Hanin dan mamanya baru saja tiba di sebuah pemukiman padat penduduk. Hanin menenteng kopernya sambil terus menatap keadaan di sekitarnya. Lingkungan itu terlihat kumuh dan tidak terawat. Hanin masih belum tahu ke mana sang mama akan membawanya. “Nah, itu dia rumah yang akan kita huni.” sang mama menunjuk sebuah rumah berukuran kecil yang sudah reot. Hanin menelan ludah, tapi kemudian dia langsung memasang senyum di wajahnya. “Ya udah ayo kita masuk, Ma,” ucapnya. Pasangan ibu dan anak itu pun segera masuk ke rumah baru mereka. Rumah itu terasa sesak karena langit-langitnya yang rendah. Hanya ada satu kamar dan ruang tamu sempit di dalamnya. Hanin dan mamanya pun mulai melihat-lihat keadaan rumah itu sembari melepas rasa penatnya. “Nggak apa-apa kan, kalau kita tinggal di sini untuk se