Apa yang Paris dengar dari Rachel pastinya sangat mencengangkan baginya tetapi ia tidak mungkin mengatakan kepada sahabatnya bahwa ia telah tidur bersama pria yang entah dari mana datangnya, itu melukai harga dirinya. Untunglah Rachel berbicara lebih cepat sehingga ia tidak perlu mempermalukan dirinya sendiri.
“Aku tidak memerlukannya malam ini,” ucap Paris dengan nada yang ia buat senatural mungkin. Setelah berbasa-basi sedikit Paris menutup panggilannya kemudian ia menekan pelipisnya menggunakan sebelah tangannya.
Akan aku cabik-cabik jika aku memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pria itu.
Memeriksa jam yang berada di ponselnya Paris memutuskan untuk turun dari tempat tidur kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah membersihkan tubuhnya Paris memanggil ketiga pelayan yang ia bawa dari Perancis untuk mengurus dirinya karena hari ini ia memiliki jadwal untuk berkeliling di beberapa tempat di Tokyo untuk mengabadikan kunjungannya dengan berfoto.
***
Di dunia ini ada banyak kejadian yang seperti telah tersusun rapi dalam agenda Tuhan yang bernama kebetulan. Ya, kebetulan yang terkadang seperti disengaja. Seperti kali ini ketika Paris menunggu fotografer yang akan memotret dirinya selama di Tokyo. Ia menunggu fotografer itu di sebuah restoran di kawasan Shibuya, kebetulan hotel yang ia tempati memang berada di sekitar distrik itu.
Paris benar-benar ingin memaki penyedia jasa fotografer yang ia sewa karena fotografer itu tak kunjung datang setelah Paris menunggu selama lima menit. Tetapi, kali ini ia ingin memaki lebih banyak lagi karena fotografer yang di nantinya itu adalah pria yang telah menidurinya tadi malam, Samuel.
Paris menatap Samuel dengan tatapan lurus. “Kalian tetap duduk di sini,” ucapnya kepada ketiga pelayannya. Mereka yang akan mengurus gaya pakaian yang di kenakan oleh Paris saat berfoto nanti.
“Kau....” Paris menunjuk Samuel yang masih terlarut dalam keterkejutannya menggunakan jemari telunjuknya. “Tuan fotografer amatir, aku perlu berbicara berdua denganmu,” ucapnya dengan nada ketus kemudian berjalan dengan angkuh melewati Samuel.
Samuel meletakkan tasnya yang berisi kamera di meja, menitipkan benda itu kepada para pelayan Paris lalu menyusul langkah kaki Paris yang tidak tahu ke mana menuju. Seperti halnya Paris, Samuel juga sama sekali tidak menduga bahwa ia akan bertemu wanita itu lagi, wanita yang tidak ia ketahui namanya tetapi tadi malam meteka bercinta seolah pasangan kekasih yang di mabuk asmara. Penyedia jasa hanya mengatakan bahwa kliennya tidak mau di menyebutkan namanya.
Setelah merasa cukup jauh dari restoran, Paris menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya. Dagunya terangkat dengan ekspresi angkuh luar biasa. “Kau benar-benar pria b*j*ng*n yang tidak tahu malu, kau mengambil kesempatan dariku,” ucapnya dengan suara lantang.
Samuel menaikkan kedua alisnya. “Kau mencari Samuel bukan? Namaku Samuel.”
“Tapi kau bukan orang yang aku cari,” kata Paris sambil matanya melotot ke arah Samuel seolah hendak mencabik-cabik pria di depannya.
Samuel tersenyum miring. “Kau tidak bertanya kepadaku,” katanya tanpa bersalah.
Ucapan samuel yang seolah tanpa rasa bersalah itu benar-benar membuat paris merasa jengkel. “Kau mengambil kesempatan dariku!”
“Seharusnya kau bertanya padaku, apakah aku sugar baby yang kau cari atau bukan?” kata Samuel dengan nada geli.
“Seharusnya kau tidak menyamar sebagai gi....”
Bibir Paris telah disegel oleh Samuel, mereka berada di jalanan umum Shibuya dan Paris hendak mengatai Samuel dengan lantang dengan sebutan g*g*lo di tengah banyaknya orang yang berlalu lalang. Sebagai gantinya Samuel menciumi bibir Paris tanpa ampun di tengah kerumunan orang yang sama sekali tidak peduli dengan adegan seperti itu.
“Aku adalah Samuel, namaku Samuel Alejandro. Dengarkan baik-baik namaku Samuel Alejandro. Ya, aku bukan gigolo dan aku juga bukan sugar baby tetapi jika kau mau aku bisa menjadi gigolo dengan syarat kau memiliki suami.” Samuel berbisik pelan setelah tautan bibir mereka terlepas. Paris masih terengah-engah karena ciuman mereka yang berlangsung lama dan dalam, pinggang Paris bahkan masih berada di kungkungan lengan Samuel.
Bibir Samuel yang begitu dekat di telinga Paris membuat bulu kuduk Paris terasa meremang, jantungnya juga tiba-tiba terasa dipompa dengan cepat. Secepatnya Paris berusaha membebaskan dirinya dari kungkungan lengan Samuel, ia tidak pernah merasa segugup ini di dalam pelukan seorang pria. “Aku tidak pernah membeli pria mana pun lebih dari satu kali, jangan menganggap dirimu terlalu tinggi,” ucap Paris dengan nada ketus. Ia memundurkan kakinya dua langkah untuk menjaga jaraknya dari Samuel.
Samuel tertawa kecil, nyaris tak terdengar kemudian ia maju satu langkah mendekat Paris. “Aku tahu saat ini kau menginginkanku lagi, aku bisa merasakan sesuatu di bawah sana yang tersiksa menginginkanku seperti tadi malam.”
Apa yang diucapkan Samuel memang benar, pangkal paha Paris terasa berdenyut seolah bereaksi karena keberadaan Samuel. Masih terekam jelas di otak Paris Bagaimana sensualnya permainan Samuel, bagaimana Samuel mengentakkan pinggulnya dengan lembut beradu dengan pinggulnya. Bagaimana Samuel menerkamnya dari belakang seperti seekor serigala yang kelaparan tetapi gerakannya tidaklah kasar, wajah Paris tiba-tiba memerah.
“Pergi kau! Aku membatalkan semua jadwal hari ini, aku akan tetap membayarmu,” ucap Paris ketus, ia tidak sudi mengakui bahwa apa yang di ucapkan oleh Samuel benar.
Samuel menipiskan bibirnya. “Tidak, aku akan tetap memotretmu, bahkan jika kau menolak sekalipun,” kata Samuel.
Di mata Samuel, Paris adalah obyek foto yang paling indah di bawah cantiknya bunga Sakura musim semi tahun ini. Ia tidak akan melepaskannya begitu saja, bahkan jika harus menjinakkan keangkuhannya terlebih dahulu Samuel rela melakukannya. Memiliki usaha cafe dan toko alat musik sudah cukup untuk menghidupi dirinya tetapi menjadi fotografer adalah hobinya, itulah sebabnya ia menjelajah dunia bersama kameranya selama beberapa tahun.
“Aku tidak sudi di foto olehmu,” ucap Paris dengan nada sinis.
“Sebagai permohonan maafku, aku akan menebusnya dengan memotretmu,” kata Samuel sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dagunya. Tubuhnya sedikit condong ke depan.
“Jadi uang menjadi gigolo tidak cukup, ya?” tanya Paris dengan nada sangat menghina.
Samuel menata kesabarannya. Wanita cantik di depannya terlalu bermulut tajam, untung saja dia sempurna bagai bidadari. Jika tidak mungkin Samuel tidak Sudi repot-repot menyabarkan dirinya demi menjadikannya obyek untuk fotonya.
“Maafkan aku,” ucap Samuel dengan terpaksa yang ia ucapkan dengan nada setulus mungkin.
Serigala berbulu domba.
“Oh, iya. Karena aku belum membayarmu....” Paris membuka tasnya kemudian mengambil tiga puluh lembar uang pecahan 10.000 Yen lalu uang itu di serahkan kepada Samuel.
Samuel tidak bergeming, ia menyipitkan kedua matanya. “Nona cantik, sudah kukatakan, aku bukan g*g*lo. Anggap saja tadi malam adalah one night stand,” katanya.
“Aku tidak suka menikmati daging gratis,” ucap Paris. Nadanya selalu terdengar angkuh.
Samuel benar-benar merasa harga dirinya terluka karena ulahnya sendiri tadi malam. “Terkutuklah bila aku menerima uang itu! Aku bukan penjual daging,” katanya dengan nada kesal.
Paris mencebik, ia sangat kesal kepada pria didepanya yang bertingkah sok jual mahal. “Dengar, aku tidak suka menikmati apa pun yang gratis di dunia ini, aku bisa membelimu, bahkan aku rasa... aku bisa membeli seluruh tubuhmu lalu mencincangnya dan memberikannya kepada buaya di kebun binatang,” ujarnya sambil tatapan matanya menyapu wajah Samuel dengan sorot mata yang penuh penghinaan kemudian uang itu ia lemparkan ke arah Samuel.
Dalam hidupnya, Samuel belum pernah di lempar uang oleh siapapun. Ini adalah pertama kalinya ia di lempar uang dan parahnya oleh seorang wanita. Dengan perasaan yang disabar-sabarkan Samuel berjongkok memungut uang itu, mengibaskan dengan gerakan berulang lalu kembali meluruskan kakinya.
Samuel menelan ludahnya sendiri. Ia tidak menyangka wanita cantik di depannya itu bisa bersikap juga berkata kasar. “Nona cantik, kau seharusnya belajar berbicara yang sopan. Lidahmu itu terlalu lembut dan bibirmu yang indah itu tidak pantas berkata kasar seperti itu." Samuel menguliahi Paris dengan nada yang sangat rendah.
“Kau tidak berhak menceramahi aku!”
“Baiklah, terserah kau saja. Tetapi, kita telah terlalu lama berdiri di sini, sebaiknya kita bersiap-siap untuk berfoto.” Samuel meraih pergelangan tangan Paris tanpa memedulikan Paris yang terus mencoba meronta meminta pergelangan tangannya untuk di bebaskan. “Aku akan memberikan foto-foto yang terbaik untukmu aku jamin hasilnya tidak akan kalah dengan fotografer profesional.”
“Aku tidak sudi di foto oleh fotografer jalanan sepertimu!” ucap Paris dengan nada meninggi. Ia juga berusaha melepaskan pergelangan tangannya dari cengkeraman Samuel meski tidak berhasil.
Samuel menyeret paris agar menjauh dari tempat itu tetapi mendadak ia menghentikan langkahnya kemudian ia menatap Paris dengan tatapan serius.
“Kenapa berhenti?” tanya Paris sambil membalas menatap Samuel dengan tatapan tajam.
“Bagaimana jika malam ini kita....”
“Aku tegaskan sekali lagi. Tidak ada pria yang kutiduri dua kali kecuali suamiku,” potong Paris cepat. Alisnya berkerut dalam.
Samuel mengangkat kedua bahunya. “Sungguh beruntung suamimu itu, aku sangat iri kepadanya,” katanya.
“Pergi saja kau ke neraka,” ucap Paris dengan nada ketus sambil melepaskan cengkeraman tangan Samuel di pergelangan tangannya lalu dengan kasar melangkah meninggalkan Samuel menuju cafe di mana pelayannya berada. Samuel mengikuti Paris, bibirnya tersenyum menatap punggung wanita itu.