Semua orang kaget ketika lelaki bernama Leon itu mengantar anak baru ke kelasnya. Beberapa orang menatapnya prihatin. Mereka tentunya sangat tahu bahwa gadis itu akan menjadi target penindasan Leon selanjutnya.
Ya, bagaimanapun sudah menjadi rahasia umum bila setiap kali ada murid baru, Leon akan selalu maju, menguji seberapa layakkah siswa maupun siswi tersebut menjadi bagian dari Black Militer, dan ketika dirasa bahwa murid baru itu ternyata hanya memiliki kemampuan minim atau bahkan tak memiliki kekauatan supranatural apapun, Leon tak segan - segan untuk menindasnya sampai anak baru itu dengan sendirinya memutuskan pergi meninggalkan pelatihan ini. Seperti yang ia lakukan pada si kurus tadi pagi.
Leon memiliki kemampuan tak biasa, indera perasanya sangat kuat, dia tentunya bisa mendeteksi bahwa orang itu memiliki kekuatan atau tidak. Ohh, di dalam Black Militer memang tidak semua memiliki kemampuan supranatural. Bahkan ada beberapa orang tentara laki - laki atau wanita yang juga menjalani pelatihan di sini. Mereka tidak memiliki kekuatan sihir seperti para siswa di sini, tetapi mereka memilki fisik yang kuat, keuletan, kelincahan, otak yang cerdas dan bakat dalam menggunakan senjata.
Jika banyak orang berpikir bahwa siswa - siswi yang berada dalam sekolah Black Militer selalu memiliki tubuh tinggi - tegap nan profosional, hal itu tidak sepenuhnya benar. Orang - orang yang Sherly temui saat pertama kali memasuki sekolah ini kala bersama Markus yang tengah melakukan Apel siang, itu adalah pasukan tentara negara yang memang pilihan dan dilatih khusus menjadi pion pasukan Black Militer.
Secara berurutan, Black Militer itu dibagi menjadi beberapa subtitusi. Ada tiga pembagian dari C - A.
C adalah para tentara itu.
B adalah siswa / siswi yang memiliki kekuatan super yang dilatih untuk mengembangkan kemampuan mereka sebagai pasukan inti. Dan tak butuh satu tahun, bahkan hanya dalam beberapa haripun salah satu siswa dari kelas B ini apabila mampu menyeimbangi kekuatan dari murid kelas A, mereka akan langsung naik grade.
A adalah siswa / siswi unggulan yang memiliki kemampuan supranatural terhebat di antara yang paling hebat, dan mereka yang wajib ditugaskan menjadi pasukan inti Black Militer yang akan menghadapi Daemon berilmu tinggi.
Dan para siswa - siswi Black Militer ini diambil dari semua distrik, dimana orang - orang yang memiliki kekuatan mumpuni disekolahkan ke sini untuk menjadi bagian dari pasukan Black Militer serta langsung menjadi bagian dari kalangan elit. Dan mereka diambil bukan karena entuk fisiknya yang ideal, semisal memiliki tubuh tinggi dan tegap, melainkan berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.
Menjadi bagian dari Black Militer adalah suatu kebanggan tersendiri di Avalon, oleh karena itu tak sedikit dari orang - orang kaya yang walau anak mereka tak memiliki kemampuan apapun, mereka akan mati - matian menyekolahkan anak mereka ke tempat itu. Berharap menjadi bagian dari distrik 4 yakni kalangan Elit yang pastinya akan dihormati. Mereka memasukkan anak - anaknya dengan mengandalkan uang, menyogok sang kepala sekolah yang semua orang tahu bahwa uang adalah kekasihnya.
“Anak baru, ku harap kau menentukan pilihan yang tepat.”
Itu adalah kalimat yang Leon bisikkan padanya ketika pria itu dengan baik hatinya mengantarkan Sherly ke kelasnya. Bahkan Leon dengan sangat pengertian memberi alasan kepada guru berwajah bengis yang saat ini menjadi master pada pelajaran jam pertama. Ajaibnya guru tersebut tidak menegur Sherly atau mengatakan apapun dan langsung menyuruh gadis itu masuk ke kelas, memperkenalkan diri lalu duduk menerima pengajaran.
Ia bisa menebak bahwa si penindas tadi merupakan siswa berpengaruh. Entah kenapa firasat Sherly menjadi tak enak sekarang.
“Cecil, mulai sekarang kau harus hati - hati!” Sabin yang duduk di meja di depannya berbisik, “Leon telah menargetkanmu.”
Sebelah alis Sherly terangkat. Dia tidak paham apa yang gadis itu katakan, tetapi dirinya bisa mengerti bahwa Leon yang dimaksud tadi ialah lelaki bermata biru yang mengantarkannya masuk kelas. Perempuan itu juga tak mau bertanya lagi lantaran dirinya harus berpura - pura fokus menerima pelajaran yang saat ini diberikan.
Meski saat ini matanya benar - benar mengabur melihat sederetan angka - angka yang si guru berwajah bengis itu tuliskan di papan, ia harus mencoba untuk menahannya agar tidak jatuh tertidur di kelas.
Huh…
Kala SMA dulu, ingin sekali ia cepat lulus agar tak menemui pelajaran matematika, fisika atau apapun itu yang berhubungan dengan angka.
***
“Apa kau sudah mengirimnya masuk?”
Seorang pria duduk di atas kursi kebesarannya. Bersandar santai memugunggi pria paruh baya berjas hitam yang memasang raut datar. Sebuah layar monitor raksasa terpampang di depannya. Layar tersebut menampilkan sebuah serangan makhuk yang disebut Daemon melawan para tentara dan pasukan Black Militer.
“Sudah tuan.” Jawab Markus. Lelaki itu lalu melangkah mendekati pria tersebut sembari menyodorkan beberapa lembaran kertas berisi catatan - catatan penting.
Boss Ribel News itu menerimanya. Tanpa membaca apapun isi dari dokumen itu, netra hijaunyamasih menyorot ke layar monitor itu.
“Kau lihat, para Daemon semakin merajalela saja.” Gumamnya. Menatap miris monster - monster yang awalnya memilih bersembunyi, tetapi mereka dengan gencar menampakkan diri dan menyerang para penduduk.
“Bahkan kini para Daemon muncul di Distrik satu.” Imbuhnya lagi.
Ya, selama ini para Daemon tidak pernah menyerang atau muncul di Distrik satu yakni tempatnya orang - orang biasa dan distrik 2. Mereka hanya akan ada di Distrik tiga dan yang paling banyak muncul ialah di Distrik 4 _ tempatnya kaum elit. Tetapi entah kenapa sudah tiga bulan ini, muncul beberapa serangan Daemon di Distrik satu.
Semua orang tentunya tahu bahwa Distrik satu adalah tempatnya kaum biasa_orang - orang biasa yang tidak memiliki kemampuan apapun dan demi menjamin keamanan negara, para tentara khusus juga dikerahkan untuk menjaga Distrik tersebut.
Beberapa ahli mengatakan bahkan kemunculan Daemon yang menjadi terlalu sering terlebih kini muncul di Distrik satu disebabkan sejak terendusnya kabar yang menyatakan bahwa selama ini ada anak manusia setengah Ibis.
Lima dari ketujuh pemilik kekuatan melihat masa depan di Avalon menyatakan bahwa anak setengah ibis itulah yang menjadi salah satu penyebab para Daemon semakin merajalela.
Diketahui bahwa seorang Demi Human ketika menginjak usia tujuh belas tahun, darah ibis mereka akan semakin besar dan kekuatan mereka akan semakin meningkat. Jika tidak bisa dikontrol, darah ibis yang mngalir di tubuhnya akan semakin meluap dan memakan sisi manusianya sehingga Demi Human akan menjadi sangat berbahaya.
Mereka harus segera menemukannya.
“Apa kau yakin mata - mata kali ini akan berhasil?”
“Aku hanya bisa mengatakan bahwa mata - mata kali ini tidak akan mati dengan cepat.” Jawab Markus.
***
Pengajaran di sekolah Black Militer tentunya tidak sama dengan pengajaran yang dilakukan sekolah - sekolah pada umunya. Sherly menyadari itu, terlebih dirinya juga telah mendapat beberapa informasi dari Ribel News mengenai seluk beluk sekolah ini. Namun dia tak menyangka bila pelatian yang dia jalani akan sangat - sangat meremukkan tulang.
Sherly menghela nafas lega. Menselonjorkan kakinya yang luar biasa kaku dan tubuhnya yang luar biasa lelah. Bagaiaman tidak, setelah pelajaran matematika tadi, mereka langsung diharuskan menuju ke lapangan, melakukan olah fisik dengan serangkaian permainan militer.
Ia tentunya menjadi murid paling lambat di sini. Bahkan seorang Sabin, si gadis manja itu bisa melakukan loncatan ekstream. Benar - benar mengejutkan.
Sekarang ia tahu mengapa Sabin menyuruhnya untuk sarapan terlebih dulu sebelum ke kelas.
Sialan.
Uhh, perutnya sakit sekali sekarang.
Gerutu Sherly memegangi perutnya yang mendadak mag.
“Kau baik - baik saja, Cecil?”
Sherly melirik Sabin yang menyerahkan botol air mineral ke arahnya, “Menurutmu?”
Sabin meringis. Gadis itu lalu meneuk tangannya kemudian ikut duduk dan berselonjor di samping teman barunya.
“Pengajaran di Black Militer memang 80% kebanyakan dilakukan di luar kelas. Tetapi ini belum seberapa.” Jelas Sabin yang sontak membuat mata Sherly membeliak.
Yang seperti ini belum seberapa?
What the….
Sabin tersenyum dan mengangguk seolah mengetahui isi pikiran Sherly di balik ekspresi wajahnya.
“Akan banyak hal - hal ekstream yang tak terduga lagi Cecil.” Senyuman Sabin tiba - tiba menghilang. Ia menunduk dengan sorot layu, “Kita akan bertemu Daemon.”
Netra cokelat Sherly melebar. Bukan karena ucapan terakhir Sabin, melainkan ekspresi gadis di sampingnya itu yang tampak muram.
Apa arti dari raut wajah itu?
Tetapi sedetk kemudian, gadis dengan bintik - bintik hitam di wajahnya itu menoleh, tersenyum padanya sembari menggenggam tangannya. “Tapi tidak apa - apa, kita pasti bisa menghadapi ini semua. Dan apapun yang terjadi, kau harus bisa bertahan, Oke?” Ujarnya penuh semangat.
Sherly hanya meringis sembari mengangguk - angguk setuju. Remaja di sampingnya ini benar - benar sesuatu. Dia kemudian teringat perkataan Sabin saat di kelas tadi serta pernyataan Sabin yang barusan menyuruhnya untuk bertahan. Maksudnya?
“Ngomong - ngomong apa maksudmu untuk menyuruhku berhati -- hati?”
Sabin menegakkan badan, perempuan itu lalu menoleh kanan - kiri dan berbisik, “Kau tidak tahu Leon kan? Pria itu sangat kejam.”
Ya, Sherly sudah melihatnya pagi tadi ketika pria itu beserta antek - anteknya menindas siswa lain. Sedetik kemudian, sebuah kilat seolah menyambar di matanya kala sebuah pemikiran terlintas di benaknya.
Sabin sempat mengatakan bahwa dirinya akan menjadi target pria itu selanjutnya. Jangan - jangan, dirinya adalah target ditindas selanjutnya.
Tapi kenapa? Mereka saja baru bertemu. Tidak pernah menyinggungnya juga.
“Cecil, kau murid baru hasil rekomendasi kepala sekolah bukan?” Tanya Sabin. Sherly pun mengangguk.
“Dan jujurlah, kau sebenarnya tidak memiliki kemampuan supranatural bukan?” Tebaknya. Bukan hanya dirinya, tetapi bahkan semua siswa di sini sudah bisa melihat bahwa anak baru itu tidak memiliki kemampuan super. Bisa dilihat saat pelatihan di lapangan tadi. Dimana gadis itu dengan sangat lambat dan tertinggal jauh dari para siswa - siswi lainnya.
Cecil memang hanya anak biasa yang dipaksa masuk oleh keluarganya ke sekolah ini.
“Leon sangat membenci murid hasil nepotisme.” Jeda sejenak Sabin menambahkan, “Dia akan melakukan berbagai cara untuk mendepakmu keluar.”
WHAT?
Sherly tercengang. Perempuan itu seketika tahu makna dari kalimat yang Leon lontarkan tadi padanya.
‘Ku harap kau menentukan pilihan yang tepat.’
Itu ternyata adalah ancaman.
Pria kurus yang dibully tadi langsung berlari keluar dengan sorot prihatin ke arahnya dan tak pernah kembali lagi ke sekolah ini.
Benar - benar mengerikan.
“Apakah tidak ada yang berani melerai?”
Sabin terdiam. Lalu menggeleng, “Bahkan sembilan puluh sembilan persen siswa di sini menyetujui tindakan Leon.”
What The Hell…
Kini mata Sherly membeliak terkejut. Tak menyangka bahwa sekolah ini sangat menyeramkan.
Benar - benar….
Sherly menipiskan bibir. Dia tidak pernah mau untuk terlibat dalam masalah, tetapi masalah itu tiba - tiba yang mendatanginya sendiri.
Ini sangat mengesalkan.
Sabin yang melihat ekspresi Cecil menyorot kasihan. Wanita itu kemudian menggengam tangan temannya sembari memberikan senyum teduh, “Tapi kau tidak perlu terlalu memikirkannya Cecil, kau hanya harus bertahan. Aku akan mendukungmu dan selalu berada di belakangmu.” Ujarnya menyemangati.
Sherly mengangkat kepalanya dan menatap remaja di depannya. Gadis ini memang anak yang baik, dia bersyukur di hari pertamanya bersekolah, sudah bertemu dengan anak yang baik seperti ini. Iapun kemudian mengangguk.
Seperti kebiasaan, Sabin kemudian bertepuk tangan satu kali sebagai tanda masalah terselesaikan. Gadis itu kemudian mengajak Sherly berdiri dan berjalan menuju kantin. Namun saat dirinya berlari - lari kecil sembari menyeret Sherly, tiba - tiba seseorang menghadangnya membuat Sabin seketika menghentikan langkah dengan mata melebar.
“Yoo, anak lemah dengan anak yag lemah berteman sekarang.” Seorang gadis berambut merah dengan tubuh profosional tersenyum miring ke arahnya. Manik gelapnya berkilat mengejek.
“Sungguh bagus sekali.” Sahut wanita lain di sampingnya.
Sherly tahu bahwa mereka adalah kedua gadis yang tadi pagi bekerja sama dengan Leon. Ekor matanya lalu melirik Sabin yang seketika menunduk dengan tangan terkepal namun gemetar.
Sabin ketakutan?
“Tapi tenang, giliranmu sudah lewat.” Bisik si rambut merah. Memegang pundak Sabin lalu menyingkirkan gadis itu sehingga kini yang berada di depannya ialah Sherly.
Perempuan berambut pendek itu menunduk. Dari matanya, jelas sekali dirinya menatap Sherly dengan mencemooh, pun juga ada kilat mengancam di sana.
“Kau anak baru yang tadi pagi bukan?”
Tubuh tinggi perempuan di depannya membuat Sherly terpaksa mendongak, “Ya.” Jawabnya.
“Anak baru yang tidak memilki kekuatan apapun bisa sekolah di sini.” Si rambut merah mencemooh, “Lebih parah dari temanmu ternyata.” Dia mendengkus, “Tidak tahu diri.”
“Ya, aku memang tidak tahu diri.” Jawaban yang Sherly ucapkan itu sontak membuat gadis di depannya terkejut. Sherly berkata santai dan tanpa beban, “Aku adalah anak rekomendasi dari kepala sekolah. Dan aku menggunakan uang yang banyak agar bisa masuk ke sekolah ini.” Sherly kemudian merentangkan tangan lebar - lebar.
“AKU ADALAH GADIS BIASA YANG TAK MEMILIKI KEKUATAN SUPER.” Imbuhnya dengan bangga dan percaya diri membuat para siswa yang berlalu lalang sontak menghentikan langkah.
***