Suasana tegang masih terasa di ruang tunggu ini. Beberapa kali aku mengganti posisi. Berdiri, duduk, nyender di dinding, jongkok dan banyak lagi yang lainnya. Tapi belum ada satu dokter pun yang keluar. "Ma, kok lama banget ya?" tanyaku sambil menggigit bibir dengan gugup. "Ck, baru aja masuk beberapa menit lalu. Lagian sih, Marni kenapa gak tanya-tanya dulu sebelum tanda tangan? Prosesnya mau pake apa? Normal apa gimana?" "Saya gak tahu, Bu. Panik sekali lihat Nyonya Clara kesakitan. Mau nolong gak bisa, makanya kuping kayak kecocokan kotoran aja tadi, gak denger apa yang dokter omongin." "Ya tapi kan kita jadi gak tahu, Mar!" sungutku dengan nada kesal. "Maaf, Tuna eh Tuan, itu si Mang Embe juga gak ikut nanya," Marni menunduk takut lalu melirik pada pria lusuh yang masih asyik den

