Pernikahan yang Terpaksa Di tengah keramaian gedung pernikahan, suara musik menghentak dari alat musik yang dimainkan oleh sekelompok pemuda. Giano berdiri di sudut ruangan, matanya menyusuri kerumunan tamu yang hadir. Ia menghela napas, merasakan beban di dadanya. “Giano, kenapa kamu cemberut?” tanya Grace, adiknya, sambil mendekat. Air matanya mengalir di pipi. “Ini adalah hari bahagia untuk Ami!” “Ami… menikah dengan Adi. Dia… dia tidak mencintainya, Grace.” Giano menjawab pelan, menatap Grace dengan tatapan penuh keprihatinan. “Dia terpaksa, Giano. Kita semua tahu itu. Tapi ini demi kebaikan Ami dan calon cucu kita.” Grace mengusap air mata dengan lengan baju. “Aku tidak ingin dia merasa tersisih.” “Tidak seharusnya seperti ini. Seharusnya Ami mendapatkan pernikahan yang bahagia,