Penting bagi seorang pengusaha untuk memiliki riset mengenai saham yang akan di investasikan. Atau jika kau tidak mengerti, kau bisa menyewa seorang konsultan keuangan yang dapat memberitahumu kapan waktu yang tepat untuk itu dan dimana bidang yang tepat untuk kau tanam saham. Jika hanya mengandalkan insting dan perasaan personal, percayalah, itu tidak cukup.
Seperti pria di hadapan Tif saat ini contohnya. Hari ini rencananya tif dan gilang akan membahas mengenai tamu undangan pesta pertunangan mereka. Tetapi, sekarang belum apa-apa pria itu sedang berjalan hilir-mudik karena gelisah di depan ruang tv Tif. Sejak tadi ia sudah menghubungi beberapa temannya karena salah satu orang yang ingin ia hubungi tidak dapat dijangkau.
“Farid, ada kabar dari Ivan?” pria itu berbicara setelah panggilannya diangkat oleh seorang teman. Langkah kaki pria itu berhenti, berusaha untuk fokus mendengarkan lawan bicaranya di seberang telepon.
“Kenapa bisa ngilang gini? Lo yakin udah hubungi semua yang terlibat kemarin? Jangan lupa cari juga informasi mengenai handoko. Gue yakin pemilik bisnis itu punya andil dalam masalah ini.”
Tif menikmati keripik kentang yang ia beli kemarin di minimarket dekat apartemennya, bersamaan dengan segelas minuman bersoda. Dirinya tahu ini adalah kombinasi yang tidak sehat untuk tubuhnya tetapi momen ini pantas untuk dirayakan. Tif tidak bisa memesan makanan mewah atau kue tart untuk merayakan ini karena akan terlihat terlalu jelas ia sedang merayakan sesuatu. Jadi, ia memutuskan merayakan ini dalam hal yang terlihat sederhana. Snack dan minuman bersoda.
“Coba lo pastiin lagi. Hubungi semua yang bersangkutan untuk cari tahu alasannya.” Pria itu duduk di samping Tif setelah menghabiskan puluhan menit berdiri dan berjalan mondar-mandir di sana. ia duduk dengan kedua siku yang ia letakkan di atas lututnya. Wajahnya tertelungkup di atas kedua telapak tangannya, sesekali ia menggosok rambutnya sehingga membuat penampilannya terlihat semakin berantakan.
“Sayang, ada apa? Kok kamu keliatan stress banget hari ini.” Tif bertanya dengan wajah polos seolah-olah ia tidak tahu apa-apa.
Pria itu mengangkat wajahnya dan melihat Tif dengan perasaan kacau dan gelisah. “Aku rasa sebentar lagi aku jatuh miskin.”
Tif terlihat profesional dengan wajahnya yang sekarang terlihat kaget dan khawatir. “Maksud kamu gimana?”
“Kamu inget kan investasi aku yang pernah aku diskusikan sama kamu tempo hari?” tif mengangguk menjawab pertanyaan Gilang. “Investasi itu bodong. Temenku bawa kabur duitnya sampe saat ini belum bisa di hubungi.”
“Ya ampun. Sabar ya, sayang. Kamu udah hubungi pengacara?”
Pria itu mengangguk. “Aku udah sewa pengacara dan detektif buat selidiki kasus ini.”
Tif mendekati pria itu dan mengusap bahunya menenangkan kegelisahan Gilang. “semuanya pasti akan baik-baik aja. Jangan khawatir.”
“Aku ga tau lagi kalo sampe orang ini ga ketemu. Hampir semua uang aku ada sama dia.” Gilang mengerang frustasi dan bersandar pada sofa mengistirahatkan kepalanya yang sudah sejak kemarin dilanda pusing karena masalah ini.
Tif bangkit dari sana dan menuju dapur menuangkan segelas jus jambu kemasan yang biasa ia minum jika kehabisan buah-buahan segar di kulkasnya. “Nih kamu minum dulu ya, biar tenang.” Wanita itu menyodorkan segelas jus pada Gilang.
Gilang meminum hampir setengah gelas dari jus itu. lalu ia tersenyum dan menarik tangan Tif untuk duduk di sampingnya. “Makasih ya, kamu udah ada buat aku hari ini.”
Tif membalas dengan senyuman yang membuat pria tidak dapat berpaling. “Aku bakal selalu ada buat kamu, lang.”
Gilang mendekap Tif dalam pelukannya dan dalam hatinya ia bersyukur karena memiliki wanita ini dalam hidupnya sekarang.
*
Proses persiapan acara pertunangan mereka terhitung cepat dan tidak terlalu merepotkan kedua belah pihak. karena acara ini sepenuhnya di tangani oleh event planner yang gilang sewa untuk melancarkan acara ini. Tif hanya diminta datang untuk memilih baju yang akan ia kenakan dan memilih makanan apa saja yang akan di pesan untuk acara itu. dua-duanya bisa tif pilih dengan mudah toh ia tidak peduli akan keduanya.
Sisanya, seperti pemilihan dekor, photographer dan lain-lain bisa ia diskusikan melalui video call bersama event plannernya itu.
Undangan sudah tersebar. Teman-teman sekantor tif di pastikan sudah menerima undangan itu karena hingga saat ini ponsel tif ramai notifikasi chat dari berbagai departemen menanyakan mengenai hal ini. beberapa dari mereka mengucapkan selamat, sisanya masih banyak yang tidak percaya dan ingin mengonfirmasi lagi mengenai kebenaran berita ini. mereka terkejut karena selama ini tif dan gilang tidak terlihat menampilkan dan mengumumkan hubungan asmaranya. Namun, tiba-tiba mereka mendapat undangan pesta pertunangan yang di lakukan besar-besaran. Anton adalah yang paling sering menghubungi tif untuk menanyakan detail hubungan mereka.
“Lang pertunangan kita ga batal kan?” tanya tif berhati - hati
“Kenapa harus batal?” pria itu mengerutkan kening karena tidak mengerti arah pertanyaan dari wanita itu.
“Bukannya kamu lagi ada masalah keuangan sama investasi itu?” tif merujuk pada kegagalan investasi gilang yang baru saja pria itu ketahui bahwa temannya yang menawarkan ide investasi itu ternyata membawa kabur semua uang yang ia tanam pada perusahaan itu.
“Pesta pertunangan kita udah di urus. Aku udah bayar semuanya. Kamu tenang aja. Kamu ga masalah kan kalo nanti setelah tunangan sama aku harus sedikit berhemat? Aku harus nabung lagi sampe kasus investasi ini selesai dan duitnya balik ke aku.” Pria itu terlihat tertekan saat menyampaikan pertanyaannya ini pada tif. pasalnya, selama ini ia selalu terlihat royal pada semua wanita yang pernah ia dekati. Baru kali ini ia meminta tif untuk mengerti keadaan keuangan yang nanti akan ia hadapi.
“Ngga apa-apa sayang. Tenang aja, kamu pasti bisa ngelewatin ini.” tif mengusap kedua bahu pria itu dari samping. Meyakinkan bahwa ini tidak akan merubah keputusan wanita itu untuk bertunangan dengannya.
Walaupun tif tahu sebenarnya uang investasi itu tidak akan kembali. Menurut andrea, gilang tidak terlibat investasi bodong. Perusahaan itu memang benar ada dan beroperasi hanya saja manajemen perusahaan itu bobrok, seperti kata andrea, sehingga rosewood selalu merugi belakangan ini. rosewood mengalami kegagalan finansial dan pemilik saham pun kebagian menanggung risiko kebangkrutan perusahaan itu.
Ini sesuai perkiraan tif sebelumnya saat ia pertama kali mendengar nama perusahaan itu di kala gilang membicarakan mengenai investasi yang di tawarkan temannya.
Ia berhasil membuat gilang kehilangan hartanya dan jatuh miskin setelah pesta pertunangan mereka sudah direncanakan. Sehingga pria itu akan mendapatkan balasan darinya dua kali lipat. Kemiskinan dan juga kehilangan.
Tif memperhatikan pria itu yang masih sibuk berusaha menghubungi orang – orang yang ia pikir tahu mengenai keberadaan teman yang sudah menipunya itu.
=-=
Hari ini gilang mempunyai acara meeting di luar bersama kliennya, jadi tif pulang sendiri menggunakan taksi online yang akan ia pesan begitu ia tiba di lobby gedung. Tetapi sebelum pulang tif harus mengcopy semua pekerjaannya ke dalam usb drive karena ia akan mengerjakan file itu di rumah esok hari. Hanya tersisa beberapa karyawan di kantor itu karena ini sudah hampir setengah delapan malam dan terlebih ini adalah hari jumat dimana semua orang pergi untuk merayakan akhir pekan setelah pulang bekerja.
Jalanan pasti akan macet, jadi tif memutuskan untuk bersantai merapikan pekerjaannya dan file yang harus ia urus untuk departemen hrd minggu depan. Pertunangannya sudah semakin dekat tinggal menghitung hari. Ia beralasan pada gilang akan resign dari kantor itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti, kecemburuan karyawan kantor dan tuduhan yang biasa didapatkan jika ada bawahan yang mengencani atasannya. Padahal hal yang sebenarnya adalah ia harus resign secara baik-baik pada departemen HR agar bisa mendapat surat rekomendasi untuknya mencari pekerjaan nanti dan agar mereka mencarikan pengganti dirinya secepat mungkin.
Fani menghampiri mejanya, “Mba belum pulang?”
Tif melepaskan pandangan dari layar komputernya. “Belum fan, bentar lagi. Ini gue lagi pindahin file.”
“Oh, ya udah, jangan kemaleman mba ini weekend.” Wanita itu tertawa. “Duluan ya!”
Tif melambaikan tangannya, “Bye, have fun!”
Setelah sepuluh menit berlalu, tif merapikan mejanya dan mematikan komputer. Ia lantas keluar menuju lift. Matanya memandangi pintu lift itu seolah-olah ia akan terbuka jika dipandangi lebih lama. Suara berdenting terdengar dari lift itu dan pintu pun akhirnya terbuka memperlihatkan ruangan kotak besi kosong, tidak ada seorang pun di dalam nya.
Sebelum ia turun ia sudah memesan taksi online. Sehingga, saat dirinya keluar dari bangunan gedung itu sebuah mobil sudah menunggu di depan. Supir itu menurunkan kaca jendelanya. “Mbak tiffany?” panggilnya.
Tif langsung berlari masuk ke dalam mobil itu dan duduk di belakang kursi pengemudi. Pikirannya sedang dipenuhi banyak hal termasuk pesta pertunangan dan rencana pelarian dirinya. Jika ini berhasil ia akan lega dan bisa hidup dengan tenang dimanapun nanti ia berada. Tetapi jika ini gagal, ia tidak tahu akan melakukan pengorbanan apa lagi nantinya.
Tif memejamkan matanya mengistirahatkan otak dan tubuhnya yang lelah. Jalanan macet dan sudah pasti membutuhkan waktu yang lumayan lama daripada biasanya untuk menuju apartemennya.
Mungkin sudah lewat dari setengah jam tif memejamkan matanya sehingga ia kaget saat terbangun dan melihat mobil yang ia tumpangi sedang berada di jalan yang tidak familier baginya. Ia tidak pernah melalui jalanan ini dalam perjalanan pulang.
“Pak ini lewat mana ya?”
“Jalan pintas bu, jalan utama macetnya ampun-ampunan tadi.”
“Oh, gitu.” Tetapi, tif masih tidak merasa tenang. Ia membuka aplikasi maps di ponselnya dan mencari titik keberadaanya sekarang. Titik itu memperlihatkan bahwa ia sudah jauh dari apartemennya.
“Pak ini kok makin jauh ya jalannya?” tif melihat jalanan di depannya. Jalanan itu sepi dan gelap padahal saat ia keluar dari gedung kantornya jalanan sedang ramai dan macet.
“Iya bu biar ga macet.”
Tif melihat di belakang ada mobil mungkin ia bisa meminta tolong pada mobil itu. “Pak saya turun di sini aja.” Pinta tif panik.
Sopir itu melihat kaca spion dan melihat mobil di belakangnya. Lalu sopir itu menepikan mobilnya dan membuka kunci pintu itu.
Tif meloncat turun dari sana dan berhenti di tengah jalan melambai pada pengemudi mobil yang berada di belakangnya.
Mobil itu berhenti dan membuka pintu tengah lalu seorang pria keluar dari sana. “Ada apa mba?”
“Mas tolong, sepertinya saya di bawa ke jalan yang salah oleh sopir itu. alamat saya seharusnya di..” sebelum tif menyelesaikan kalimatnya, tanpa ia sadari seseorang keluar dari mobil itu dan menangkupkan sebuah sapu tangan yang sudah di berikan zat kloroform sehingga membuat wanita itu dengan cepat kehabisan napas dan tidak sadarkan diri.
Tif tidak tahu bahwa orang yang menjemput wanita itu tadi, bukanlah taksi online yang seharusnya datang menjemputnya. Dan tif juga tidak tahu bahwa mobil yang berada di belakangnya itu adalah mobil yang membuntutinya sejak ia keluar dari kantor. dan mereka berada di dalam komplotan yang sama untuk menculik wanita itu.
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-
CERITANYA SAMPAI SINI AJA YA TEMAN TEMAN, KALO MAU BACA LENGKAPNYA BISA BACA DI AKUN INNOVEL : MEDINA