Ruangan kecil yang disediakan panitia untuk para pembicara sudah mulai sepi. Hanya tinggal Kalinda seorang diri, duduk di kursi dengan bahunya sedikit merosot ke belakang. Tangannya meraih botol air mineral, meneguknya perlahan, mencoba menghilangkan dahaga sekaligus sisa ketegangan setelah sesi tanya-jawab yang cukup panjang tadi. Belum sempat ia menurunkan botol dari bibirnya, tiba-tiba ada tangan besar yang melingkari pinggangnya dari belakang. Hangat, kokoh, begitu familiar. Sebelum sempat bereaksi, ia sudah merasakan sentuhan lembut dan basah di tengkuknya, lalu naik perlahan ke lehernya. Ciuman lembut itu membuat tubuhnya menegang, lalu luluh dalam detik yang sama. “Mas…” bisiknya, nyaris tak terdengar, jantungnya langsung berdentum keras. Tak lama, sesuatu muncul di hadapannya. S

