Nadia masih merasakan degub jantungnya tidak karuan setelah apa yang ia lakukan dengan Devan di ruang tengah tadi. Tidak bisa Nadia pungkiri, selama ini ia menahan rindu pada suaminya. Rindu akan sentuhan, kecupan, dan pelukan suaminya. Setelah kejadia di Vila itu, Nadia sudah benar-benar tidak pernah mendapat perhatian dari suamiya, jangankan disentuh, kecup, dan peluk, perhatian saja tidak Nadia dapatkan dari suaminya. Hingga akan melahirkan pun Nadia sama sekali tidak dijenguk oleh suaminya, padahal saat itu Devan sedang menunggui Ica di rumah sakit yang sama, saat Nadia akan melahirkan. Nadia duduk di depan meja riasnya. Ia menatap pantulan wajahnya dalam kaca. Wajahnya terlihat bingung, namun bersemu merah, dan terlihat aura bahagia di wajahnya. Masih dengan degub jantung yang tidak