Bianca kembali masuk ke dalam kamarnya. Dia segera memeluk Silvia dan menangis di pelukan wanita itu. Tangis Bianca pecah karena dia benar-benar tidak bisa melawan pesona Nathan. Sekuat apa pun dia bertahan, tatapan mata pria itu selalu mampu melemahkannya. Silvia tidak banyak bertanya dan hanya memeluk sahabatnya itu. Dia sangat tahu betapa sulitnya perkara hati yang sedang di alami oleh sahabatnya saat ini. “Sakit banget Sil liat dia. Sakit banget,” ucap Bianca dalam isak tangisnya. “Kamu harus segera menentukan sikap, Bi. Dan aku akan selalu mendukung apapun keputusan kamu,” jawab Silvia sambil menggosok punggung Bianca agar bisa lebih tenang. Cukup lama Bianca menangis dalam pelukan Silvia. Hingga akhirnya dia merasa pusing karena terlalu banyak menangis. Bianca menyerah. Kepala