Nathan kembali dari perjalanan dinasnya setelah tiga hari. Tenggorokannya terasa sakit, dan kepalanya berdenyut membuat pandangannya mengabur. Ia meminta supir kantor untuk mengantarkannya kembali ke rumah. Biarkan saja mobilnya ditinggal di kantor pusat.
Rumah sepi saat ia membuka kunci. Aunt Jody mungkin sedang keluar berbelanja. Pikirnya. Nathan memilih masuk ke kamarnya dan tanpa repot mengganti pakaian, ia menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidur dan terlelap seketika.
Meyra baru saja kembali dari kampus saat melihat pintu rumah tidak tertutup rapat dan kunci nya masih tergantung. Jelas itu milik Nathan, tapi ia tidak melihat mobil pria itu di garasi. Sambil menggeleng pelan, Meyra menarik anak kunci itu dan mengunci rumah dari dalam. Seperti kebiasaannya. Baik ia, Nathan, Gilbert dan juga aunt Jody sudah memegang kunci rumah sehingga bisa keluar masuk dengan mudah.
Ya, tentang aunt Jody. Wanita paruh baya itu tadi meneleponnya dan meminta ijin untuk pulang, karena salah satu cucunya sakit dan ingin bertemu dengannya. Karena cucunya tinggal di kota yang berbeda, maka aunt Jody berniat cuti dan masuk pada awal minggu depan. Sementara Gilbert ada acara bersama teman kampusnya dan juga tidak akan kembali sampai hari jumat malam. Itupun kalau teman-temannya tidak menambah acara penelitian mereka dengan liburan.
Meyra berjalan menuju dapur, seperti kebiasaannya dia mencari gelas dan mengisinya dengan air dingin dan meneguknya sampai tandas. Namun saat hendak meletakkan gelas, ia merasa sesuatu terlihat janggal. Kamar Nathan yang biasanya tertutup rapat tampak terbuka. Dengan ragu Meyra mendekat. Mendengarkan sejenak, siapa tahu kalau pria itu tidak pulang sendiri.
Tidak ada suara lain dari dalam kamar selain gumaman-gumaman tak jelas itupun terdengar begitu samar. Meyra pada akhirnya memberanikan diri untuk mengintip. Dilihatnya Nathan terbaring di atas tempat tidur dengan posisi telentang. Namun yang membuat Meyra mengerutkan dahi adalah posisi pria itu yang sedikit aneh. Sebelah kakinya menjuntai ke bawah dan masih mengenakan sepatu.
Meyra mendekat dan gumaman tak jelas itu semakin terdengar nyaring. "Nath," tangannya terulur dan mencoba membangunkan Nathan. "Nathan," ulangnya dan masih tak mendapat respon. "Nathaniel, bangun!" Ucapnya dengan nada lebih tinggi. Namun pria itu bergeming.
Meyra menatap wajah Nathan yang kemerahan. Tangannya meraba kening Nathan, panas. "Nath, kamu sakit?" Tanyanya namun tidak ada jawaban. Meyra meraih tas nya dan mencari ponsel. Menghubungi Gilbert dan memintanya memanggil dokter.
"Dr. Willy akan sampai sekitar sepuluh menit lagi. Apa dia baik-baik saja?"
"Aku tidak tahu, G. Tubuhnya panas dan dia bergumam tak jelas."
"Biasanya ada paracetamol di kotak P3K yang ada di lemari penyimpanan. Coba berikan padanya, satu tablet saja."
"Aku tidak berani, G. Bagaimana kalau dia sudah meminumnya sebelum tidur? " Jawabnya panik.
"Baiklah, Princess. Tenanglah. Cari saja handuk kecil dan mangkuk besar di dapur. Kau tahu kan, cara mengompres? Kalau tidak, kau bisa mencari caranya di internet." Jawab Gilbert dengan maksud menggoda. Tapi tidak ada tawa balasan dari Meyra. Meyra terlalu khawatir untuk sekedar membalas godaan Gilbert."Hubungi aku lagi kalau dokter sudah sampai, Mey. Aku harus pergi." Ucapnya sebelum memutuskan panggilan.
Meyra pergi ke dapur sesuai dengan instruksi Gilbert. Ia sudah menemukan mangkuk besar dan sedang mencari handuk kecil ketika bel pintu berbunyi. Meyra berjalan membuka pintu dan melihat sosok pria pendek dengan rambut menipis memandang ke arahnya. "Ms. Meyra?" Tanya pria itu dengan suara yang dalam dan berwibawa. Meyra salah duga, pikirnya suara pria itu akan kecil menyesuaikan dengan bentuk tubuhnya yang tidak memasuki tinggi rata-rata.
"Anda Dr. Willy?" Tanya Meyra penuh harap yang dibalas anggukan oleh pria itu. "Syukurlah, Anda datang lebih cepat."
"Saya hanya memberikan waktu prediksi ditambah waktu yang saya habiskan jika terjadi kemacetan. Namun tampaknya tidak ada kemacetan yang saya duga, jadi ya, saya sampai lebih cepat." Jawab pria itu seraya mengukuti Meyra masuk ke kamar Nathan.
"Saya baru saja kembali, saya tidak tahu sejak kapan dia demam." Tuturnya saat dokter sudah membuka tas nya dan mulai memeriksa Nathan.
Tangan-tangannya bergerak cepat menyentuh tubuh Nathan sampai akhirnya dia mendesah lega. "Tidak perlu khawatir. Dia hanya terserang flu. Terlalu kelelahan, banyak pikiran juga sepertinya." Ucap pria itu lagi. "Cukup kompres, biarkan tubuhnya hangat. Jika dia berkeringat, segera ganti pakaiannya. Dan beri dia sup supaya tenggorokannya bisa lebih nyaman." Pria itu memberikan beberapa obat pada Meyra dan menuliskan instruksi di atasnya. "Kurasa dia juga punya masalah dengan lambungnya. Usahakan supaya dia makan tepat waktu. Minum ini sebelum makan, dan ini setelah makan. Dan untuk obat ini, mengandung obat tidur, jadi berikan pada malam hari saja." Lima macam obat itu sudah disimpan di atas nakas. "Selalu bersiap untuk segala kemungkinan." Ucap pria itu ketika melihat keheranan di wajah Meyra karena obat-obatan yang sudah tersedia begitu saja.
"Te-terima kasih, Dok." Jawab Meyra dengan gugup dan malu. Pria paruh baya itu hanya menjawab dengan senyuman.
"Jaga dia baik-baik. Orang yang jarang sakit biasanya selalu lebih manja." Ucapnya dengan senyum dikulum. "Dan lepaskan semua pakaian ini, dia pasti merasa kegerahan. Gunakan selimut tipis saja, kecuali ketika dia menggigil, tambahkan selimut yang lebih tebal. Dan pakaikan pakaian yang lebih mudah dilepas. Tubuhnya terlalu besar, pasti akan menyulitkanmu menggantikan pakaiannya." Meyra hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja, meskipun entah kenapa wajahnya tiba-tiba saja terasa panas.
Setelah mengantar dokter ke luar, ia kembali ke dapur dan membawa mangkuk beserta handuknyang tadi ia siapkan. Ditambah gelas dan botol air mineral. Meletakkan nampan di atas nakas. Ia mulai melepas sepatu Nathan dan menaikannya ke atas tempat tidur. Melepas ikat pinggang pria itu baru kemudian beralih pada jas yang dikenakannya. "Nathan, please. Tubuhmu itu sangat besar. Berbaik hatilah untuk bergerak". Dan tubuh Meyra malah berkeringat setelah jas dan dasi pria itu terlepas.
Meyra mengisi mangkuk besar itu dengan air dingin dari kamar mandi dan mulai membasahi handuk kecilnya. Ia meletakkan handuk itu di atas kepala Nathan dan keluar kamar lagi. Dokter bilang Nathan harus minum sup. Jadi ia berpikir untuk membuat sup ayam dan juga bubur untuknya.
Selama satu jam memasak bubur, ia sudah beberapa kali mengganti mengganti kompresannya. Demam Nathan masih belum turun. Ia membawa semangkuk bubur dan juga sup itu kembali ke kamar dan mencoba membangunkan Nathan. Pakaian pria itu juga sudah basah oleh keringat.
Meyra membuka lemari pakaian pria itu. Untuk pertama kalinya sepanjang ia mengenal Nathan, ini pertama kalinya Meyra memasuki area pribadi pria itu. Bingung? Tentu saja. Selama hidupnya, laki-laki yang begitu dekat secara pribadi dengannya hanyalah ayahnya. Satu-satunya pria yang ada di rumahnya. Abaikan Gilbert karena dia tidak punya perasaan lebih untuknya selain rasa sayang kepada sahabat.
Meyra menarik kemeja teratas yang bisa ia temukan. Lalu kembali ke tempat tidur. "Nath, bangun. Ayo ganti bajumu, raksasa." Ucapnya dengan nada pelan. Tangan kecilnya terus menggoyang tubuh Nathan supaya pria itu terbangun. Nathan memicingkan matanya dan memandang Meyra dengan kening berkerut.
"Mey?"
"Ya, ini aku. Ayo, bangun. Ganti pakaianmu dan makan. Setelah itu bebas, mau tidur lagi atau apapun." Meyra membantu Nathan bangkit dan meletakkan beberapa bantal di belakang pria itu supaya pria itu bisa nyaman dengan posisi setengah duduknya. "Kamu demam, pusing?" Tanyanya saat Nathan memejamkan mata seraya meringis. Kepalanya mengangguk perlahan. "Pakaianmu basah, ayo ganti." Meyra membantu membuka kancing kemeja Nathan satu persatu dan melepasnya. Pri itu meringis, padahal gerakan Meyra tidak kasar. Mungkin karena efek demam tubuhnya jadi ngilu. Atau mungkin seperti yang dokter Willy bilang, orang yang jarang sakit memang jadi lebih manja.
Meyra mengusap tubuh Nathan dengan handuk hangat yang sudah ia peras. Menghilangkan sisa keringat sebelum memakaikan kemeja baru di tubuh pria itu. Lalu setelahnya ia memberikan obat yang atas instruksi dokter harus dikonsumsi Nathan sebelum makan. Pria itu menurut begitu saja. Setelahnya ia menaikkan nampan ke atas pangkuannya dan menyuruh Nathan untuk makan.
"Bubur?" Bisik pria itu.
"Dokter bilang kamu punya asam lambung. Jadi kupikir bubur lebih baik. Ayo makan, dan habiskan. Sup itu juga. Mumpung masih hangat."
Nathan menurut saja. Ia mulai memasukkan bubur ke dalam mulutnya. Dan menghirup wangi daun bawang dari sup ayam yang ada di depannya membuat nafsu makannya bertambah. Sementara ia makan, sesekali ia memerhatikan gadis itu yang hilir mudik di kamarnya. Mulai dari meletakkan sepatu, menyimpan kemeja kotor ke keranjang cucian, mengisi mangkuk besar dengan air dingin dan berakhir dengan mengisi ulang termos dengan air panas untuk minum.
Tanpa terasa mangkuk bubur dan sup ayam di hadapannya sudah habis. Meyra mengambil nampan di atas pangkuannya dan menyodorkan beberapa pil beserta segelas air hangat. "Makan, dan tidur lagi." Hanya itu kalimat yang didengarnya sampai akhirnya Nathan kembali terlelap dalam tidurnya.
Meyra melirik jam tangannya. Sudah lewat dua jam sejak terakhir Nathan tertidur. Tubuh pria itu masih panas, meskipun tidak sepanas tadi. Sepertinya obat dokter itu bekerja. Perutnya terasa lapar. Meyra meraih handuk yang ada di kening Nathan dan meletakkannya di atas mangkuk kecil. Menyelimuti tubuh pria itu sebelum pergi ke dapur dan menyiapkan makanan untuknya sendiri. Setengah jam kemudian ia sudah kembali ke kamar Nathan memeriksa tubuh pria itu. Ia memilih untuk duduk di lantai yang berlapis karpet tebal itu, menyangga kepalanya dengan lipatan lengan di atas tempat tidur. Dan saat kantuk menguasainya, ia tidak menolak untuk tidur sekejap saja, pikirnya sebelum terlelap.
_________________________________________________________
Terima kasih teruntuk para Readers yang berkenan mampir. Jangan lupa untuk tap ❤️ nya ya... Jangan lupa komen juga.. tapi jangan komen nanya kapan cerita di Up... nanti cerita ini bakal rajin di Up setelah masuk gilirannya ??
Ditunggu ❤️ nya dilapak lain ya...
- Mas DokterKu 2
- Ilker's Bride
- To Reach You
- My Life Begins at 30
- To Lost You, I Won't (Mirza Levent)
- Cici Benci Uncle (Rayyan Levent)
Soon hadir
- MeGan (Meta - Ganjar)
- Terjebak Cinta Pria Italia (Faiqa)