Bab 21 - Drama Perselingkuhan

1650 Kata
Sampai menjelang pagi, Dev dan Ica saling bertukar pesan. Entah mereka membahas apalagi, yang Ica tahu, dia bisa tenang karena Dev sudah bisa dia hubungi, dan ada sosok yang bisa ia ajak bicara untuk mengeluarkan semua unek-unek di dalam hatinya, meski Dev tak tampak, dan jauh di sana. Setidaknya Dev sudah menjadi obat penenang saat ini untuk Ica. “Aku ngantuk, udah jam dua pagi, Dev. Thanks mau dengerin ceritaku. Sehat-sehat di sana, Dev.” “Kamu juga. Gak usah terlalu dipikirkan. Tunggu Kak Satria pulang, dan kamu tanya soal di Bali.” “Oke. Sekali lagi makasih, Dev.” “Hmmm ... sama-sama, Ca.” Ica meletakkan ponselnya di tempat tidurnya. Ica terus berpikir tentang kata-kata Devan tadi. “Benar sih, kalau orang sudah biasa bohong sama ibunya, pasti bisa bohongin istrinya nanti. Tapi, apa Kak Satria seperti itu? Padahal yang aku lihat, Kak Satria itu tidak seperti itu orangnya. Dia pribadi yang baik, dia juga selalu bisa ngertiin aku, bisa mengimbangi aku yang umurnya cukup jauh, dan kelihatannya dia orang yang sabar? Itu sih dari yang aku lihat dan aku rasakan, enggak tahu kenyataannya seperti apa,” gumam Ica. Ica merebahkan tubuhnya. Dia kembali mengambil ponselnya, dan mencoba menghubungi Satria lagi. Tapi, masih sama, nomornya belum juga aktif. Padahal sebelumnya Satria tidak seperti itu. ^^^ Pagi harinya, Dev yang tidak bisa tidur, akhirnya dia begadang sampai pagi. Dia sama sekali belum tidur karena memikirkan Ica. Dia tahu keadaan Ica bagaimana saat menceritakan semua yang Ica rasakan, tapi dia hanya bisa diam, dan terus memberikan masukan pada Ica, supaya bicara baik-baik dengan Satria setelah Satria pulang. Devan sebenarnya sudah ingin memberitahukan semuanya, tapi dia tidak mau kalau dirinya malah jadi terbawa di dalam masalah Ica dan Satria. Devan hanya diam, menyembunyikan yang ia ketahui tentang Satria. Biar Ica yang tahu sendiri, atau Satria yang mengaku salah pada Ica. Devan keluar dari rumahnya. Dia mengambil sweaternya, karena di luar masih sangat dingin. Devan berdiri di halaman rumahnya sambil meregangkan otot-ototnya yang masih kaku. Apalagi semalam dia full tidak tidur sama sekali. Devan keluar dari halaman rumahnya dan berniat untuk jalan-jalan di sekitar komplek rumahnya. Baru dua minggu Devan menempati rumah barunya, dan beruntung rumah yang sekarang Devan tempati cocok dengan dirinya. Belum juga sempat menutup pintu gerbangnya, dan jalan-jalan di sekitar komplek, Devan melihat Satria yang sedang menggendong anak kecil, mungkin usianya masih empat atau lima tahunan. Di sana juga ada perempuan yang mungkin umurnya sama dengan Satria, cantik, tubuhnya seksi, dan benar-benar sempurna, menurut penglihatan Devan. Devan memerhatikan mereka dari balik tembok penyekat antara rumahnya dengan rumah mewah yang ditempati Satria dan perempuan itu. Devan melihat ada perempuan dan laki-laki seusai papa dan mamanya dan sopir yang membawa dua koper besar. Devan keluar, memakai hoodie supaya Satria tidak tahu kalau itu Devan. Devan berdiri membelakangi mereka, dengan meregangkan otot-ototnya, dan sambil mendengarkan pembicaraan mereka. “Bunda, aku ikut oma dan opa dulu, ya? Om Satria temani bunda di rumah, kan? Sampai Rani pulang?” “Iya, Sayang. Om di sini temani bunda.” “Satria, mama titip Selvi.” “Iya, Ma.” “Sat, kapan kamu bicarakan semuanya dengan ibumu? Kamu harus memberikan kejelasan, Sat. Kalau kamu masih ingin dengan anak papa, kamu harus segera memutuskan tunangan kamu.” “Pa, Satria masih mencari waktu yang tepat. Mungkin lusa Satria pulang dengan mengajak Selvi dan akan menceritakan semuanya.” “Baik, mama dan papa berangkat ke Jogja, Ibumu juga sudah di sana, kan? Nanti mama akan coba bicara baik-baik dengan ibumu, soal dulu, mama akan minta maaf.” “Iya, mama sama papa hati-hati.” Ucap Satria dengan melambaikan tangannya. Devan benar-benar tidak tahan dengan Satria, dia sudah ingin memberikan pelajaran untuk Satria. Devan tidak menyangka, Satria akan setega itu dengan Ica. Orang yang Devan percaya untuk menjaga Ica, dan menyayangi Ica, ternyata malah berkhianat di belakang Ica. “Sekarang kita Cuma berdua, kamu ingin apa, Sayang?” tanya Satria. “Ingin seharian di kamar sama kamu, tanpa gangguan, biasanya kan ada Rani. Sekarang Rani satu minggu ikut opa dan omanya, jadi aku minta kamu seminggu lagi di sini, ya?” ucap Selvi dengan manja. “Lalu pekerjaan aku? Aku juga harus mengurus pekerjaanku, sebelum aku resign dari kantor Pak Leo?” “Sayang, untuk apa sih? Masih ikut kerja Pak Leo? Papa juga sudah memberikan salah satu perusahaannya untuk kita? Suatu hari nanti kamu yang akan memimpinnya, kan?” “Iya, sih? Tapi, tanggung jawabku dengan Kantor gimana, Sayang? Terus Ica?” “Ica lagi. Ica lagi!” “Sayang, kamu tahu posisi aku dong? Aku juga harus menyelesaikan semuanya dengan baik-baik sama Ica dan keluarganya? Please ... sabar, ya?” “Oke, aku sabar, selalu sabar! Sudah satu tahun, Sat? Sampai kapan aku harus sabar?” “Please, sabar dikit, ya? Yuk ke dalam, mau seharian full di kamar, kan?” “Hmmm ... mau. Tapi soal Ica?” “Jangan di pikirkan, itu urusan aku. Yang penting, nantinya aku akan menikahi kamu.” Seperti sedang menyaksikan drama spesial perselingkuhan. Devan mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras, ingin sekali melayangkan pukulan keras di wajah Satria, tapi dia masih bisa menahannya. Devan membalikkan badannya, dan bertepuk tangan, setelah mereka selesai berdrama di depan rumahnya. “Wow ... wow ... wow ... hebat, hebat sekali! Seorang Satria ternyata laki-laki b***t!” Devan memberanikan diri berbicara seperti itu. “De—Devan?” Dengan wajah yang canggung, malu, dan sedikit takut Satria menyapa Devan. “Ya, kenapa? Keget? Satu tahun, membohongi tunangan kamu, perempuan yang sudah aku relakan, dan aku pasrahkan untuk kamu jaga, untuk kamu cintai, hingga aku yakin, kamu yang terbaik untuk Ica. Tapi, apa? Tega kamu seperti ini, Satria?!” “Dev, bisa aku jelaskan!” “Jelaskan? Apa yang mau kamu perjelas lagi? Semua sudah jelas. Ini apa? Jelas, kan?” Devan memperlihatkan video yang semalam Devan rekam pada Satria dan Selvi. “Dev, kamu dapat dari mana?” “Dari mana? Itu kamu dengan perempuan ini, semalam, live di balkon! Jijiik sekali aku lihatnya! Seorang Satria, yang aku percaya adalah sosok Satria yang akan menyembuhkan luka Ica, tapi malah menambah luka Ica, kalau dia tahu kamu yang sebenarnya!” “Dev, hapus video itu atau aku akan!” “Akan apa? Sudah jelas salah jangan mengelak, Bro! Kamu enggak ingat janji kamu saat kamu habis melamar Ica? Hey ... laki-laki yang dipegang janjinya, bukan omong kosongnya, Pak Satria!” “Satria, hapus Video itu!” “Oh, tidak bisa! Aku akan memberitahukan Ica, semuanya, termasuk rekaman percakapan kalian tadi!” Devan memutar rekaman yang berhasil Dev rekam saat tadi mereka bicara bersama kedua orang tua Selvi juga. Devan melenggang masuk ke dalam rumahnya. Satria mengikuti Devan yang masuk ke dalam halaman rumahnya. Dia memanggil Devan, tapi Devan hanya menyeringai, lalu meninggalkannya lagi, berjalan masuk ke dalam rumahnya. Satria yang tidak mau menyerah, dia terus mengikuti Devan sampai masuk ke dalam rumahnya. “Dev, aku minta hapus semua itu! Biar aku yang menjelaskan semuanya pada Ica, aku masih cari waktu soal itu, Dev! Aku memang sudah ingin bicara dengan Ica, tapi belum ada waktu. Aku mohon, biar Ica tahu dari aku, bukan dari orang lain!” “Oh, jadi kamu sudah merencanakan semua ini? Bagus, kalau kamu mau bilang sendiri pada Ica. Kamu tega ya, Kak? Tega nyakitin perempuan sebaik Ica! Aku gak habis pikir kamu seperti itu, Kak! Apa sih maunya kakak?” “Oke, aku khilaf, oke aku salah. Aku memang terlalu munafik untuk soal ini, aku memang butuh seperti ini, Dev! Dan, Selvi datang memberikan semua yang aku butuhkan! Iya aku salah, aku menyesal sudah menyakiti Ica. Tapi, jangan kamu beritahu dulu semua itu, biar aku yang bicara dengan Ica. Aku salah, aku sadar itu. Tapi, aku juga tidak bisa meninggalkan Selvi. Dia sedang hamil anakku, Dev.” “Oh, bagus! Seorang Satria, yang aku kira laki-laki yang sangat perfect untuk Ica, tapi ternyata sebejat ini kelakuan kamu! Pergi dari sini, sebelum aku murka menghabisi kamu di sini! Kamu tidak mau anakmu lahir tanpa ayah, kan? Pergi dari sini! Selesaikan semuanya dengan Ica! Sebelum video ini aku sebar ke Ica dan keluarganya!” “Aku mohon jangan sebar video dan rekaman itu, Dev. Iya, aku akan jelaskan semua pada Ica dan keluarganya!” “Bagus, pergi dari sini, aku tidak mau rumahku kotor diijak orang kotor seperti anda, Pak Satria!” Satria pergi dari rumah Devan. Devan benar-benar ingin menghabisi Satria, tapi dia tidak mau mengotori tangannya karena orang kotor seperti Satria. Devan reflek memukul dinding, hingga tangannya sedikit memar. Dia menyesal memberikan Ica pada orang yang salah. Kedua kalinya dia mengalah untuk laki-laki yang ia percaya kalau laki-laki itu baik untuk Ica, tapi nyatanya kedua laki-laki itu semuanya tidak ada yang baik untuk Ica. “Brengsekk!!!! Aku tidak menyangka kalau Kak Satria akan seperti itu, aku sama sekali tidak menyangka Kak Satria akan sebejat itu perbuatannya. Dia menghamili perempuan itu? Dia menyakiti Ica! Aku harus bisa menahan diri untuk semua ini, aku tidak mau membuat semua orang ricuh, dan malah aku yang disalahkan, kenapa harus Ica yang dia sakiti?” Devan mencengkram kepalanya, dia benar-benar marah, mendengar semua yang Satria katakan. Demi kebutuhan batinnya, dia sampai tega menyakiti Ica. Memiliki wanita lain di belakang Ica, hanya untuk memuaskan hasratnya. “Oke, aku diam, aku akan diam soal ini. Aku yakin Ica bisa menyelesaikannya sendiri. Tapi, aku tidak bisa melihat Ica yang terpuruk lagi. Aku tahu cintanya Ica ke Kak Satria juga belum penuh, dan mungkin itu yang menyebabkan Kak Satria jenuh dengan hubungannya sama Ica. Aku yakin mereka bisa menyelesaikannya sendiri. Cukup tahu saja, ternyata cinta tanpa nafsu bisa membuat berantakan seperti ini. Ica yang aku tahu, dia cuek dengan laki-laki, tidak agresif, dan dia tidak mau pacaran yang melebihi batas, dengan Arkan pun dia hanya sekadar berciuman, mungkin memang Kak Satria butuh hal seperti itu, karena usianya yang sudah cukup matang. Aku kecewa, sangat kecewa sekali dengan Kak Satria,” gumam Devan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN