"Hanya bercanda." Sang ibu mencolek kecil dagu Raina yang saat ini terdiam kaku. Bahkan candaan ibunya mampu membuatnya risau, apalagi jika ibunya benar-benar tahu ia menjalin kasih dengan suami orang, Raina tak bisa membayangkannya. Raina hanya tersenyum tipis dan mengangguk. "Baiklah, Sayang. Istirahatlah, mimpi indah." Dikecupnya kening Raina dan mengacak kecil pucuk kepalanya. Baginya, Raina adalah putri kecil yang manis. Raina segera berbaring, menarik selimut dan menatap langit kamarnya yang bernuansa pink. Sepertinya keputusannya benar dengan memilih berpisah dengan Beryl. Sesulit apapun itu, ia akan mencobanya. Ia berusaha memejamkan mata, namun dering ponsel membuatnya kembali terjaga. Jika itu Beryl, ia berjanji tak akan mengangkat panggilan. Ia meraih ponselnya dan melihat