Akhirnya Moy bertemu dengan duda tajirnya yang samasekali tidak mengecewakan. Pokoknya tidak ada yang 'abal-abal', semuanya 'real' enak dipandang dan bakal enak kalau dipegang-pegang. Terlihat jelas dadanya yang membusung bidang dan terbalut kencang di balik kemeja. Sangat maskulin seperti standar Moy yang tinggi untuk kualitas laki-laki.
Moy juga tidak keberatan membiarkan tubuhnya dipandangi dengan terus terang. Laki-laki manapun pasti pertama kali akan melihat body perempuan, munafik dan bohong jika laki-laki tidak mengakui hal itu. Moy memiliki lekuk tubuh sintal, sangat menggairahkan hasrat laki-laki. Mereka sudah sama-sama dewasa, tahu keinginan masing-masing dan sudah bisa memprediksi bakal seperti apa malam ini berakhir. Ini juga bukan kali pertama Moy bakal menghabiskan malam dengan teman kencannya. Sejak resmi bercerai dari Dito, Moy sudah pernah merasakan beberapa jenis pria dalam petualangannya dan tahu ciri laki-laki yang bakal memuaskan di atas ranjang.
Moy sudah duduk gelisah tidak tenang untuk menghabiskan makan malamnya. Mereka sedang makan malam di restoran hotel paling mahal di kawasan Tamrin dan sudah memesan layanan kamar VVIP untuk bermalam.
Tangan Moy diraih dari atas meja kemudian digenggam. "Aku ingin segera berdua saja bersamamu." Tatapannya intim dan jelas ke mana arah pembicaraan mereka.
"Ya." Moy juga tidak sungkan-sungkan.
Mereka berdua langsung pergi ke kamar yang sudah dipesan, Moy di persilahkan masuk lebih dulu sebelum pintu kamar tersebut ditutup kembali. Dua orang dewasa dalam kamar hotel. Tanpa basa-basi dan menunggu lama bibir Moy langsung di rampas dan di tarik untuk merekat. Moy memiliki buah d**a penuh yang sangat nyaman utuk diremas tangan laki-laki, Moy membiarkannya dan sangat menikmati luapan nafsu mereka yang sedang saling menggebu-gebu.
Tangan Moy segera menarik ujung kemeja lelakinya meraba pinggulnya yang bertekstur dan terus meraba sampai ke d**a bidangnya yang bergemuruh panas di taburi bulu-bulu lebat yang rata hingga ke pusar.
"Ah, Babe ... " Moy mendesahkan rintihan ketika dadanya di remas lebih kencang tapi dia suka. Moy suka dengan pria yang sedang bernafsu terhadap tubuhnya. Apa lagi jika pria itu juga sangat tampan dan jantan seperti ini. Moy bisa membayangkan bakal sepanas apa percintaan mereka di atas ranjang.
Moy meraba otot maskulin yang sudah membengkak di balik celana lelakinya, meraba dan menggenggamnya tanpa sungkan. Benar-benar ukuran yang tidak mengecewakan. Tangan lelaki itu juga langsung bergerak mencari celah kenikmatan yang ingin segera dia masuki dengan kejantanannya.
"Kau panas Babe."
"Hmm .... " Moy juga keenakan dan suka digoda.
Sudah hampir tiga bulan Moy tidak berhubungan s*x karena itu dia juga sudah sangat tidak sabaran ingin disetubuhi. Moy sebenarnya sangat pemilih dalam menentukan tipe laki-laki. Moy suka yang liar dan jantan seperti ini.
Mereka buru-buru saling menelanjangi diri. Moy sangat percaya diri dengan lekuk tubuhnya yang feminim dan lelakinya juga sangat menggiurkan. Tanpa perlu menunggu lama Moy langsung ditindih ke atas ranjang dan di tikam tanpa perlu pemanasan lagi karena sudah sangat basah.
"Oh, Babe ..."Moi sangat menikmati penyatuan mereka, lelakinya kali ini sangat besar dan memuaskan.
Tubuh Moy terus diungkit dan ditumbuki dengan bertenaga. Kelihatannya sangat menyiksa tapi sebenarnya nikmat luar biasa.
"Desak lagi Babe ... oh!" Moy juga tanpa canggung untuk minta diguncang dan ditikami lebih kuat.
Gerakan maskulin itu bertahan sekitar hampir tiga puluh menit sampai liang kewanitaan Moy terasa panas. Moy terus digesek dan dibuat kejang oleh benturan-benturan nikmat yang didesakkan oleh kejantanan lelakinya. Tubuh Moy ditikam dari berbagai posisi, apa saja asal sama-sama nikmat Moy tidak keberatan. Akhirnya Moy mencengkram kencang kejantanan lelakinya dengan denyut kuat yang melingkari batang keras itu seperti cincin. Moy mendapatkan klimaks pertamanya setelah berbulan-bulan. Sangat memuaskan, panas ke sekujur tubuh hingga ke telapak kakinya yang terus bergelayar dan berkeringat dingin. Benar-benar malam yang penuh s*x panas karena mereka hanya mengambil jeda sejenak untuk segera mulai bercinta lagi sampai beberapa kali sepanjang malam itu.
Pagi harinya Moy juga kembali disetubuhi di kamar mandi hingga kewanitaannya jadi agak perih dan seperti membengkak. Rasanya seperti dihajar semalaman suntuk oleh singa jantan yang sedang marah tapi Moy menyukainya. Moy tidak bakal bisa melupakan malam panas mereka yang erotis dan tidak menyesal meski tahu tipe pria seperti ini biasanya tidak mau serius dengan komitmen.
*****
Hari Sabtu, Moy, Nabila, dan Elice kembali bertemu di kafe langganan mereka. Mereka bertiga sengaja bertemu untuk menceritakan hasil kencan butannya masing-masing dengan anggota grup Janda dan Duda.
"Lo serius ngebiarin itu laki-laki langsung ngocok lo tiga lali sekali main?" heran Elice sambil melotot pada Moy yang baru selesai menceritakan percintaan panasnya yang tidak terhitung.
"Jadi kalian langsung bercinta di pertemuan pertama?" keheranan Nabila berjalan beberapa detik lebih lambat.
Tapi Moy terlihat tetap santai menanggapi keheranan kedua sahabatnya. Mungkin Moy memang tipe yang berperinsip jika janda bisa dicoba dulu tidak masalah karena tidak akan kelihatan bedanya.
"Serius yang ini spesial, kayak nasi goreng pakai dua telor !" Moi tetap yang paling konyol dalam mencari perbandingan. "Pokoknya kenceng banget bikin menggigil sampai ke selah gigi."
"Sudah Moy hentikan!" potong Elice dengan nada sebal.
"Emang gimana dengan kencanmu kemarin?" Moy balik bertanya pada Elice.
"Ah, sudahlah!" Elice malah cuma mengibaskan tangan, pilih ingin menghindari ceritanya.
"Ayo lah, Elice ... kulihat profilnya lumayan." Moy mengetuk-ngetukkan ujung jari telunjuk ke dagunya sendiri untuk menunggu penasaran.
"Terlalu muda, pasti dia duda bermasalah finansial!" Elice langsung tidak berminat. "Udah gitu dia minta dianterin balik ke kantor, alasannya mobil dia lagi di bengkel."
"Kurasa dia memang benar-benar duda kere!"
Moy setuju dan Nabila merasa dua sahabatnya benar-benar keji, meski faktanya memang harus realistis mencari laki-laki.
"Tapi mungkin lain kali kau akan lebih beruntung." Moy tetap memberi semangat.
"Sudah aku tidak mau lagi!" tolak Elice yang sudah dua kali mengambil janji kencan dan tidak ada yang benar.
"Bagiamana perkembangan hubunganmu sama Sunan?" kali ini Moy gantian bertanya pada Nabila.
"Kemarin Mas Sunan datang ke salon."
"Jadi kalian sudah ketemuan!" Moy terkejut tapi kemudian segera tersenyum. "Trus apa aja yang sudah kalian lakukan?" Moy jadi tidak sabaran.
"Mas Sunan cuma nganteri aku dan Bagas pulang."
"Mustahil tidak terjadi apa-apa, bahkan kau sudah manggil dia 'Mas Sunan' ... " Moy terkikik setelah menirukan suara Nabila yang lembut dan selalu sopan.
"Sunan cukup dekat dengan mantan suamiku dan aku tahu dia laki-laki yang baik, Nabila."
Nabila mengangguk setuju dengan pendapat Elice meskipun mereka baru sekali bertemu.
"Sunan sempat sangat depresi ketika istrinya meninggal, aku yakin kau bisa ikut kembali menghidupkan dunianya." Elice juga mengenal mendiang istri Sunan yang kurang lebih juga hampir mirip Nabila, cantik lembut dan keibuan. "Sepertinya kalian berdua memang akan cocok."
"Ingat Nabila jangan lepaskan laki-laki seperti itu!" Moy memperingatkan. "Jaman sekarang susah mencari laki-laki baik yang mau serius sama janda dan bertanggung jawab."
"Kami baru bertemu sekali, tolong jangan berpikir terlalu jauh dulu."
Nabila belum berani bercerita jika Minggu besok dirinya dan Sunan sudah janjian akan keluar bersama anak-anak. Bukan kencan romantis tapi cukup bagi Nabila dan Sunan yang memang ingin saling mengenal terlebih dahulu. Bahkan Nabila belum bisa membayangkan jika hubungannya dengan Sunan sampai sejauh Moy dan teman kencannya.