Segala prosesi penyelenggaraan jenazah hingga proses pemakaman terasa berjalan begitu cepat. Selama itu juga Nadine, Hanin dan sang mama tidak banyak bersuara. Hanya ada air mata yang terus menetes di pipi mereka. Setiap ucapan belasungkawa yang terlontar hanya mereka balas dengan tersenyum lemah. Nadine bahkan sempat tidak sadarkan diri saat jenazah sang Papa mulai digotong menggunakan keranda. Para sanak family, sahabat, dan teman-teman sekolah Hanin dan Nadine juga terlihat di pemakaman. Mereka semua turut berduka cita atas kemalangan itu. Ditta yang biasanya selalu heboh kini merasa kehilangan energi untuk sekedar berkata-kata. Eja pun kini tampak khusyuk melantunkan doa untuk Almarhum. “Kamu yang sabar, ya Nad... kamu juga, Nin.” Ditta berbisik lirih pada Hanin dan Nadine. Eja ter