Am i your friend?

1027 Kata
Bangun tidur dengan seorang wanita di dalam pelukannya, itu adalah pengalaman pertama kali dalam hidup Samuel. Memang ini bukan pertama kali tidur dengan wanita tetapi tidur memeluk wanita hingga pagi hari, ini adalah pertama kali dalam hidup Samuel. Ia menatap wajah Paris dengan intens, ia memuaskan panca indranya untuk menikmati kecantikan wanita yang masih tidur dengan nyaman di atas bantalnya. Alisnya yang tajam terbentuk sempurna, bulu mata yang tebal dan lenti, bibir yang ranum berwarna merah jambu. Bentuk tulang hidung yang tampak pas dan rahang yang tegas, kulitnya begitu halus seindah poselen. Ia yakin bukan hanya dirinya yang terpesona dengan kecantikan Paris tetapi ada ribuan pria yang memuja kecantikan wanita yang masih merahasiakan namanya itu. Bibir Samuel mengulas senyum tipis, ia dengan perlahan melepaskan pelukannya dari tubuh Paris kemudian menutupi tubuh Paris dengan selimut, memastikan Paris tidur dengan nyaman kemudian ia bergerak untuk meninggalkan ranjang meski sebenarnya ia enggan. Samuel ingin lebih lama lagi memeluk Paris yang meringkuk di atas tempat tidurnya seperti seekor kucing yang jinak.Aku ingin memilikinya.*** Paris membuka matanya. Menggeliat dengan nyaman lalu berguling sedikit ke sisi ranjang yang kosong. Selimut, bantal dan juga kemeja yang ia kenakan semuanya beraroma maskulin. Beraroma Samuel. Paris diam-diam tersenyum sambil menghirup aroma pria yang baru ia kenal. Setelah puas menghirup aroma Samuel, Paris perlahan turun dari ranjang. Ia melangkah menuju pintu, perlahan ia membuka pintu dan menemukan Samuel sedang duduk di sofa menghadapi laptopnya yang ia letakkan di atas meja. Pria itu hanya mengenakan kaos berwarna putih dan celana pendek berwarna abu-abu. Tampak sangat santai sesuai dengan gayanya. Pria itu terlihat sangat memesona, rambutnya sedikit berantakan tetapi sama sekali tidak mengurangi ketampannnya. Ketika mendengar suara pintu terbuka Samuel mendongakkan wajahnya, mengalihkan perhatiannya dari laptop untuk menatap wanita yang diam-diam mengalihkan perhatiannya dengan kecantikannya dan keunikan sifatnya. Wanita cantik itu tampak mungil tenggelam dalam kemeja miliknya, meski rambutnya tampak tergerai dan acak-acakan di atas bahunya tetapi sama sekali tidak mengurangi daya tariknya di mata Samuel. Tidak pernah Samuel duga akan ada suatu hari di mana ia membuka mata di atas tempat tidurnya sambil memeluk seorang wanita dan kini wanita itu ada di tempat tinggalnya mengenakan kemeja miliknya. “Selamat pagi,” sapa Samuel.Paris membalas sapaan Samuel kemudian mendekati Samuel. “Aku harus kembali ke hotel,” katanya pelan. Samuel mengangguk, ia meraih sebuah tas kertas yang berada tak jauh dari laptopnya lalu mengulurkannya kepada Paris. “Bersihkan dulu tubuhmu, di kamar mandi telah kusiapkan handuk dan sikat gigi baru,” katanya memberi tahu kepada Paris. Paris kembali menagngguk. “Apa ini?” tanya Paris sambil menerima barang yang di berikan oleh Samuel. Samuel tidak menjawab, ia hanya menaikkan sebelah alisnya. Sementara Paris menilik isinya dan mengambilnya. “Terima kasih,” ucap Paris lirih. “Maaf, mungkin bukan dari brand kesayanganmu. Ini masih terlalu pagi tapi itu rancangan desainer lokal yang cukup ternama di sini,” kata Samuel. “Tidak masalah,” ucap Paris. “A-aku akan pergi membersihkan tubuhku.” Samuel mengangguk, detik berikutnya Paris telah berbalik melangkahkan menuju kamar dan ia hanya mampu memandangi punggung wanita itu sambil mengusap wajahnya sendiri ndengan kasar. Sialan! Sepertinya aku benar-benar jatuh cinta. Tiga puluh menit kemudian Paris kembali, ia mengenakan midi dress berwarna putih bergaya sederhana tanpa lengan dengan potongan d**a berbentuk V. Samuel yang sedang menyiapkan sarapan di atas meja menelan ludahnya. Wanita di depannya, sangat mengagumkan dalam balutan apa pun bahkan hanya dengan gaun yang sangat sederhana sekali pun. “Duduklah,” kata Samuel memberikan kode kepada Paris untuk duduk di sofa. “Aku tidak memiliki ruang makan.” Samuel menggunakan ruang tamunya sebagai ruang serba guna. Tempat untuk ia bekerja, makan dan bersantai. Ia hidup sendiri, memiliki tempat tinggal yang besar tentu saja merepotkan dan percuma. “Kau tinggal di tempat sekecil ini?” tanya Paris, nadanya memang tidak menghina tetapi pertanyaan itu pastinya bisa di artikan menghina. Samuel menaikkan sebelah alisnya. “Ini cukup nyaman,” jawabnya sambil memberikan sepiring pancake kepada Paris. “Terima kasih,” ucap Paris sambil menerima piring yang berisi pancake. “Kau membuatnya?” Samuel mengangguk. “Kuharap kau menyukainya,” katanya. Suasana berubah menjadi sedikit canggung dan aneh. Paris menyendok pancake dengan saus blueberry, perlahan ia memasukkan pancake ke dalam mulutnya. Menikmati rasanya. “Tidak buruk,” ujarnya. Samuel nyaris menahan napasnya menunggu komentar dari mulut Paris yang bisa saja tanpa segan-segan berkomentar pedas. Nyatanya kekhawatirannya tidak terbukti. Diam-diam Samuel melirik semua gerak-gerik Paris memakan sarapannya pagi itu dan cara Paris meminum s**u dari gelasnya. Bahkan mungkin cara Paris bernapas tak luput dari perhatiannya. Sialan, dia benar-benar cantik! Setelah menyantap sarapan mereka, Samuel membersihkan seluruh peralatan makan mereka. Ia yakin wanita cantik yang bersamanya itu tidak bisa melakukan pekerjaan selain berbelanja dan bercinta. Saat inipikiran liar samuel justru mengembara, bagian tubuhnya mengeras, ia menginginkan Paris lebih dari apa pun. Ia ingin Wanita cantik itu bedasa di bawah kuasanya bahkan mungkin jika di perlukan ia yang akan berada di bawah asalkan wanita itu bersedia di masuki olehnya,Godame s**t!Batin Samuel terus mengumpat karena otaknya terus saja menjelajah tubuh paris yang sedang duduk dengan santai di atas sofa sambil memainkan poselnya. “Bisakah aku kembali sekarang?” tanya Paris setelah Samuel kembali duduk di sofa. “Tunggu sebentar, aku harus mematikan laptopku,” kata Samuel sambil menggeser mouse laptopnya. Layar laptop kembali menyala dan Paris menahan tangan Samuel yang hendak menekan tanda X di pojok kiri layar. “Tunggu,” katanya. “Ada apa?” Samuel menoleh ke samping dan mendapati Paris sedang menatap foto-foto pemandangan yang ada di laptop Samuel dengan tatapan penuh minat yang tidak di sembunyikan. “Kau yang mengambil foto-foto itu?” tanya Paris. “Ya,” jawab Samuel singkat. Paris menunjuk sebuah foto pemandangan berlatar bangunan khas Jepang. “Ini?” “Kau ingin berkunjung ke sana?” Paris mengangguk. “Dua jam perjalanan,” kata Samuel. “Menggunakan kereta,” lanjutnya. Paris tiba-tiba berdiri dari duduknya. “Ayo,” ajaknya. Samuel tentu saja terkejut. “Kau serius?” "Pergi ke hotel mengambil tasku dulu tentunya," jawab Paris sambil menyeringai. *** Entah apa yang dikatakan Paris kepada petugas hotel, yang jelas tanpa menunjukkan identitasnya, Paris bisa mendapatkan kunci cadangan dan kembali ke dalam kamarnya tanpa harus mengambil kunci kamar yang jelas-jelas berada di dalam tas yang di bawa oleh pelayan. Ia juga mengelabuhi pelayan dengan cara sangat cerdik, ia berpura-pura baru saja terbangun, ia bersandiwara akan pergi bersama temannya dan menjanjikan bonus besar kepada pelayannya jika menuruti apa ucapan Paris jika suaminya bertanya. Samuel yang mendengar semua ucapan Paris hanya menggelengkan kepalanya. “Kau sangat pandai berbohong, ya?” Samuel menaikkan sebelah alisnya. “Aku tidak berbohong, aku pergi bersama temanku,” kata Paris sambil memasukkan beberapa keperluannya ke dalam tasnya. “Jadi aku temanmu?” tanya Samuel dengan nada menggoda. “Untuk saat ini,” jawab Paris dengan nada acuh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN