"Apakah kamu berpikir ada calon anakmu di dalam sini?" Nadia melepaskan genggaman tangan Keanan dan menunjuk perutnya yang rata, tertutup piyama tidur. "Jujur saja, iya. Tapi, aku tidak mungkin mengatakan hal itu pasti. Hanya saja, aku atau kamu patut untuk bersiap atas kemungkinan hal itu bukan?" "Tidak," ucap Nadia bicara lirih. Ia menggeleng dengan genangan air mata yang tiba-tiba hadir. Keanan miris melihat pemandangan di depannya. Sebegitu bencikah Nadia terhadapnya? Setahun keakraban keduanya melonggar, apakah sudah mengubah perasaan adik angkatnya itu sekarang. Perasaan suka yang dimiliki berubah menjadi perasaan benci yang bercokol di dalam hati. "Nadia, aku tidak mengatakan jika bayi itu pasti ada tumbuh saat ini. Tapi, aku hanya tidak ingin acuh terhadap segala kemungkinan