Dirga menatap lurus Rania yang bergeming di tempatnya. Gadis itu masih menunduk seraya menangis. Ia ingin sekali menghampiri ke sana dan memeluknya. Tetapi lelaki itu tidak tahu apakah itu yang Rania inginkan sekarang atau apa yang Rania rasakan. “Ran…” panggil Dirga, terdengar tegas sekaligus lembut. Gadis itu mengusap pipi yang masih menjadi jalur aliran air matanya, menatap Dirga. “Aku tidak pernah menginginkan kamu menjadi seperti ini. Apalagi karena aku atau keluargaku,” Dirga berkata. “Aku juga tidak pernah berpikir melepaskanmu. Tapi… dalam hubungan ini tidak hanya ada aku, tapi juga kamu.” Kata kata lelaki itu terjeda, saat ia menelan air liurnya dengan getir. “Sekarang semua terserah kamu saja,” lelaki itu di menyerahkan semua keputusan kepada Rania. “Apa saja yang bisa membuatmu

