Entakan heels terdengar mengusik Rama yang sedang duduk di ruang tengah dengan koran di tangan. Tas berharga jutaan pun dihempas begitu saja di meja marmer, bersamaan dengan suara entakan heels yang hilang. “Kenapa Papa nyuruh aku pulang sekarang?! Papa tahu ‘kan kalau aku lagi ngapain?!” protesnya dengan kerutan yang telah menghiasi dahi. Rama melipat korannya, meletakkannya di atas meja, lalu mengambil gelas berisi teh untuk dia minum. Sikap santai Rama membuat anaknya semakin kesal. “Pa!” sentaknya. “Nggak sekarang, Berli.” Rama menatap Berliana, anak semata wayangnya sebelum meletakkan gelas kembali ke atas meja. “Kamu boleh marah, kamu boleh nggak suka, tapi jangan buat semuanya berantakan. Mike tahu apa yang harus dia lakuin, dan Papa yakin dia nggak akan berkhianat. Cukup tung

