Benda itu jatuh tepat mengenai kakinya dan terpental tak jauh darinya. Dadanya bergemuruh dengan perasaannya yang bercampur aduk. Perlahan kakinya terasa seperti jeli. Ia jatuh dan terduduk di lantai kamar mandi yang licin. Tangannya perlahan terangkat, kemudian tetesan air mata membasahi kedua tangannya yang terbuka. Harapannya kini menjadi nyata, sayangnya, Satya …. Sementara di tempat lain, Kirana tak berhenti menenggak cairan bening yang ia tuang ke gelas kecil di tangannya. Ia tak peduli lagi, bahkan jika ia mati sekarang, ia tak peduli. Rumah tangganya sudah hancur dan semua karena adik tirinya sendiri. Ia kira bisa merelakan semuanya, namun tetap saja itu sangat sulit karena bagaimanapun juga ia masih mencintai Beryl. "Sudah, Kirana! Apa kau gila?!" Bian datang dan segera menyingk