Bab 8

1174 Kata
“Seperti yang saya katakan tadi sore, saya berpikir untuk Anda melakukan make over agar penampilan Anda terlihat lebih segar dan sempurna. Dari seluruh foto acara yang Anda kunjungi dan saat Anda berangkat ke kantor, suit yang Anda pakai selalu berwarna hitam. Bukankah itu penampilan yang monoton, mengingat Anda masih cukup muda dan lahir di generasi yang lebih bebas dalam berekspresi? “Saya sudah memilih beberapa foto agar Anda bisa melihat dan membayangkannya.” Mia mendorong iPad miliknya ke hadapan Mike yang duduk bersilang. Keduanya berada di ruang kerja Mike setelah melangsungkan makan malam bersama. “Kamu pikir saya akan memakai warna merah muda?” Mia meringis pelan. “Untuk acara tidak terlalu formal, Anda bisa memakainya. Anda memiliki kulit putih bersinar, warna itu akan membuat Anda semakin bersinar. Saya rasa bukan sebuah masalah besar memakai warna itu.” “Namun, jika Anda tidak berkenan, bagaimana dengan warna abu-abu, biru keabuan, navy blue, hijau army dan coklat? Warna-warna itu tidak jauh dari warna hitam dan masih bagus jika Anda pakai.” Mia kembali berujar, menunjukkan warna lain yang juga telah dia pilih. Mike terdiam sejenak sebelum menjawab, “Much better.” Mia dapat menarik kedua sudut bibirnya dengan lega karena warna yang telah dia pilih dapat Mike terima. “Selanjutnya untuk gaya berpakaian Anda. Anda sering menggunakan kemeja dengan atau tanpa vest, saya rasa Anda bisa mencoba hal baru.” Mia menggeser layar iPad-nya, memperlihatkan foto yang dia dapat dari internet. “Vest tanpa kemeja lalu suit dan turtleneck dengan suit.” Mia melihat wajah serius Mike dengan wajah khawatir. “Saya rasa akan lebih baik jika langsung mencobanya. Jika hanya dengan bayangan, hasilnya masih mengambang, apalagi bayangan kamu pasti dipengaruhi foto-foto ini. Kamu juga tidak tahu bentuk tubuh saya yang asli, ‘kan?” ucap Mike, membalas tatapan Mia. Mia tersedak liurnya sendiri ketika Mike dengan santai mengatakan hal yang berbau dewasa. Tak ingin terlalu lama dalam situasi canggung karena Mia sedang bersikap profesional sekarang, Mia pun berdeham sembari membenarkan letak kacamata bacanya yang sedikit turun agar kembali membingkai wajah cantiknya. “Saya perlu melihat wardrobe yang Anda punya, Sir. Jika ingin langsung try on, akan lebih baik jika Anda melakukan make over terlebih dahulu agar hasilnya semakin sesuai nanti.” Mike mengangkat alis kirinya, meminta Mia menjelaskan maksud dari kata make over. “Sebenarnya kumis dan jenggot Anda tidak terlalu bermasalah, namun akan lebih baik jika dipangkas atau sekedar dirapikan, Anda bisa menentukannya sendiri. Dan rambut Anda juga terlihat mulai panjang, Anda juga bisa menentukan apakah ingin dibiarkan panjang atau dipangkas.” “Bagaimana dengan pendapatmu? Saya ingin mendengarnya sebagai bahan pertimbangan.” Mia melipat bibir, kedua kakinya yang t e l a n j a n g dapat dengan mudah merasakan dinginnya ACc. Saat keluar kamar untuk makan malam tadi, sebenarnya ia telah memakai pakaian yang cukup formal, namun Mike mengatakan jika dia bisa memakai pakaian yang lebih santai. Mia pun memakai short pants dengan kaos crop karena kebanyakan pakaian santai yang dia punya memiliki model yang tidak berbeda jauh. Mia tidak memiliki pakaian yang menutup hingga bawah lututnya. Dan hal yang lain karena mereka berbicara saat jam dinding menunjukkan waktu 11 tepat karena Mike yang memiliki jadwal meeting online, membuat Mia hampir tertidur saat itu. “Menurut saya akan lebih baik kumis dan jenggot Anda dibersihkan dan rambut Anda dipangkas dengan gaya terbaru. Hal itu akan membuat penampilan Anda benar-benar segar dan sesuai dengan usia Anda yang masih muda.” Mike mengangguk beberapa kali. “Saya juga berpikir seperti itu. Ucapanmu membuat saya merasa minder dengan penampilan saya yang kemarin.” “Maaf, Sir. Saya tidak bermaksud.” “Hm, tidak masalah. Karena itu memang fungsi kamu berada di sini. Apa kita bisa pergi sekarang? Lebih cepat lebih baik, bukan?” “Tapi, ini sudah tengah malam, Sir. Bagaimana dengan besok? Penampilan Anda tidak terlalu buruk, saran yang saya berikan juga hanya untuk membuat penampilan Anda semakin sempurna.” “Bukankah kamu ada di sini? Kamu bisa membantu saya untuk menghilangkan kumis dan jenggot ini, untuk masalah rambut, besok tidak masalah.” “Sa-saya?” Mia menunjuk dirinya sendiri dengan bingung. “Ya, bantu saya untuk mendapatkan penampilan yang sempurna. Kamu juga bisa melihat pakaian yang saya punya nanti.” Dan di sini mereka berada sekarang, di dalam kamar pribadi Mike yang baru pertama kali Mia pijak. Nuansa kamar pria itu tidak berbeda jauh dengan kamar yang Mia tempati, masih hangat dengan aroma hutan yang langsung tercium oleh hidung Mia. “Langsung ke kamar mandi, kamu bisa melihat pakaian saya nanti.” Mia menarik kepala ke sumber suara, kedua matanya dengan segera membola, melihat Mike dengan santai melepas t-shirt yang pria itu pakai, mempertontonkan punggung kokoh dengan sebuah garisan hitam dibagian pinggang pria itu. “Wajahmu seperti tidak pernah melihat pria t e l a n j a n g saja. Bukankah kamu sudah merasakannya juga?” ejek Mike, melihat Mia dari pantulan cermin yang ada di depannya. Mia sangat tersinggung dengan ucapan-ucapan Mike yang sering tidak disaring, namun dia kembali ingat dengan posisinya dan memilih untuk bungkam. Mia pun melangkah ke kamar mandi terlebih dahulu tanpa tahu apa yang harus dia lakukan nanti, walaupun tindakannya terkesan tidak sopan. Karena baru pertama kali, Mia pun bingung dan dia hanya berdiri dengan sesekali berjalan ke sana kemari. Menyiapkan alatnya, dia tidak tahu di mana Mike menyimpan. Entah angin dari mana, Mia pun memilih mencuci tangannya yang terasa kering. “Apa kamu juga pernah mencobanya di kamar mandi dengan melihat pantulan dirimu sendiri?” Mike yang telah berdiri di belakang Mia dengan tangan yang berada di kedua sisi wastafel, mengurung tubuh Mia tanpa permisi. “Melihat bagaimana tubuhmu terguncang karena gerakan di bawah, ahh … bukankah itu sangat panas dan m e n g g a i r a h k a n? Bagaimana dengan tarikan di rambutmu, atau cengkraman di kedua dadamu, kamu benar-benar ditunggangi seperti seekor kuda, bukan?” bisik Mike dengan nada yang sangat halus, membuat rungu Mia seperti mendengar bisikan dari angin yang berembus pelan. Mia yang telah mengangkat kepala, dapat melihat pantulan wajah Mike yang tersenyum mengejek dengan tatapan nakal. “Apa kamu mulai t e r a n g s a n g sekarang?” bisik Mike lagi, bertanya. “Di mana Anda meletakkan alat cukur itu, Sir? Ini sudah sangat larut dan saya harus beristirahat dengan segera.” Mia memilih mengatakan hal lain daripada menanggapi ucapan Mike. Mike berdiri dengan posisi sempurna, melipat kedua tangan di depan dadanya yang tampak kokoh, sama seperti punggungnya. Mike menatap salah satu sisi kamar mandi, menunjuk laci yang ada di dalam kamar mandi itu. Mia pun melangkah dan mengambil alat yang dia butuhkan. Mia tahu karena dia sering membantu Willy untuk bercukur. “Menunduk hanya akan membuat leher saya sakit, kamu bisa duduk di atas wastafel agar tinggi kita sama,” ujar Mike setelah mengangkat tubuh Mia, agar perempuan itu bisa duduk di tempat yang Mike maksud. Tanpa bertanya pada perempuan itu terlebih dahulu tentunya, sehingga Mia menatapnya terkejut. Action lebih utama daripada ucapan, ‘kan?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN