Satu bulan berlalu sejak kepergian Nia, kepala Rafael terasa sangat kosong sedangkan hatinya terasa amat hampa. Rafael selalu mengingat senyuman gadis yang sudah merebut hatinya, hanya senyuman Nia yang mampu melebur kesepian yang melanda. “Pak, rapat akan di mulai tiga puluh menit lagi” ujar Udin, ia masuk ke dalam ruangan Rafael yang elegan dan luas. Rafael mengangguk pelan, “Iya aku akan datang dua puluh menit lagi” Udin kembali menutup pintu ruangan pimpinan besar, dalam waktu satu bulan ini Rafael tela menepati janjinya untuk mengambil alih semua perusahaan sang ayah. Meskipun kematian Cassandra bukan murni kesalahannya akan tetapi Rafael sudah berjanji pada Yusuf untuk mengambil alih semua perusahaan bila ia melakukan kesalahan fatal sebagai dokter. Dan kesalahan itu di pandang