Abimana berjalan santai ke ruang tengah dengan satu tangan memutar mainan hitam yang tadi ia sita dari koper Tiara. Bibirnya tersenyum tipis, tapi pandangannya tetap tajam penuh siaga. Ia baru saja mandi dan rencananya akan kembali menggoda wanita itu, ingin tahu sejauh mana pertahanan Tiara setelah dipancing terus-menerus. “Tiara,” panggilnya ringan. Tak ada sahutan. Ia menoleh ke arah dapur. Sepi. Di kamar juga kosong. Tirai bergoyang karena angin dari jendela yang terbuka, tapi tak ada siapa pun di sana. Abimana mulai mengerutkan dahi. Ia membuka lemari. Koper Tiara masih tergeletak, terbuka setengah, seolah ditinggal terburu-buru. Langkahnya beralih ke taman belakang. Tidak ada. Suasana terlalu hening untuk ukuran rumah yang seharusnya sedang dihuni dua orang. Ia keluar menuju ta