"Nak, ingat! Kau adalah harapan satu - satunya. Keluarga kita bangkrut dan kita terpaksa berada di Distrik biasa seperti ini. Bersama orang - orang biasa dan dicemooh serta direndahkan oleh kaum kita." "Kau tak mau hidup seperti ini terus kan?" Seorang wanita dengan penampilan elegan setengah berjongkok menatap puteri satu - satunya. Kedua tangannya berada di pundak gadis itu setengah mengguncang - guncangnya, membisikkan sesuatu agar puterinya mengerti. Sabin yang kala itu berusia dua belas tahun hanya terdiam menatap ibunya yang tampak dipenuhi harapan. "Oleh karena itu Tuhan memberi kita kesempatan. Tak ku sangka puteriku yang cantik dan manis mempunyai kekuatan." Mata hijau sang ibu berbinar, "Kenapa kau tak menunjukkannya dari dulu nak! Ohh ya ampun, ini benar - benar kesempatan em