bc

Selimut Hangat Sugar Daddy

book_age18+
371
IKUTI
5.2K
BACA
friends to lovers
drama
city
like
intro-logo
Uraian

"Jadilah sugar baby-ku. Tapi jangan pake hati."

Bianca terpaksa menjadi seorang sugar baby demi melunasi hutang kakaknya dan juga biaya kuliah. Kakaknya tiba-tiba menghilang tanoa pesan dan kini dia yabg dikejar-kejar oleh rentenir.

Karena keadaannya terjepit, Bianca terpaksa menerima tawaran menjadi sugar baby untuk seorang pengusaha muda yang mencari pacar pura-pura. Bianca menandatangani kesepakatan kerja dengan Nathan yang sangat jauh dari ekspektasi Bianca.

Ketika cinta pelan-pelan datang dalam hati, mereka dihadapkan dengan banyak masalah yang membuat hubungan mereka di ambang kehancuran. Bagaimana kisah mereka?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. 500 Juta, Deal!
“Deal! 500 juta dan jadilah sugar baby-ku.” Ucapan yang meluncur dengan mudahnya dari mulut seorang pria yang sedang ada di depan Bianca membuat wanita itu sedikit tercengang. Dia sedikit kaget karena dengan mudahnya pria itu menyetujui keinginannya tanpa bertanya apa pun terlebih dahulu. “Bima, beri dia surat perjanjiannya,” perintah Nathan pada asisten pribadinya. “Baik, Pak.” Nathan duduk bersandar kembali sambil menikmati minumannya. Dia membiarkan Bima menyelesaikan semua urusannya dengan peliharaan barunya. Mengeluarkan uang 500 juta dalam semalam, itu bukan hal yang besar buat dia. Nathan sedang membutuhkan seorang sugar baby baru untuk dia bawa ke pertemuan keluarganya. Meski sudah memiliki beberapa sugar baby sebelumnya, tapi mereka gagal membuat keluarganya percaya kalau Nathan punya pacar. Bianca membaca dengan jelas isi perjanjian yang disodorkan oleh Nathan. Dia ingin tahu apa yang diinginkan pria itu dari dirinya. “Afeksi?” ucap Bianca sambil mengangkat pandangannya pada sugar daddy-nya. “Iya. Aku butuh afeksi. Aku gak gampang berhubungan badan dengan seseorang, apa lagi kalo kesehatannya belum jelas. Aku gak mau ambil resiko,” terang Nathan. “Trus cuma afeksi doang? Beneran cuma itu aja?” “Ya paling sedikit kissing lah. Aku gak butuh yang lain.” Bianca mengangguk mengerti. “Ok.” Bianca segera menandatangani perjanjian kerja sama yang disodorkan oleh Nathan. Kalau hanya sebuah afeksi, tentu saja itu bukan hal yang sulit untuk Bianca. Meski dia belum pernah merasakan pacaran selama ini, tapi kalau hanya memberikan kasih sayang pada seseorang, itu pasti tidak sulit. Saat datang menemui Nathan, banyak pikiran jahat datang menghampiri Bianca yang membuatnya takut. Tentu saja yang paling ditakutkan adalah kehilangan keperawanannya. Silvia yang menawarkan pekerjaan ini membagikan pengalamannya selama menjadi sugar baby. Dan itu cukup membuat Bianca ragu dengan keputusannya, meski dia sangat butuh dengan uang itu. “Lalu kapan uangnya akan saya terima?” tanya Bianca ingin tahu. “Setelah kamu melakukan tugas pertamamu. Besok Bima akan menjemputmu dan ikuti apa saja yang dia suruh,” ucap Nathan. Bianca menoleh ke arah Bima sambil mengangguk perlahan. “Ok.” Nathan berdiri dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dari dalam dompetnya. “Makan yang banyak, jangan keliatan menyedihkan begitu!” ucap Nathan sambil meletakkan uang itu di atas meja. Belum sempat Bianca membela diri, pria muda nan tampan itu langsung berlalu begitu saja meninggalkan dirinya sendirian. Bianca hanya bisa mendengus kesal lalu segera menutup lagi mantel tebalnya yang membungkus tubuhnya seperti lontong. “Sembarangan aja kalo ngomong. Menyedihkan, matamu itu menyedihkan!” geram Bianca kesal. “Ini gara-gara Silvia sialan. Ngapain juga dia nyuruh aku pake baju beginian. Kampret emang tu anak.” Ingin rasanya Bianca menendang b****g sahabatnya itu atas ide konyolnya malam ini. Bianca datang menemui Nathan dengan menggunakan mantel panjang di tengah udara panas Jakarta. Tentu saja itu untuk menutupi baju ala seragam SMA Korea yang menurut Silvia akan membuat sugar daddy-nya senang. Bianca memamerkan kemolekan tubuh dan kakinya yang jenjang pada Nathan. Namun sayangnya, tubuh kerempeng Bianca tidak mendukung penampilan seksi impiannya. *** “Pak Nathan sudah tiba, Pak,” lapor Irwan pada Beni. “Akhirnya dia dateng juga. Kebiasaan banget anak ini,” geram Beni. “Halo semuanya. Maaf ya telat. Maklumlah, orang penting pasti banyak urusan,” sapa Nathan dengan ramah dan mengangkat tangannya diiringi senyum lebar di bibirnya. “Eeh, kok dia begini. Mana yang tadi sok dingin di mobil ya,” gumam Bianca dalam hati sambil melihat ke arah Nathan yang terlihat seperti sosok lain dari yang ada di mobil tadi. Mendengar sapaan Nathan, mata semua orang kini melihat ke arah di mana orang yang mereka tunggu sejak tadi berdiri. Tapi perhatian mereka bukan tertuju ke arah Nathan, melainkan ke arah wanita yang berdiri di samping Nathan. Bianca melihat ke arah semua orang yang sedang berkumpul di ruang tengah yang cukup besar itu. Dia langsung memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tidak lupa juga tangannya langsung meremas gaunnya untuk menutupi belahannya yang menembus langit itu. “Nathan b******k! Kenapa juga dia ngasih aku baju kayak gini sih. Anjiirr, malu banget aku,” geram Bianca dalam hati sambil meremas pegangan tas mewahnya. Bagaimana tidak geram, Bianca hadir dengan memakai pakaian yang seksi dan terbuka. Sedangkan para tamu wanita di rumah itu memakai gaun sederhana yang sopan dan pastinya mahal. Yang pasti gaun itu tidak lengket di tubuh mereka apa lagi terbuka. Yup! Bianca salah kostum. “Siapa lagi dia, Than?” tanya Ivana, mama Nathan. “Oh iya lupa. Kenalin ini Bianca. Pacar baru,” jawab Nathan sambil tersenyum lagi dan mengangkat kedua alisnya bersamaan. “Pacar baru? Tiap minggu kok ganti pacar,” celetuk Dimas kakak Nathan sambil menatap datar wajah adiknya. “Ya emang kenapa kalo tiap minggu ganti pacar. Orang ganteng itu gitu, di kejar banyak cewek!” tegas Nathan tidak ingin kalah. “Cukup main-mainnya. Kita makan dulu.” Ivana menyela sebelum pertengkaran terjadi. Ivana menghampiri Bianca sambil mengulurkan selembar kain. “Pakai ini. Kayaknya kamu gak nyaman ama pakaian kamu.” “Ma-makasih, Tante,” jawab Bianca pelan sambil menerima kain panjang itu. Setelah adegan perkenalan singkat itu, semua orang yang ada di ruangan itu beranjak ke ruang makan yang memiliki banyak kursi. Tentu saja Bianca belum ikut bergabung, karena dia sedang sibuk untuk merapikan penampilannya dengan kain tambahan. Bianca duduk di samping Nathan yang sepertinya baru saja mendapatkan banyak asupan ocehan dari papa dan mamanya. Bianca yang baru saja bergabung pun hanya bisa tersenyum canggung, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. “Kalian kenal di mana?” tanya Beni sambil melihat ke arah melihat ke arah Bianca. “Hem,” Bianca hampir tersedak mendengar pertanyaan si pemilik rumah. Otak Bianca mulai mengingat apa yang tadi dia hafalkan. “Kami bertemu di pertemuan bisnis,” jawab Bianca sesuai dengan instruksi dari Nathan tadi. “Hempt.” Dimas tidak bisa menahan tawa. “Pertemuan bisnis. Bisnis apaan? Bisnis ranjang?” lanjut Dimas yang duduk di depan Nathan. “Dimas. Yang sopan sama tamu!” tegur Ivana. “Ma, liat aja muka dia, Ma. Dimas yakin dia masih 20 tahunan. Kayak gak tau aja gimana kelakuan Nathan.” Dimas memaparkan kecurigaannya. “Apaan sih, lu! Nyaut aja!” geram Nathan kesal. “Nathan, kamu udah waktunya dewasa. Jangan main-main terus aja kerjamu,” tegur Beni. “Yang main-main itu siapa, Pa. Nathan selalu serius kok.” Nathan membela diri. “Kalo kamu serius, kamu gak gonta-ganti pacar terus. Kamu harus mikirin nikah. Setelah Dimas nikah, sebaiknya kamu juga segera nikah.” Kali ini Ivana yang bicara. “Ini juga serius, Ma. Apa perlu Nathan yang nikah duluan? Nih, calonnya udah ada.” “Apa? Nikah. Kamu mau nikah duluan?” Mata Beni sampai mau meloncat keluar mendengar ucapan putra bungsunya.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
17.6K
bc

Revenge

read
31.5K
bc

Terjebak Asmara Majikan

read
10.0K
bc

Oh, My Boss

read
384.1K
bc

Beautiful Pain

read
12.0K
bc

Penghangat Ranjang Tuan CEO

read
27.2K
bc

The CEO's Little Wife

read
666.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook