“Lo mau gulung Modis?” tanya Mia, menghampiri Pram yang sedang melakukan pekerjaannya di salah satu sofa di rumah itu. Pram melepas kacamata bacanya. “Gimana?” “Modis, kata Naomi, lo mau tutup Modis?” Mia mengulang kalimatnya. “Iya, gue nggak bener-bener pengen punya perusahaan majalah. It's not my passion. Gue beli saham itu cuma buat deket sama lo.” Mia sudah tahu alasannya, juga cerita lengkapnya dari Pram sendiri, juga Naomi. “Tapi, kenapa? Sayang, Pram. Nama Modis udah tinggi lagi.” Tatapan sendu Mia layangkan pada Pram. “Lo mau urus?” “Hah?” “Lo pegang semua kendali Modis, mau?” jelasnya. “Mau, tapi lo percaya sama gue? I mean, handle perusahaan nggak semudah itu, ‘kan? Apalagi gue nggak punya basic bisnis.” “Ada gue, ‘kan?” Mia mengulurkan tangan, membuat salah satu ali

