Suara dokter Gu bahkan terdengar masih sangat renyah dan enak didengar walaupun masker telah menutupi sebagian wajahnya, "Dia menyayat perutnya sendiri."
"Apakah masih ada narkoba yang tertinggal di perutnya?" Ini adalah kali pertama Jing Yi dan Si Zhui menyaksikan seseorang memasukkan sesuatu ke dalam perutnya. Mereka sudah mempelajari kasus ini sebelumnya, tetapi mereka sama sekali belum pernah melihat penyelundupan narkoba menggunakan metode swallowed selama karier mereka. Jadi mereka tidak bisa tidak bertanya.
"Ada." Dokter Gu berkata, "Dia sepertinya belum sempat mengeluarkan satupun dari tubuhnya."
Si Zhui menyaksikan dokter Gu membedah perut korban. Matanya terbuka lebar dan dia sama sekali tidak berkedip. Mulutnya tiba-tiba terbuka dan menganga ketika layar yang berada di ruangan tempat dia berdiri memperlihatkan plastik-plastik kecil berisi benda berwarna putih dengan kondisi utuh di dalam perut manusia. Ada pula yang telah bercampur dengan darah.
"Ada beberapa yang sudah larut di dalam darahnya." Kata dokter Gu yang terlihat mengambil darah korban menggunakan sendok sup yang terlihat sama dengan sendok besar yang dia gunakan untuk mengambil bubur tadi pagi.
"Ya Tuhan! Itu benar-benar narkoba?" Jing Yi menutup mulutnya, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.
"Metode ini adalah metode lama, tetapi masih banyak yang menggunakannya walaupun resiko kematian sangat besar. Begitu narkoba masuk ke dalam tubuh mereka, maka itu sama saja dengan menyimpan bom di dalam tubuh." Kata letnan Chen seraya memberi kuliah singkat kepada dua polisi muda yang masih shock dengan apa yang mereka lihat itu.
Kantong kecil berbentuk oval yang menyerupai buah persik muda, untuk pertama kali ditarik oleh dokter Gu dari dalam perut korban. Ada kantong plastik yang membungkus benda itu, ada pula seutas benang yang sengaja disangkutkan ke gigi korban. Benang itu akan memudahkan sang pembawa narkoba itu untuk menarik barang haram itu dari dalam tubuhnya.
Namun pengedar yang kini telah menjadi mayat itu nampaknya kurang beruntung. Benang itu tidak berada di gigi korban, melainkan sudah masuk tertelan sampai ke tenggorokannya.
Kantong plastik itu berlumuran darah tentunya. Namun setelah kantong plastik pertama diambil, kantung plastik kedua, ketiga, dan keempat menyusul hingga kantong plastik terakhir, kantong plastik ke dua belas, akhirnya berhasil dikeluarkan.
"Tidak ada apa-apa di dalam lambungnya selain barang haram ini." Kata dokter Gu, "Dia benar-benar menahan makan dan minum selama dua hari apakah dia seorang kultivator?!"
"Jika dia tidak menyentuh air sekalipun, lalu kenapa kapsul-kapsul itu bisa meledak?" Yang bertanya ini adalah Si Zhui. Secara mengejutkan Si Zhui banyak bertanya hari ini membuat dokter Gu sangat antusias.
Bocah kaya raya yang juga memiliki otak cerdas, Jin Ling, tidak bisa tidak menjawab. Karena yang bertanya ini adalah orang penyabar, jadi Jin Ling menyesuaikan ekspresinya.
Dia berbalik, dengan setengah wajahnya yang tertutup master dia berkata, "Letnan Chen sebelumnya telah mengatakan padamu kan, bahwa ketika seorang bandar narkoba memasukkan narkoba ke dalam tubuhnya, maka itu sama halnya dia memasukkan bom ke dalam tubuhnya. Satu tetes air saja bisa mempengaruhi benda-benda itu, apalagi jika dia memasukkan makanan. Perutnya sudah penuh oleh narkoba, dan jika dia memasukkan sesuatu yang lain seperti makanan, dan lambungnya menghasilkan cairan, maka Boom!" Jin Ling membelalakkan matanya, dia layak menjadi pendongeng.
Jin Ling melanjutkan, "Bertahan selama dua hari adalah keajaiban baginya, mungkin terasa lapar tidak terlalu mengganggunya. Tetapi rasa haus pasti sudah membuatnya gila."
Dokter Gu mendengar penjelasan bocah kaya ini dengan ekspresi bangga. Tangannya masih sibuk melakukan ini dan itu pada tubuh mayat, sementara itu Jin Ling yang tengah melakukan presentasi ilmiahnya di ruang autopsi masih melanjutkan ucapannya, "Aku pikir dia minum beberapa teguk air sebelum akhirnya kegilaannya menjadi-jadi."
Dokter Gu memuji Jin Ling, "Kau benar nak.
Dia melanjutkan kegilaan itu dengan membelah perutnya sendiri seperti seorang tukang daging yang membelah perut babii."
Dokter Gu memotong kuku korban, mengambil beberapa helai rambut dan juga lendir yang masih ada di dalam tubuh korban untuk dijadikan sampel. Dokter Gu berkata, "Fu Pei, bawah ini ke divisi zat beracun untuk dites, apakah dia seorang pengguna narkoba atau tidak. Mustahil dia bukan pemakai, aku hanya memerlukan laporannya untuk kelengkapan surat kematiannya."
Fu Pei segera pergi meninggalkan ruang autopsi dan melaksanakan perintah dokter Gu. Dokter Gu berkata, "Jin Ling, jahit lah mayat ini. Kau harus belajar dari sekarang."
Ini adalah kali pertama Jin Ling mendapatkan tugas seperti ini setelah dia magang begitu lama di badan forensik Shanghai. Sebelumnya dia hanyalah juru tulis atau kacung.
Mendapat kesempatan yang menurutnya adalah sesuatu yang berharga, tetapi menurut orang lain adalah sesuatu yang menyeramkan, Jin Ling menunjukkan ekspresi bahagianya ketika dia berkata, "Aku mengerti, aku akan melakukannya."
Dokter Gu tidak keluar dari ruang autopsi, dia mengamati Jin Ling menjahit kembali dan merapikan kembali tubuh mayat yang telah dia autopsi. Sembari mengamati dia berkata, "Apa yang dikatakan oleh Jin Ling benar. Air akan segera menyerap ke dalam tubuh tanpa meninggalkan bekas, berbeda dengan makanan yang akan dicerna dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Aku rasa ketika korban meminum air itu akan mempengaruhi benda haram yang ada di dalam perutnya. Melihat urat-urat dan organ-organ di daerah abdomen, aku menemukan banyaknya urat yang kejang. Kematiannya murni atas kesalahannya sendiri dan tidak ada unsur pembunuhan."
(Abdomen: Area perut)
Setelah mendapatkan diagnosa dari dokter Gu, letnan Chen bergegas menuju ke kantor polisi bersama Jing Yi dan Si Zhui. Letnan Chen bertanya, "Bagaimana dengan surat perintah? Apakah atasan sudah menyetujuinya?"
"Atasan menolak untuk memberikan kami surat perintah. Dia berkata bahwa bukti yang kita miliki untuk bisa menyelidiki song Manchu masih lemah. Para b*****h itu menolak untuk memberikan kesaksian dan membuka mulut mereka." Jing Yi hampir murka saat dia mengingat hal ini.
Si Zhui menambahkan, "Dan juga letnan, digital forencis yang bertugas untuk memulihkan data-data dari barang bukti yang kita temukan di club malam itu masih dalam proses. Waktunya cukup lama karena kerusakan yang parah."
Semakin lama mereka menunda untuk melakukan tes narkoba pada Song Manchu dan orang-orang dari Song Group, maka akan semakin kecil juga kemungkinan bagi mereka untuk menemukan kebenarannya.
Si Zhui mengendarai mobil letnan Chen kembali ke kantor Shanghai. Kali ini, letnan Chen sendirilah yang akan berusaha membujuk atasannya agar mau mengeluarkan surat perintah penyelidikan terhadap Song Group.
"Eh..Si Zhui hati-hati!!" Teriakan Jing Yi tiba-tiba memekakkan telinga.
Si Zhui yang selalu berhati-hati dalam mengemudikan mobil, kali ini hampir menambrak seorang gadis kecil. Ketiga orang yang berada di dalam SUV hitam milik letnan Chen itu segera keluar untuk melihat gadis kecil itu.
"Kau tidak apa-apa?" Letnan Chen membantu gadis kecil itu bangun. Es krim yang dipegang oleh tangan mungilnya tumpah dan mengenai rok gadis itu.
Gadis itu mengangguk,"Aku tidak apa-apa, terimakasih Gege."
"Hua'er, kau baik-baik saja? Apa kau terluka?" Wanita berusia sekitar tiga puluh hingga tiga puluh dua tiba-tiba datang. Secara alami wanita itu adalah ibu dari gadis kecil bernama Hua itu.
"Maafkan aku, aku seharusnya lebih berhati-hati." Kata Si Zhui dengan ekspresi penuh penyesalan.
"Tidak, tidak, Hua'er memang anak yang aktif. Dia bergitu bersemangat karena akan menemui ayahnya." Kata wanita itu.
Letnan Chen yang masih memegang tangan mungil Hua'er tiba-tiba bertanya,"Ayahnya ada disini?"
Ekspresi wanita itu tiba-tiba menjadi suram. Ada batu besar yang mengganjal dihatinya ketika dia berkata dengan suara lemas,"Ayah Hua'er baru saja dibawa kemari beberapa hari yang lalu. Putriku ingin menemuinya, jadi aku berbohong padanya dan mengatakan bahwa ayahnya sedang bekerja. Tapi gadis ini tidak lagi mempercayaiku setelah teman-teman sekolahnya mengejek ayahnya."
Letnan Chen mengeluarkan kartu identitas polisinya dan menunjukkan pada ibu Hua'er, "Aku adalah salah satu petugas disini." Letnan Chen berkata, "Siapa nama ayah Hua'er?"
"Guo Chao." Jawab ibu Hua'er.
"Letnan." Jing Yi dan Si Zhui saling menatap.
Letnan Chen, "Masuklah ke dalam mobil, aku akan mengantar kalian bertemu dengan tuan Guo. Selain itu, aku memiliki sedikit permintaan pada nyonya. Ini terkait ayah Hua'er."
*/
Si Zhui dan Jing Yi masih berada di luar ruangan letnan Chen. Keduanya tengah mengasuh Hua'er di koridor ruangan. Jing Yi adalah cacing muda dengan rasa keingintahuan yang tinggi, jadi dia tidak berhenti membuat spekulasi dan terus menerus bertanya pada Si Zhui yang sejatinya tidah tahu apa-apa.
"Kita tunggu saja nanti. Letnan Chen pasti memiliki pemikirannya sendiri." Kata Si Zhui dengan suara tenang.
Si Zhui berkata sembari melihat ke arah bocah kecil bernama Hua'er, "Dia masih kecil dan tidak berdosa, aku kasihan padanya. Dia tidak seharusnya menanggung beban akibat ulah ayahnya."
Jing Yi juga melirik Hua'er yang tengah memakan es krim barunya, "Yah, kau benar."
"Gege, kenapa ibu lama sekali?" Hua'er meraih ibu jari Si Zhui dan menarik-nariknya, "Aku mau bertemu dengan ayah."
Si Zhui tersenyum dan mengangkat Hua'er ke pangkuannya, "Gadis manis, sebentar lagi ibumu akan keluar. Letnan kami sedang berbicara hal yang serius dengannya."
"Letnan?" Rupanya gadis kecil itu masih terlalu muda untuk memahami istilah yang baru saja keluar dari mulut Si Zhui.
"Yah, dia adalah Gege tampan yang baru saja membelikanmu es krim." Kata Jing Yi.
Selang beberapa saat, ibu Hua'er akhirnya keluar dari ruangan letnan Chen. Dan di waktu yang bersamaan, seorang polisi wanita datang.
Letnan Chen berkata, "Antar mereka untuk bertemu dengan tuan Guo. Lakukan apa yang aku katakan padamu tadi."
"Baik." Polisi wanita itu dengan sopan membawa Hua'er dan ibunya.
*/
Waktu besuk Hua'er dan ibunya telah habis setelah keduanya menghabiskan setengah jam bersama dengan Guo Chao. Letnan Chen melambai pada Hua'er dan melihat gadis itu pergi dari kantor polisi bersama dengan ibunya.
"Letnan!" Si Zhui yang biasanya tenang, kini nampak seperti orang yang tengah memegang kentang panas ditangannya, sangat terburu-buru untuk mengatakan isi pemikirannya.
"Ada apa?" Letnan Chen cukup terkejut saat dia melihat Si Zhui yang terlihat begitu berapi-api.
Si Zhui, "Ayah Hua'er, ah.. maksudku Guo Chao, dia..dia ingin berbicara denganmu."